FAKTOR-FAKTOR KESALAHAN BERFIKIR - Kumpulan Materi
Breaking News
Loading...
Senin, 19 Maret 2012

FAKTOR-FAKTOR KESALAHAN BERFIKIR

22.58
Ada dua faktor yang bsisa menimbulkan kesalahan berfikir. Pertama, faktor biologis, Kedua, faktor sosiopsikologis..


faktor psikologi merupakan faktor yang merupakan faktor yang bersifat internal dan terkait dengan kondisi fisik. Orang yang terlalu lelah bekerja terkadang kesulitan untuk berfikir, lebih-lebih untuk memecahkan masalah. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa anak sekolah yang membiasakan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah, daya tangkapnya lebih bagus daripada anak yang tidak biasa sarapan pagi. Mahasiswa yang semalaman begadang kurang dapat mengluarkan ide-ide dan pandangan yang tepat dibandingkan dengan mahasiswa yang tidurnya cukup.


Ada yang perlu dibuktikan secara ilmiah tentang faktor biologis. Beberapa sufi mempunyai pengalaman tersendiri, di antaranya Abu Giyats Al-Baghdadi dan Abd Al-Wahhab Al-Sya'rani. Semakin sering mereka menggosongkan perut melalui puasa, semakin cemerlang dan tajam otak merek. Kekuatan tulis-menulis mereka sangat hebat di saat mereka berpuasa. Tampaknya, ini jungkir balik dengan pandangan umum yang menyatakan bahwa makan yang cukup membantu kelancaran berfikir seseorang.


Adapaun faktor sosiopsikologis sama dengan faktor biologis yang merupakan faktor internal. Hanya saja, sosipsikologis bersifat psikis. Faktor ini sama pentingnya dengan faktor biologis. Yang termasuk ke dalam faktor kesalahan berfikir secara sosipsikologis adalah motivasi, kepercayaan diri dan sikap salah, kebiasaan, dan emos. Berikut penjelasan lebih lengkap.


Motivasi

Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas (Rakhmat, 1996:73). Banyak peserta lomba membuka simpul tali yang sama sekali tidak dapat membuka satu simpul pun karena dihadapannya diletakkan gepokan uang jutaan rupiah sebagai hadiahnya. Motivasi mendapatkan uang yang sangat menggebu pada diri para peserta membatasi fleksibilitas mereka. Mereka merasa grogi dan pikirannya terbagi ke mana-mana. Contoh lain adalah seorang peserta ujian calon pegawai negeri sipil tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana, 3x2+1:7=... di saat tes potensi akademik karena grogi.


Kepercayaan dan sikap yang salah

Asumsi yang salah menyesatkan kita. Ketika kita berasumsi atau percaya bahwa aset tersebar dalam hidup ini adalah uang, atau kekuasaan, dan pengaruh, kita akan berasumsi seperti itu selamanya. Padahal, menurut Henry Chester, semangat adalah aset terbesar di seluruh dunia. Ia dapat mengalahkan uang kekuasaan dan pengaruh. Ketika kita berasumsi bahwa sedekah sedikit adalah kehinaan, kita tidak akan pernah melakukannya. Padahal, menurut Imam Ali bin Abi Tholib, tidak sedekah lebih hina daripada bersedekah sedikit.


Jadi, asumsi atau sikap yang salah memengaruhi ketepatan berfikir. Kerangka berfikir yang salah dapat menghambat efektivitas pemecahan masalah. Bahkan, yang lebih parah, akibat kerangka rujukan keliru, seseorang biasanya merasionalisasikan kesalahan.


Kebiasaan

Kebiasaan dapat menimbulkan kekakuan berfikir. Berfikir yang fleksibel oleh kebiasaan. Berfikir kaku sering menimbulkan masalah. Penolakan orang-orang Quraisy terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, adalah akibat mereka terbungkus oleh kebiasaan tidak dapat berfikir objektif.


Anda tahu tanda-tanda berfikir kaku? Kira-kita tandanya seperti ini: berfikir yang ditandai dengan kesangat hormatan pada jwaban-jawaban yang lama, ataupun mapan, dan prinsip-prinsip yang sudah diterima. Semua ini, oleh orang yang berpikir kaku, dianggap sebagai otoritas final dan mutlak


Emosi

Pikiran seseorang bisa diwarnai oleh emosi. Berfikir yang telah terwarnai oleh emosi tidak akan menghasilkan kesimpulan yang objektif. Ada ungkapan sangat terkenal, “Berfikir akan efektif bila dilakukan dalam keadaan fun.” selain menimbulkan kekeliruan berfikir, emosi yang telah mencapai intensitas yang sangat tinggi bisa menjadi penghalang yang sangat kuat untuk berfikir. Akibatnya, orang yang mengalaminya sulit berfikir. Istilah sederhana untuk menyebutkan kesulitan berfikir akibat intensitas emosi yang sangat tinggi adalah stres.


Ketakutan amat tinggi bisa menjadikan seseorang tidak dapat memikirkan apa pun, lebih-lebih berfikir yang jernih dan rasional. Penghuni apartemen yang terbakar, banyak yang menjatuhkan diri dari lantai 10 atau lebih hingga tewas seketika. Sebaliknya, orang yang terlalu senang sangat mudah melakukan perjalanan di padang pasir yang jatuh dari orang lain. Ia mengendarai seekor unta yang diatasnya dimuat berbagai pelengkapan. Di tengah-tengah perjalanan, orang itu merasa lelah dan lapar. Ia berhenti di dekat sebuah pohon dan tertidur. Ketika bangun dari tidur, ia sangat terhentak. Sebab, unta dan pelengkapannya telah hilang. Ia merasa sedih dan bingung, bahkan putus asa. Lalu, ia tidur lagi dan pasrah terhadap peristiwa yang dialaminya. Cukup lama dia tertidur sambil membawa rasa sedih putus asa.


Setelah beberapa lama tertidur, ia bangun. Ternyata, untanya yang telah dinyatakan hilang dan tidak terpikir akan kembali telah berada di hadapannya. Tak terhingga rasa senang dan bahagia orang ini. Secara spontan ia berkata,” Ya Tuhan, Engkau hambaku dan aku Tuhanmu,” Saking bahagianya, orang itu salah berkata. Seharusnya,” Ya Tuhan, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu.



Sumber: Buku Psikologi Pendidikan Dr.H.Mahmud, M.Si., pengantar: Prof. Pupuh Fatturahman.

1 komentar:

Popular Posts

 
Toggle Footer