Gangguan Disosiatif - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Jumat, 03 Februari 2012

Gangguan Disosiatif

19.00
Gangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya. Individu yang mengalami gangguan ini memperoleh kesulitan untuk mengingat peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas baru (Davison & Neale, 2001 di kutip dari buku Psikologi Abnormal Klinis Dewasa).

Masalah utama pada gangguan disosiatif adalah individu merasa kehilangan identitas diri, mengalami kebingungan mengenai identitas diri atau bahkan memiliki beberapa (multiple) identitas sekaligus. Disosiasi berarti melarikan diri dari inti kepribadian. Jadi, gangguan ini merupakan cara menghindari stres sekaligus memuaskan kebutuhan tertentu dengan melakukan perbuatan tertentu; sehingga penderita dapat terhindar dari tanggung jawab atas perbuatan atau perilakunya yang tidak dapat diterima tersebut


1. Amnesia Disosiatif

Dikutip dari buku kesehatan Mental, Senium Yustinus 2006 dan pengantar psikologi abnormal, Fausiah Fitri, Widury Julianti. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa 2007

Gejala amnesia merupakan gejala yang umum terjadi pada amnesia disosiatif, fugu disosiatif, dan gangguan identitas disosiatif. Diagnosis amnesia disosiatif tepat apabila diberikan pada gagguan disosiatif yang hanya menunjukkan gejala amnesia saja.

Individu yang mengalami amnesia disosiatif dapat secara mendadak kehilangan kemampuan untuk mengingat kembali informasi tentang dirinya sendiri ataupun berbagai informasi yang sebelumnya telah ada dalam memori mereka. Biasanya hal ini terjadi terjadi sesudah peristiwa yang menekan (stressful event) seperti misalnya menyaksikan kematian seseorang yang dicintai. Informasi yang hilang atau tidak mampu diingat oleh individu biasanya menyangkut peristiwa yang traumatik dan menekan yang terjadi dalam kehidupan individu.

Sebagian besar individu yang mengalami disosiaytif amnesia, tidak mampu mangingat ingatan-ingatan yang menyakitkan tentang peristiwa yang traumatik atau menekan. Jadi dapat dilihat bahwa muatan emosional dalam ingatan atau memori tersebut secara jelas berhubungan dan menjadi penyebab dari gangguan tersebut. Biasanya muncul mengikuti kejadian traumatik. Dapat melibatkan upaya termotivasi untuk melupakan kejadian, sedikitnya simpanan informasi selama kejadian-kejadian yang sangat menggugah atau menghindarkan pengalaman emosi selama kejadian (di kutib dari buku Pengantar Psikologi Abnormal, 2005) .

Dalam amnesia psikogenik tidak ada kehilangan ingatan yang permanen. Apa yang dilupakan tidak hilang untuk selama lamanya, melainkan hanya terpendam dalam-dalam di dalam alam ketidaksadaran, dan ini akan ditimbulkan kembali jika amnesia dapat diatasi atau jika si penderita diperintahkan untuk menimbulkan kembali apa saja yang dilupakan lewat tekhnik hipnotik. Ini disebabkan karena amnesia psikogenik tidak disebabkan oleh kerusakan saraf-saraf pusat, melainkan oleh keinginan untuk melupakan pengalaman masa lalu yang traumatis.

2. Fugue Disosiatif

Dikutip dari buku kesehatan Mental, Senium Yustinus 2006
Seorang individu yang mengalami fugue disosiatif secara tiba-tiba dan tak terduga, pergi ke suatu tempat yang baru dan menggunakan suatu identitas yang baru pula. Pelarian diri seperti ini secara khas terjadi sesudah individu mengalami stress psikologis atau konflik yang berat, misalnya pertengkaran dalam perkawinan, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan, keuangan, perang, atau bencana alam.

Fugu pada dasarnya adalah juga amnesia, namun memori yang hilang jauh lebih luas daripada amnesia disosiatif. Pada fugue, penderita melupakan bukan haya sebagian, melainkan seluruh ingatan dan situasi (misalnya nama, keluarga, pekerjaannya, identitas dsb), serta memperoleh perlengkapan lain untuk menghindari situasi yang tidak menyenangkan itu, yaitu mengembara. Keberhasilan dan keinginannya itu terjamin apabila ia melarikan diri dan meninggalkan rumahnya, kampung halamannya, kota, atau tanah airnya. Dalam hal ini terjadi disosiasi dengan lingkungannya. Ia cenderung lari dari lingkunyannya baik secara fisik maupun secara psikologis.

Dalam pengembaraannya di tempat lain, penderita fugue sama sekali tidak sadar akan dirinya, meskipun ia melakukan segala sesuatu yang tidak berbeda dengan orang normal. Ia tidak ingat lagi siapa dirinya, dari mana ia berasal, dan dimana ia berda sekarang. Mungkin ia mengadakan pernikahan lagi di tempat tersebut tanpa menyadari bahwa ia sebenarnya sudah berkeluarga. Atau, ada juga kemungkinan bahwa ia mempunyai pekerjaan baru di tempat pengenbaranya tanpa menyadari bahwa ia sebenarnya sudah mempunyai pekerjaan dan memegang posisi yang penting. Orang-orang yang berada di tempat pengembaranya yang baru tidak akan melihatnya sebagai orang yang tidak normal sebab tingkah laku dan pekerjaan yang dilakukannya serta pergaulannya kelihatannya tidak berbeda dengan orang lain.

Pada dasarnya penyebab dari gangguan ini adalah masalah psikologis. Faktor yang mendorong munculnya gangguan ini adalah keinginan yang sangat kuat untuk lari atau melepaskan diri dari pengalaman yang secara emosional menyakitkan individu.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer