Jumat, 02 Maret 2012

PERSPEKTIF UTAMA DALAM PSIKOLOGI

Kumpulan Materilima cara pandang yang menonjol dalam psikologi dewasa ini adalah perspektif biologis, belajar, kognitif, sosiokultural, dan psikodinamika. Semua pendekatan ini secara unik mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai perilaku manusia, asumsi tentang cara kerja pikiran manusia, dan yang terpenting penjelasan tentang alasan seseorang berbuat sesuatu.

Perspektif Biologis
berfokus pada cara berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan, dan pikiran seseorang. Implus-implus elektrik bergerak di sepanjang rangkaian sistem saraf yang rumit. Rangkaian hormon yang terkandung hormon yang terkandung di sepanjang aliran darah memberi tahu organ internal untuk memperoleh sel otak yang satu dengan memberi tahu organ internal untuk memperlambat atau mempercepat kerjanya. Zat kimiawi mengalir melintas ruang-ruang kecil yang memisahkan sel otak yang satu dengan sel otak lainnya. Para psikolog yang menerapkan persepektif biologis memperlajari cara berbagai peristiwa fisik ini berinteraksi dengan peristiwa di lingkungan eksternal sehingga menghasilkan persepsi, ingatan, dan perilaku.

Para ilmuan dengan perspektif ini mempelajari bagaimana biologi mempengaruhi proses belajar dan prestasi, persepsi tentang realitas, pengalaman emosi, dan kerentanan gangguan emosional. Ilmuwan-ilmuwan ini mempelajari cara pikiran dan tubuh saling berinteraksi satu sama lain dalam menimbulkan kondisi sakit dan sehat. Mereka menelaah konstribusi gen dan sejumlah faktor biologis lainnya dalam mempengaruhi perkembangan kemampuan dan sifat kepribadian. Dalam perspektif ini muncul, psikologi evolusi sebagai sebuah spesialisasi baru dan populer yang dipengaruhi oleh faktor genetis dan yang bersifat fungsional atau adaptif selama proses evolusi di masa lampau dapat tercermin dalam berbagai perilaku, proses mental, dan sifat mental kita di masa sekarang (lihat Bab 3). pesan yang hendak disampaikan oleh pendekatan biologis ini adalah bahwa kita tidak bisa memahami diri kita sendiri sepenuhnya jika kita tidak mengetahui tubuh kita.


Perspektif Belajar
menelaah cara lingkungan dan pemalaman mempengaruhi tindakan seseorang atau organisme lain. Dalam perspektif ini, para penganut aliran behaviorisme (behaviorist) menaruh perhatian pada peranan penghargaan (reward) maupun hukuman (panishmenr) dalam mempertahankan atau mengurangi kecenderungan munculnya perilaku tertentu. Sebagai contoh: apakah anda kesulitan dalam menaati jadwal?. Seorang penganut aliran behaviorisme akan menganalisis gangguan lingkungan yang dianggap dapat membantu menjelaskan masalah ini. Behaviorisme merupakan aliran psikologi ilmiah yang dominan di Amerika Utara selama hampir setengah abad, pada dekade 1960-an.

Di sisi lain, pengikut teori perspektif belajar sosial-kognitif berusaha menggabungkan berbagai unsur dari behaviorisme dengan berbagai penelitian mengenai pikiran, nilai, ekspresi, dan niat. Mereka yakin bahwa proses belajar seseorang tidak hanya dicapai melalui proses mengadaptasi perilaku agar sesuai dengan lingkungan, namun juga melalui proses peniruan perilaku orang lain dan dengan memikirkan berbagai peristiwa yang berlangsung di sekitar mereka. Perspektif belajar memiliki banyak aplikasi praktis. Secara historis, desakan dari para penganut aliran behaviorisme mengenai pentingnya ketepatan dan objektivitas telah berperan besar bagi kemajuan psikologis sebagai ilmu. Di damping itu, berbagai penelitian mengenai pentingnya ketepatan dan objektivitas telah berperan besar bagi kemajuan psikologi sebagai menghasilkan berbagai temuan yang sangat terpecaya.


Perspektif Kognitif
menekankan hal yang berlangsung di pikiran seseorang. Bagaimana seseorang berfikir, mengingat, memahami bahasa memecahkan masalah menjelaskan berbagai pengalaman, memperoleh sejumlah bahasa, memecah masalah, menjelaskan berbagai pengalaman, memperoleh sejumlah standar moral dan membentuk keyakinan (kata kognitif berasal dari bahasa Latin yang berarti “mengetahui” atau “untuk diketahui”). “Revolusi kognitif” dalam psikologi selama tahun 1970-an telah membawa perspektif ini ke garis depan.

