Kamis, 03 Oktober 2019

PETANDA BIOLOGIS (BIOLOGICAL MARKER)

Kumpulan Materi Peneliti epodomiologi terjadinya suatu penyakit akibat terpapar suatu agen lingkungan sering kali terhambat oleh kesulitan mendapatkan informasi yang tepat mengenai dosis dan lama paparan. 

Secara tradisional, dasar yang dipakai para ahli dalam melakukan penelitian epidemiologi lingkungan antara lain adalah: 

· Apakah individu telah terpapar oleh agen yang dimaksud (ya atau tidak). 

· Berapa lama paparan dari agen yang dimaksud. 

· Mengetahui tingkat paparan di lingkungan sekitar individu (misalnya dengan melakukan monitoring udara), dengan pemakaian alat berupa pengukur perseorangan, misalnya personal dust sampler. 

Dalam pengertian epidemiologi, yang dimaksud dengan perhitungan ekologi adalah nilai individu di dalam suatu kelompok atau dapat diasumsikan bahwa individu yang terpapar akan membentuk kelompok tertentu. 

Manusia yang terpapar baik di lingkungan kerja atau lingkungan lainnya secara umum akan berhubungan dengan bahan kimia yang kompleks. Bahan kimia tersebut akan dapat memberikan efek pada manusia yang biasanya bersifat spesifik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa paparan oleh bahan yang kompeks akan memberian petanda yang spesifik. Hal tersebut merupakan tantangan untuk menentukan petanda biologis (biological marker) akibat paparan dari bahan kimia. 

Petanda biologis suatu paparan merupakan petanda biologis yang timbul akibat terpapar oleh suatu agen lingkungan. Petanda biologis dapat diartikan sebagai suatu perubahan sel, biokimia atau melekul yang dapat diukur, dalam media biologi seperti jaringan, sel ataupun cairan tubuh. 

Dalam menentukan perkiraan paparan, pengukuran petanda biologis suatu paparan di dalam tubuh lebih menguntungkan daripada pengukuran yang dilakukan di luar tubuh. Diharapkan bahwa pemakaian petanda biologis suatu paparan akan meningkatkan ketelitian dalam menilai paparan suatu agen terhadap individu, dan meningkatkan sensitivitas penelitian epidemiologi dalma mendeteksi hubungan (terutama hubungan yang lemah) antara paparan dengan penyakit. 

Paparan yang kompleks dan timbulnya petanda yang spesifik dapat diilustrasikan seperti di bawah ini. 



Pada suatu penelitian didapatkan hasil A yang merupaan petanda biologis spesifik dan berasal dari bahan kimia spesifik dan tunggal. Hasil D merupakan hasil yang tidak spesifik dan merupakan hasil daari bahan kimia yang kompleks dan merupakan keadaan yang wajar-wajar saja, karena paparan yang kompleks biasanya timbul petanda biologis non spesifik. Hasil C merupakan hasil pengembangan dari petanda biologis yang spesifik dan berasal dari bahan kimia yang kompleks. Sebagai contoh adalah DNA-adduct akan teridentifikasi pada plasenta yang terdapat pada waktu ibu tersebut merokok. 

Contoh petanda biologis adalah sebagai berikut: 

1. Nonspecific Marker 

Perubahan sister-cromatid dalam limfosit 

Aberasi chromosome dalam limfosit 

Micronuclei dalam limfosit 

Mutagenesis dalam urine 

Hypaxanthine-guanine phosphoribeyl transferase (HGPRT) dalam lymphocytes. 

2. Intermediate Specificity 

Komponen amino total dalam urine (untuk amino aromatik). 

Methemolobin darah (untuk amino aromatik). 

Phenol dalam urine (untuk benzene) 

DNA-adducts dengan golongan alkil (untuk alkylating agents) 

3. Petanda spesifik (Specific Marker) 

a. Bahan kimia yang tidak berubah dalam jaringan tubuh atau pada cairan tubuh/darah. 

b. metabolit bahan kimia dalam jaringan tubuh atau dalam cairan tubuh, contohnya asam trichloroacetic dalam urine yang berasal dari trichloroethylene. 

c. DNA adducts 

petanda spesifik muncul apabila terpapar oleh bahan kimia yang mudah terindentifikasi. Namun petanda non-Spesifik akan timbul dengan adanya paparan majemuk dan tidak dapat diidentifikasi paparan bahan kimia yang bertanggung jawab 

4. Target dan Media Biologi 

Biotransportasi bahan toksik atau xenobiotik, meliputi masuknya bahan, distribusi, transformasi, dan ekskresi keluar tubuh. Di bawah ini gambaran proses biotransformasi yan menyangkut jaringan target dan media biologi yang dapat dimonitor. 





Sumber: Mukono H. J. (2005). Toksikologi lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal. 106-108).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar