EVALUASI TEORI THORNDIKE - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Rabu, 14 Maret 2012

EVALUASI TEORI THORNDIKE

08.00
konstribus

Kata rintisan Thorndike alternatif tersendiri untuk mengkonseptualisasikan belajar dan perilaku dan memberi pendekatan yang jauh berbeda dengan pendekatan sebelum dia. Sebelum studi Thorndike, tidak ada pembahasan eksperimental yang sistematis terhadap proses belajar. Dia bukan hanya menjelaskan dan mensintesiskan data yang tersedia , dia juga menemukan dan mengenbangkan fenomena balajar trial and error dan transfer training, misalnya yang akan mendefinisikan domain teori belajar untuk masa-masa berikutnya.

Dengan hukkum efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati, dalam kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku. Persoalan tentang apa penyebab efek ini, apa batasnya, durasinya, dan problem yang terkait dengan definisi dan pengukurannya kelak memandu riset dalam tradisi behavioral selama 50 tahun kemudian dan masih menjadi topik riset dan perdebatan sampai sekarang. Thorndike adalah salah satu orang paling awal yang meniti mengapa orang bisa lupa melalui hukum latihannya dan meneliti pengekangan perilaku lewat kajiannya terhadap hukuman. Dia jelas bersedia membuang pandangan awalnya yang ternyata bertentangan dengan data baru. Dalam kajian transfer traningnya, Thorndike adalah orang pertama yang mempertanyakan asumsi umum tentang praktik pendidikan pada saat itu (disiplin formal). Dan, meskipun di dapat dianggap sebagai behavioris awal, gagasannya tentang prapotensi elemen dan respons dengan analogi telah membantu munculnya benih teori belajar kognitif kontemporer.

Kritik

walaupun telah ditunjukkan bahwa beberapa fenomena yang ditemukan oleh Thorndike, seperti penyebaran efek, misalnya, adalah karena akibat dari proses yang bukan diidentifikasinya (Estes, 1969b, Zirkle, 1946), kritik penting terhadap teori Throndike berfokus pada dua isu utama. Pertama berkaitan dengan definisi unsur permuas (satisfier) dalam hukum efek. Yang kedua, juga berkaitan dengan hukum efek, adalah soal definisi yang terlalu mekanistik atas teori belajar. Kritik terhadap hukum efek menyatakan bahwa argumen Thorndike bersifat sirkular (berputar-putar). Jika probabilitas respons meningkat, itu dikatakan karena adanya keadaan yang memuaskan, jika tidak meningkat, itu dikatakan karena tidak ada unsur pemuas (satisfier). Penjelasan teori semacamitu dianggap tidak memungkinkan untuk diuji karena kejadian yang sama (peningkatan probabilitas respons) dipakai untuk mendeteksi baik itu proses belajar maupun keadaan yang memuaskan. Kelak para pembela Thorndike mengatakan bahwa kritik ini tidak valid karena setelah sesuatu ditunjukkan sebagai unsur pemuas (satisfer), ia dapat untuk dipakai memodifikasi perilaku dalam situasi yang lain (Meehl, 1950), terapi, seperti yang akan kita bahas di Bab 5, pembelaan ini gagal.

Kritik kedua terhadaphukum efek Thorndike terekait dengan cara hubungan S-Rdi perkuat atau diperlemah, seperti telah kita bahas, Thorndike percaya bahwa belajar adalah fungsi otomatis dari keadaan yang memuaskan dan bukan dari mekanisme keadaan seperti pemikiran atau penalaran. Thorndike jelas percaya bahwa belajar dapat dijelaskan dengan memadai tanpa merujuk pada hal-hal semacam itu. Mahasiswa saat itu, dan mahasiswa saat sekarang, bereaksi negatif terhadap pendekatan studi belajar yang mekanistik seperti ini. Willian McDougall, misalnya, pada tahun 1920-an menulis bahwa teori pemilihan dan pengaitan Thorndike adalah “teorinya”sifat penguatannya dan apakah seorang pembelajar harus menyadari kontigensi penguatan agar penguatan itu efektif masih terus diperdebatkan samapi sekarang.

Sumber: Buku Theories Of Learning (teori belajar). B. R Hergenhahn Matthew H. Olson

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Toggle Footer