Salah satu konstribusi penting yang telah disumbangkan perspektif ini adalah memperlihatkan bagaimana pikiran dan penjelasan yang seseorang kemukakan mempengaruhi berbagai tindakan perasaan dan pilihan mereka. Melalui berbagai metode yang cerdas untuk menyimpulkan proses mental berdasarkan perilaku yang terobservasi, kini para peneliti kognitif mampu mempelajari fenomena yang dulu pernah menjadi bahan spekulasi, seperti emosi, motivasi, dan wawasan (insight). Mereka merancang berbagai program komputer yang memperagakan cara manusia menyelesaikan tugas-tugas kompleks, menemukan apa yang berlangsung dalam pikiran seorang bayi dan mengidentifikasikan tipe-tipe intelegensi yang tidak takut terukur oleh tes IQ konvensional. Kini pendekatan kognitif merupakan salah satu perspektif yang paling kuat dalam prikologi. Pendekatan kognitif juga telah memberikan inspirasi bagi pembangunan penelitian secara besar-besar tentang cara pikiran yang sangat rumit dan kompleks.


Perspektif Sosiokultural
berfokus pada kekuatan sosial dan budaya sebagai kekuatan yang berkerja di luar individu. Kekuatan sosial aspek perilaku manusia. Mulai dari cara kita mencium sampai apa yang kita makan dan dimana peraturan budaya pada hampir seluruh perilaku kita. Kita ibarat ikan yang tidak sadar bahwa kita hidup di air, meskipun demikian jelasnya pengaruh air dalam kehidupan kita. Para psikolog dan perspektif ini mempelajari air yakni lingkungan sosial dan budaya tempat manusia “berenang” setiap harinya.

Melalui perspektif ini para psikolo sosial mengarahkan penelitiannya pada peraturan peran sosial, cara seseorang menaati otoritas, cara kita dipengaruhi oleh orang lain seperti pasangan, kekasih, teman, atasan, orang tua, dan orang asing. Psikolog budaya menelaah cara peraturan dan nilai budaya baik yang ekspelisit maupun implisit menpengaruhi perkembangan perilaku dan perasaan seseorang untuk menolong orang asing yang sedang mengalami kesulitan, atau cara budaya, mempengaruhi apa yang dilakukan seseorang ketika sedang berada dalam keadaan marah. Karena manusia pada hakikatnya adalah hewan sosial yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang berbeda-beda. Perspektif sosiokultural telah membuat psikologi menjadi disiplin ilmu yang lebih representatif dan tepat.

Perspektif Psikodinamika
menguraikan dinamika ketidaksadaran seseorang, seperti dorongan dalam diri, konflik , dan energi insting. Perspektif ini berasal dari teori psikoanalisis Freud, namun kini dilengkapi tambahan dari teori-teori psikodinamika lainnya. Para psikolog psikodinamika mencoba menggali higngga dasar permukaan perilaku seseorang untuk menemukan sumber-sumbe yang tidak disadari. Mereka menganggap diri mereka arkeolog pikiran.

Jika diibaratkan sebagai tangan, perspektif psikodinamika adalah jempol, yang terkait dengan jari-jari lainnya, namun juga terpisah, karena secara radikal berbeda dari pendekatan-pendekatan lain, baik dalam bahasa yang digunakan, metode, maupun standar penentuan keabsahan ilmiahnya. Meskipun beberapa ilmuawan psikologi melakukan studi empiris terhadap konsep-konsep psikodinamika, banyak ilmuwan lainnya berpendapat bahwa pendekatan psikodinamika seharusnya digolongkan ke dalam filsafat atau sastra, dan bukan ke dalam psikologi akademik. Agaknya anda tidak akan banyak menjumpai psikoanalisis dalam sebagian besar jurnal ilmiah psikologi (Robins, Gosling dan Craik. 1999). Meskipun demikian, diluar psikologi empiris, banyak psikoterapi, novelis, maupun orang awam yang tertarik pada pendekatan psikodinamika, yaitu berfokus pada masalah-masalah psikologis besar seperti hubungan antara dua jenis kelamin. Kekuatan seksualitas, dan ketakutan universitas terhadap kematian. Selengkapnya, dalam buku ini kita akan membahas banyak hal yang kontroversial secara terus terang menganai berbagai masalah psikodinamika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar