Kerentanan anak berbakat dengan karakteristik khasnya yang dapat menyebabkan mereka mengalami masalah baik dengan baik sendiri maupun dengan dunia luar. Anak berbakat kreatif dengan daya imajinasi yang kuat, pemikiran yang orisinal, kemandirian, dan minat yang luas dapat melibatkan diri secara intensif dalam berbagai masalah dan menghasilkan proyek dan produk yang menarik. Di pihak lain, ciri – ciri mereka untuk mempertanyakan, bersikap kritis, ketidakpuasan dengan otoritas, kebosanan dengan tugas – tugas rutin, dan kemampuan untuk “melihat dari sudut tinjau lain” dan “ selalu melihat kemungkinan lain” dapat mengakibatkan ketegangan dan ketidaknyamanan dalam hubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya. Ditambah lagi dengan data penelitian yang menunjukkan bahwa banyak anak berbakat yang prestasinya di bawah potensinya, merupakan tantangan bagi pendidikan untuk membantu anak berbakat kreatif menjalin hubungan sosial yang efektif, di rumah, dan di sekolah, serta dapat mengembangkan, mengungkapkan, dan mewujudkan potensi kreatifnya yang bermakna.
Kasus Anak Berbakat Kreatif yang Bermasalah
Berikut digambarkan beberapa
contoh kasus anak berbakat kreatif yang mengalami kesulitan di sekolah:
“Nilai – nilai Ari di sekolah
menunjukkan prestasi di bawah rata – rata, meskipun taraf inteligensinya cukup
tinggi. Nampaknya dia tidak bermotivasi untuk berprestasi. Namun ia memiliki
banyak minat dan hobi, dan dalam diskusi kelas sering memaparkan gagasan yang
orisinal. Dalam kegiatan diluar kelas dengan teman sebaya sering tampil sebagai
pemimpin. Sebetulnya ia memiliki dasar pengetahuan yang cukup luas, tetapi ia
kurang tekun dan rajin dalam membuat tugas – tugas di dalam kelas dan pekerjaan
rumah. Ia ingin masuk perguruan tinggi, tetapi melihat keadaan sekarang,
walaupun memiliki potensi intelektual dan kreatif yang tinggi, sulit diharapkan
bahwa ia dapat diterima.”
“Miryam gadis yang sangat kreatif
dan berbakat intelektual. IQ-nya di atas 140. Nilainya hampir semua “A” tanpa
banyak usaha. Puisinya dimuat dalam beberapa majalah. Sejak duduk di SMA
orangtuanya mengeluh tentang perilakunya, Ia merokok dan bebas dalam pergaulan.
Ia berminat masuk perguruan tinggi.”
“Elisa siswa kelas lima SD. IQ-nya
tinggi dan prestasinya baik. Guru kelas menyukainya, tetapi Elisa mengatakan
kepada ibunya bahwa ia membenci sekolah. Ketika ditanya lebih lanjut, Elisa
menunjukkan laci meja tulisannya yang penuh dengan cerita karangannya. Ia
menulis cerita – cerita tersebut dalam waktu luangnya dan agaknya kurang
mendapat persetujuan dari gurunya yang menginginkannya untuk menggunakan
waktunya untuk hal – hal yang “lebih bermanfaat”.
“Ramli duduk di kelas 2 SD dan ia
gemar membaca. Keterampilan dan minat membacanya jau melebihi teman – temannya
sekelasnya. Tingkat energinya tinggi dan imajinasinya kuat, tetapi kurang sabar
melakukan tugas – tugas rutin di kelas. Ia kurang memahami matematika yang
menurutnya membosankan. Guru mengamati bahwa selama pelajaran matematika Ramli
diam – diam membaca buku dan tidak mendengarkan pelajaran matematika. Ia sering
gagal dalam tugas matematika tetapi hal itu tidak mengganggunya, namun
orangtuanya dan guru mempermasalahkan minatnya yang “tidak seimbang”.
Contoh kasus ini dapat terjadi
jika anak berbakat kreatif tidak didukung oleh lingkungan rumah dan/atau
sekolah. Lingkungan yang paling sering menimbulkan masalah bagi anak – anak ini
menurut Davis dan Rimm (dalam Colangelo dan Zaffrann, 1979) adalah yang ekstrem
“terlalu membatasi” (otoriter) atau “terlalu permisif”, lihat gambar 12.1
konselor perlu menemukenali anak – anak ini sebagai kreatif dan memberi sistem
dukungan yang memupuk produktivitas kreatifnya. Guru dan konselor yang bekerja
dengan anak kreatif perlu mengingat bahwa sering ada sanksi sosial terhadap
divergensi atau kekreatifan.
- Anak kreatif lebih suka belajar sendiri.
- Anak kreatif kurang menyukai tugas – tugas rutin, tetapi lebih tertantang oleh tugas yang majemuk dan sulit.
- Keunikan anak kreatif sering kurang dihargai.
- Bakat kreatif anak hanya tampil dalam bidang – bidang tertentu.
DUKUNGAN LINGKUNGAN
berikut ini adalah beberapa saran
dalam membina anak – anak kreatif sehubungan dengan dukungan lingkungan yang
mereka perlukan.
(1) Fleksibilitas dalam kesempatan
Karena anak kreatif lebih suka
belajar sendiri, dan mungkin belajarnya berbeda dari siswa lain, perlu
diupayakan fleksibilitas dalam memberi kesempatan yang menuju ke pengarahan
diri secara bertanggung jawab. Minat mereka yang luas dan kecenderungan
berpikir divergen akan tumbuh dengan subur dalam lingkungan yang tidak banyak
membatasi. Batas – batas yang kaku membuat anak – anak ini lebih merasakan
frustrasi daripada anak – anak lain, dan dapat menimbulkan sikap menentang,
menolak, atau membenci.
(2) Contoh yang positif
Karena minat anak kreatif berbeda
dari kebanyakan anak, sering mereka mencari – cari sampai menemukan model
identifikasi yang tepat. Jika mereka tidak menemukan model yang sesuai, mereka
akan diarahkan oleh minat mereka sendiri dan cenderung tidak mengindahkan
keterampilan yang diperlukan agar produktif dalam bidang minat khususnya dan
sekaligus menumbuhkan motivasi mereka. Konselor dalam hal ini mempertimbangkan
seorang mentor sebagai model yang sesuai dengan minat khusus anak.
(3) Bimbingan dan dukungan
Anak kreatif memerlukan penguatan
untuk prestasinya agar menjadi percaya diri terhadap karya kreatifnya.
Lingkungan yang tidak responsif menghilangkan semangat untuk berkreasi, dan
kritik yang keras dapat mematikan upaya kreatif dari anak yang sensitif.
Sebaliknya, pujian berlebih dan tidak selektif kurang bermakna. Pribadi yang
kreatif menghargai penilaian yang sesuai. Pujian untuk karya yang berkualitas
dan kritik yang positif konstruktif mendukung pertumbuhan kemampuan kreatif dan
kepercayaan diri.
(4) Rasa humor
Rasa humor yang kuat dari anak
berbakat sering mengakibatkan masalah disiplin dalam lingkungan tanpa humor.
Humor sebagai bakat dapat disalurkan ke ungkapan kreatif secara lisan dan tulisan,
drama dan karya seni, dan dapat menjadi dasar dari kepemimpinan yang berhasil
di antara teman sebaya.
(5) Empati
Bagi seorang konselor sangat
penting untuk memahami masalah khusus dari siswa kreatif. Siswa kreatif
biasanya mengenal dirinya sebagai berbeda dan mungkina merasa terganggu
karenanya. Konselor yang memahami dan memberi dukungan dapat membantu
menyelamatkan siswa kreatif dari kepercayaan yang menyakitkan bahwa ada sesuatu
yang “ salah” pada mereka. Dengan memberi mereka empati, seorang konselor dapat
menghadiri kecenderungan siswa kreatif untuk membuktikan kepada teman sebaya
bahwa mereka “sama seperti yang lain” dengan upaya – upaya tidak kreatif yang
hanya membuang – buang talenta mereka.
Setiap anak memerlukan lingkungan
yang mendukung pengembangan bakat dan talenta. Namun anak kreatif lebih – lebih
memerlukannya karena kebutuhan khasnya yang menuntut kepekaan konselor.
Sumber: Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Prof Dr. S.C. Utami Munandar.
Sumber: Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Prof Dr. S.C. Utami Munandar.
mana sumbernya?????????
BalasHapus