'KEBENARAN" PARADIGMA KUALITATIF-KUANTITATIF - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Senin, 23 Januari 2012

'KEBENARAN" PARADIGMA KUALITATIF-KUANTITATIF

19.00
Pemahaman kebenaran kuantitatif-kualitatif, dalam penelitian, didekati dengan penelusuran paradigmanya. Menurut Kuhn, paradigma cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu menghasilkan mode of knowing. Friedrichs mempertegas, dengan mendefinisikan sebagai pandangan mendasar yang menjadi pokok persoalan. Norman K. Denzin memindai dari epistemologi, ontologi, dan metodologi.

Paradigma kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme (August Comte, 1798-1857), kualitatif berlandaskan paradigma fenomenologis (Edmund Husserl (1859-1926).

Paradigma kuantitatif berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science); didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason).

Secara epistemologis, penelitian kuantitatif menerima suatu paradigma, sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang pernah terjadi, hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Secara ontologis dimana obyeknya dalam hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena). Karena itu ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi.

Adapun sumber ilmu berdasar rasional data empiris. Pengembangan ilmu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, diverifikasi secara induktif menuju perumusan teori baru; logico, hypothetico, verifikatif.

Setiap hal mengandung variabel, karena itu, penelitian diarahkan pada variabel-variabel tertentu yang relevan. Pendekatannya partikularistis. Pengambilan kesimpulan, menggunakan enumerative induction dan cenderung membuat generalisasi (generalization).

Penelitian kualitatif adalah model penelitian humanistik, manusia sebagai subyek utama. Penelitian berlandaskan filsafat fenomenologis; Fenomenologi, Interaksionisme Simbolik, dan Etnometodologi. Secara ontologis, fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekamnya, tetapi harus dimencermati holistik.

Dalam masyarakat terdapat keteraturan yang terbentuk secara natural. Keteraturan tersebut bukan berdasarkan, karena itu, penelitian merupakan kegiatan sistematis untuk menemukan teori, bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori sebagai dasar verifikasi.

Proses penelitian lebih penting dibandingkan ‘hasil’. Peneliti sebagai instrumen. Analisis dan kesimpulan menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation). Karena itu lebih fleksibel. Generalisasi dicapai karena pemaknaan yang berbeda-beda akan fenomena yang sama. Data yang dikumpulkan akan dicari pola yang sama untuk menjelaskan kompleksitas fenomena. Metode induktif untuk menarik kesimpulan. Hasil akhirnya adalah suatu hipotesis atau teori yang menjelaskan suatu fenomena. Kesimpulan tidak bisa digeneralisir karena hanya berlaku pada konteks fenomena yang diteliti.


Nah, mencermati perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif, jelaslah keduanya berbeda karena memang berada pada alur yang berbeda. Penelitian kuantitatif dapat berjalan sesuai hal-hal terkaitnya sebagaimana juag penelitian kualitatif.

Bisa jadi, pada tataran tertentu, seperti gagasan Creswell (2003): dimungkinkan adanya bauran metode penelitian (mixed methods). Tentu saja yang dibaurkan adalah metode dan bukan metodologi, apalagi epistemologinya.

Kebenaran pencarian manusia tidak berlaku universal, apalagi kalau hanya pada ranah penelitian. Benar menurut benarnya, bukan kebenaran sejati.

Jadi, tidak ada alasan dan ‘desakan’ rasional mempertentangkan antara paradigma (penelitian) kuantitatif dan kualitatif. Kecuali kalau ada keisengan memisahkan bak ‘siang dan malam’, atau kalau melakukan pembauran, bak membaurkan ‘minyak dengan air’. Biarlah roda berputar pada sumbu masing-masing. (Dikreasi dari berbagai tulisan ‘dunia buku’ dan’dunia maya’).

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer