Pandangan tentang sifat manusia
AT adalah berakar pada suatu filsafat yang anti deterministik serta menekan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemrograman awal. Disamping itu, AT berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. AT meletakkan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Hal ini tidak menyeretkan orang terbebas dari pengaruh kekuatan-kekuatan sosial, juga tidak berarti bahwa orang-orang sampai pada putusan-putusan hidupnya yang penting sepenuhnya oleh dirinya sendiri. Bagaimanapun, orang-orang dipengaruhi oleh harapan –harapan dan tuntutan dari orang-orang lain yang berarti, dan putusan-putusan dirinya pun dibuat ketika hidup mereka sangat bergantung oleh orang lain. Akan tetapi, putusan itu bisa ditijau dan ditantang serta jika putusan-putusan dini tersebut tidak baik lagi, bisa dibuat keputusan baru.
Pandangan tentang manusia ini memiliki implikasi-implikas nyata bagi terapi AT. Terapis mengakui bahwa salah satu alasan mengapa seseorang berada dalam terapi karena dia ingin memasuki persengkongkolan permainan dalam mempermainkan permainan, terapis tidak mendukung perkembangan hubungan persengkongkolan dalam terapi. Terapis tidak menerima perkataan “coba”, “saya tidak bisa membantunya”, dan “jangan menyalahkan saya, sebab saya bodoh”. Dengan premis dasar bahwa seseorang dapat membuat pilihan-pilihan, putusan-putusan baru, dan bisa bertindak, maka praktek trapeutik AT tidak bisa menerima akal-akal, penolakan dalam kewajiban.
Skenario-skenario kehidupan dan posisi-posisi psikologi dasar
Skenario kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan-putusan awal yang dibuat kita sebagai anak, yang selanjutnya dibawah oleh kita sebagai orang dewasa. Kita menerima pesan-pesan dan dengan demikian kita belajar dan menetapkan tentang bagaimana kita pada usia dini. Pesan-pesan verbal dan nonverbal orang tua mengkomunikasikan bagaimana mereka melihat kita dan bagaimana mereka merasakan diri kita. Kita membuat putusan-putusan dini yang memberikan andil pada pembantukan perasaan sebagai orang pemenang (perasaan “oke”) atau perasaan sebagai orang yang kalah (perasaan“tidak oke”)
Perintah-perintah orang tua adalah bagian dari skenario kehidupan kita yang mencakup “harus”, “semestinya”, “lakukan”, “jangan lakukan”, dan pengharapan-pengharapan orang tua. Kita mempelajari perintah-perintah itu pada usia dini dan kita juga membuat putusan-putusan tentang bagaimana kita akan merspon orang lain dan bagaimana kita merasakan harga diri kita. Dalam kehidupan kedewasa banyak tingkah laku kita yang tumbuh dari bagaimana kita “disekenarionkan” dan hasil keputusan – peputusan dini yang kita buat.
Berkaitan dengan konsep sekenarion kehidupan , pesan – pesan dan perintah – perintah orang tua, serta keputsan petusan AT tentang empat posisi dasar dalam hidup, yaitu : “saya ok- kamu OK”, “saya ok – kamu tidak OK”, “saya tidak ok – kamu OK”, “saya tidak ok – kamu tidak OK”, masing – masing posisi itu berlandaskan keputusan – keputusan orang sebagia hasil dari pengalaman ini di masa dini kanak – kanak. Posisi yang sehat adalah posis dengan perasaan sebagia pengenang atau posisi saya ok – kamu OK. Dalam posisi tersebut dua orang merasa seperti pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang terbuka. Saya kamu tidak OK adalah posisi orang – orang yang memproyeksikan masalah – masalahnya kepada orang lain dan mempersalahkan orang lain ia adalah posisi yang arogan akan menjauhkan orang dair orang lain dan mempertahankan seseorang dalma penyingkiran diri. Saya tidak ok – kamu OK adalah posisi orang yang mengalami depresi, yang merasa tak kuasa di bangding dengna orang lain dan yang cenderung menarik diri atau lebih suka memenhi keinginan orang lain dari pada keinginan diri sendiri. Saya tidak ok kamu tidak ok adalah posisi orang – orang yang menyingkirkan semua harapan, yang kehilangan minat hidup dan melihat hidup sebagia tidak mengadung harapan.
Kebutuhan manusia akan belaian
Jika kebutuhan akan belaian tidak tercukupi yang menunjukkan bahwa mereka tidak secarfa sehat, baik emosinal maupun fisikan. Oleh karena itu, AT memberikan perhatian bagaimana orang – orang menyusun waktunya dalam usaha memperoleh belaian. Dan macam – macam yang diterima oleh seseoran gakan menentukaan bagaimana orang itu bertingkah laku. Menurut AT, kita seharusnya memhami kita kita memperoleh balaian, belajaruntuk memperoleh belaian yang kita inginkan dan bertanggung jawab atas ganjaran – ganjarang atau human – human. Belaian yang positif adalah esensial bagia perkembangan pribadi yang sehat secar apsikologis dan perasaan OK. Jika belaian yang kita terima itu otentik dan bersumber pada posisi saya ok. Saya ok – saya ok, kita akan terpelihara dengan baik. Belaian – belain yang bisa berbentuk afeksi atau pengahargaan atau penghargaan, bisa disalurkan melalui kata – kata, elusan, pandangan, atua mimik muka. Belaian yang negatif oleh orang tua mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan anak. Belaian – belaian negatif mengambil bentuk pesan – pesan (ferbal dan nonferbal. Yang merampas kehormatan dan menyebabkan seseorang merasa dikesampingkan dan tak berarti. Belaian negatif, yang mengirikan pesan “kamu tidak ok”, menyangkut pengecilan, penghinaan, cemoohan, kesewenangan, dan perlakuan terhadap seseorang sebagai objek. Teori AT mengatakan bahwa banyak tingkah laku manusia, yang bisa dipahami dalam hubungannya dengan cara seseorang menyusun waktunya. Menurut Berni (1961, 1964) (dan Harris 1964), ada enam tipe perasn saksi yang bisa muncul diantara ornag – onrag yakni penarikan diri, upacara – upacara, aktivitas – aktivitas, hiburan, permainan – permainan, dan keakraban. Lima tiper pertama, bisa menyebabkan orang – orang terpisah meskipun di antaranya bergun dan diperlukan untuk mengubah sekenarion dan memperoleh belaian. Teori AT menekankan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk mengadakan hubungan yang bisa dicapai dalam bentuknya yang terbaik melalui keakraban. Jadi salah satu cara teori AT menjabarkan tingkah laku manusia adalh dalam penyusunan wakut yang melibatkan berbagai cara peroleh belaian dari orang lain
Sumber: Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Gerald Corey (Hal 158 - 166)
Sumber: Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Gerald Corey (Hal 158 - 166)
0 komentar:
Posting Komentar