TEKNOLOGI REPRODUKSI CARA KULTUR JARINGAN - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Jumat, 10 Februari 2012

TEKNOLOGI REPRODUKSI CARA KULTUR JARINGAN

07.00

 Salah satu masalah dalam penyediaan bibit unggul adalah perbanyakan secara cepat. Bagaimana caranya agar kita bisa memperoleh organisme dengan sifat unggul dalam jumalh besar dalam waktu singkat. Kultur jaringan adalah jawaban atas pertanyaan tersebut. Kultur jaringan telah banyak diterapkan dalam bidang pertanian dan perkebunan skala besar untuk mendapatkan bibit unggul dalam waktu singkat.
Kultur jaringan adalah cara menumbuhkan sel atau jaringan tumbuhan atau hewan di dalam medium buatan dilaboratorium. Dalam kultur jaringan ini hanya diperlukan sedikit bagian dari hewan atau tumbuhan, misalnya tunas, akar, atau daun. Bagian tersebut dibagi-bagi lagi dan setiap bagian ditumbuhan dalam medium tertentu dan kondisi steril di laboratorium. Hasilnya adalah organisme dalam jumlah besar yang sifatnya sama dengan induknya.
Teknik kultur jaringan lebih mudah siterapkan pada tumbuhan dibandingkan pada hewan. Hal ini dikarenakan sel tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang tinggi. Totipotensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu sel untuk berkembang menjadi satu individu. Kemampuan seperti ini sangat rendah pada sel hewan dewasa. Oleh karena itu, kultur jaringan lebih sering digunakan pada berbagai tanaman sebagai salah satu cara teknologi reproduksi.
Kultur jaringan dipopulerkan oleh Muer, Hildebrandt dan Riker pada tahun 1954. Kultur jaringan ini digunakan untuk mengatasi kekurangan pangan karena alasan sebagai berikut:

  1. Dapat menghasilkan bibit tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu singkat, dengan sifat dan kualitas ssama dengan induknya.
  2. Dapat menghasilkan bibit tanaman bebas penyakit dalam jumlah banyak.

Metode kultur jaringan
Kultur jaringan memerlukan pengetahuan dasar tentang kimia dan biologi. Berikut metode mengembangbiakkan tanaman dengan kultur jaringan:
1.    Menyiapkan media (tempat tumbuh) yang terdiri atas
a. Unsur makro (C, H, O, N,S, P, K, Ca, Mg, ) dan unsur mikro (Zn, Mn, Ca, Mo, SO)
b. Asam amino, vitamin, gula, hormon, dengan perbandingan tertentu.
Untuk media cair, bahan-bahan tersebut ditambah dengan akuades. Sedangkan media padat dicampur dengan agar-agar. Media cair dan media cair kemudian disterilkan dengan menggunakan mesin khusus yang disebut autoklaf.
2.   Menyiapkan jaringan
Dengan pisau tajam yang steril, ujung tunas muda, seperti ujung akar dan ujung tunas batang, dipotong-potong sebesar 1-1,5 mm. Kemudian jaringan tersebut disterilkan dengan kalsium hipoklorit 5% dan setelah itu dibilas dengan akuades steril.
3.   Potongan jaringan kemudian ditanam di media air. Potongan jaringan yang ditubuhkan dalam media itu disebut eksplan. Eksplan diletakkan dimeja pengocok (shaker) yang selalu bergoyang sebanyak 60-70 kali permenit. Pengocokan dilakukan selama 6 jam sehari selama 1,5 - 2 bulan.
Tujuan pengocokan adalah sebagai berikut
  • Agar proses penyerapan zat dan penyebaran makanan merata.
  • Menjamin pertukaran udara lebih cepat.
Dalam media cair ini, setelah 2 bulan akan tumbuh tonjolan atau kalus. Kalus ini kemudian dipindahkan ke media padat agar tumbuh mejadi tumbuhan kecil (planlet). Tumbuhan kecil dalam media padat kemudian disimpan di tempat yang suhu, kelembapan dan cahayanya dapat diatur sesuai kebutuhan.
4.   Setelah calon akar daun tumbuh, kemudian dipindahkan ke media padat lain untuk dipisah-pisahkan supaya tidak terlalu rapat sehingga menjadi tanaman yang lebih besar.
5.   Tanaman yang telah tumbuh sempurna dapat dipindahkan ke pot baru dengan media tanah yang sudah diberi pupuk. Tanaman dalam pot ini merupakan masa peralihan dari tanaman dalam medium di laboratorium sebelum ditanam di lahan yang sesungguhnya. Bila tanaman sudah kuat dan tumbuh dengan baik, dapat di pindahkan ke lahan.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer