Pemahaman konseptual adalah aspek
kunci dari pembelajaran. Salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah
membuat murid memahami konsep utama dalam suatu subjek, bukan sekedar mengingat
fakta yang terpisah-pisah. Dalam banyak kasus, pemahaman konsep akan berkembang
apabila guru dapat membantu murid mengeklorasikan topik secara mendalam dan
memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep. Seperti yang
akan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.
Apa Konsep Itu?
Konsep adalah kategori-kategori
yang mengelompokkan objek, kejadian, karakteristik berdasarkan properti umum
(Zacks & tversky, 2001). Konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu
menyederhanakan dan meringkas informasi (Hahn & Ramscar, 2001); Medin,
2000). Bayangkan sebuah dunia di mana kita tak punya konsep. Kita harus melihat
sesuatu objek sebagai sesuatu yang unikdan tidak akan bias membuat
generalisasi. Apabila kita tidak punya konsep, kita akan kesulitan merumuskan
problem yang sepele dan bahkan tak bisa memecahkannya. Misalnya konsep buku.
Jika murid tidak mengetahui bahwa buku adalah lembaran-lembaran kertas dengan
ukuran yang sama, yang disatukan atau dijilid, dan berisi huruf cetak dan
gambar dalam urut-urutan yang mengandung arti-arti setiap kali kita menemukan
informasi baru.
Konsep juga membantu proses
mengingat, membuatnya lebih efisien. Ketika murid mengelompokkan objek untuk
membentuk konsep itu. Jadi, saat anda member PR matematika pada murid, anda
tidak harus menjelaskan secara detail apa itu matematika atau apa itu pekerjaan
rumah. Murid sudah ingat sejumlah aosiasi yang cocok. Konsep bukan hanya
membantu mengembalikan ingatan, tetapi juga membuat komunikasi menjadi lebih
efisien. Apabila anda berkata, “Sekarang pelajaran seni”, maka murid tahu
maksud anda. Anda tidak perlu menjelaskan panjang lebar apa seni itu. Jadi,
konsep membantu murid menyederhanakan dan meringkas informasi, dan meningkatkan
efisiensi memori, komunikasi, dan penggunaan waktu mereka.
Murid membentuk konsep melalui
pengalaman langsung dengan objek atau kejadian dalam dunia mereka. Misalnya,
dalam mengkonstruksi konsep kartun, anak mungkin pada mulanya menonton acara
kartun di TV, kemudian membaca komik, dan akhirnya melihat karikatur politik.
Murid juga membentuk konsep melalui pengalaman dengan symbol (sesuatu yang
mewakili sesuatu yang lain). Misalnya, kata adalah symbol. Demikian pula dengan
matematika, grafik dan gambir.
Beberapa konsep relative
sederhana, jelas dan konkret, sedangkan ada konsep lain yang lebih kompleks,
membingungkan dan abstrak (Barsalou, 2000). Konsep sederhana lebih mudah
disepakati. Misalnya, kebanyakan orang sepakat pada makna “ bayi”. Tetapi, kita
agak sulit untuk menyepakati apa yang dimaksud dengan “muda” atau “tua”. Kita
lebih mudah sepakat bahwa sesuatu di sebut apel ketimbang sepakat apakah
sesuatu itu buah atau bukan. Beberapa konsep ada yang sangat kompleks,
membingungkan, dan abstrak, seperti konsep dalam teori kejatuhan perekonomian
atau teori tegangan, dalam fisika.
Memproduksi Pembentukan Konsep
Dalam sejumlah hal, guru bisa
membantu murid untuk mengenali dan membentuk konsep yang efektif. Prosesnya
dimulai dengan mengenali ciri-ciri dai suatu konsep yang efektif. Prosesnya
dimulai dengan mengenali ciri-ciri dari suatu konsep tertentu.
Mempelajari ciri-ciri konsep.
Aspek penting dari pembentukan atau formasi konsep adalah memperlajari cirri
utamanya, atributnya, atau karakteristiknya. Ini adalah elemen pendefinisi
suatu konsep, dimensi yang membuatnya berbeda dari konsep lain. Misalnya, dalam
contoh konsep buku, cirri utamanya adalah lembaran kertas, jilid menjadi satu,
dan berisi huruf cetak dan gambar dalam urutan yang mengandung arti.
Karakteristik lain seperti ukuran, warna, dan panjang bukanlah cirri utama yang
mendefinisikan konsep buku. Pikiran juga ciri penting dari konsep dinosaurus;
punah dan reptile. Jadi, dalam kasus konsep dinosaurus, ciri “punah” adalah
penting.
Mendefinisikan konsep dan memberi
contoh
Konsep adalah mendefinisikan
secara jelas dan memberi contoh yang cermat. Strategi contoh aturan adalah salah satu cara yang efektif
(Tennyson & Cocchiarella, 1986). Strategi ini terdiri dari empat langkah:
- Mendefinisikan konsep. Sebagai bagian dari pendefinisian konsep, hubungan konsep denga konsep superordinat dan sebutkan ciri-ciri utamanya. Konsep superordinat adalah konsep yang lebih besar.
- Jelaskan istilah-istilah dalam definisi konsep. Pastikan bahwa ciri atau anak kanak teristik utama bisa dipahami dengan baik. Jadi, dalam mendeskripsikan cirri utama dari konsep dinosaurus, adalah penting bagi murid untuk mengetahui apa itu reptile; hewan vertebrata yang biasanya bertelur dan berisi atau bertanduk dan bernapas dengan paru-paru.
- Beri contoh untuk, mengilustrasikan ciri utamanya. Berkenan dengan contoh dinosaurus, kita dapat member contoh dan deskripsi tipe-tipe dinosaurus yang berbeda, seperti triceratops, brontosaurus, dan stegosaurusnya. Konsep ini dapat dijelaskan lebih jauh dengan member contoh reptile lain yang bukan dinosaurus, seperti ular, buaya, dan kura-kura. Memberi penjelasan dan contohsari suatu konsep adalah strategi yang baik untuk mengajarkan pembentukan konsep. Diperlukan banyak contoh jika anda mengajarkan konsep yang kompleks dan saat anda mengajar murid yang kurang cerdas (Moore, 1998).
- Member contoh tambahan. Suruh murid untuk melakukan kategorisasi, menjelaskan kategorinya, atau suruh mereka membuat contoh konsep sendiri. Tipe dinosaurus lainnya bisa diberikan, seperti Pterodactyl, ornitholestes, dan dimentrodon, atau murid bisa disuruh membuat sendiri contohnya. Mereka juga bisa diminta untuk memikirkan contoh hewan yang bukan termasuk dinosaurus, seperti anjing, kucing, dan ikan paus.
Pera konsep. Sebuah peta
konsep adalah presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi
hierarkis konsep. Meminta murid membuat peta cirri atau karakteristik dari
suatu konsep akan bisa membantu mereka untuk membahami konsep tersebut
(Kinchin, Hey, & Adams, 2000, Nicoll, 2001). Peta konsep juga mungkin
memuat konsep dalam kategori superordinat dan mencakup contoh yang termasuk di
dalamnya. Aspek visual dari peta konsep berhubungan dengan diskusi imaji dalam
memori. Anda bisa membuat peta konsep dengan bantuan murid, atau biarkan mereka
menyusunnya sendiri atau secara berkelompok.
Menguji hipotesis. ingat kembali
diskusi kita tentang pendekatan ilmiah untuk riset. Disana dikatakan hipetesis adalah asumsi spesifik dan
prediksi tertentu yang dapat diuji untuk menentukan kebenarannya. Murid akan
mendapat dan apa yang bukan (Ross, 2000). Salah satu caranya adalah menyusun
aturan tentang mengapa beberapa objek masuk dalam suatu konsep, sedang objek
lainnya tidak berikut ini adalah contoh dari cara member latihan kepada murid
untuk menyusun hipotesis: Barikan ini adalah contoh dari cara member latihan
kepada murid untuk menyusun hipotesis: Berikan gambar bentuk-bentuk geometris
seperti di Gambar 9,2 kepada murid anda. Kemudian secara diam-diam anda memilih
konsep dari salah satu bentuk geometris ini (seperti “lingkaran” atau
“lingkaran besar”) dan tanyakan suruh murid anda menyusun hipotesis tentang
konsep apa yang telah anda pilih. Mereka akan mencoba menebak konsep anda
dengan mengajukan kepada anda pertanyaan yang berkaitan dengan bentuk-bentuk
geometris dan mengeliminasi yang tidak relevan. Anda bisa juga menyuruh murid
“menjadi guru”—mereka memilih konsep dan menjawab pertanyaan dari murid lain
yang menyusun hipotesisi konsep. Bekerja samalah dengan murid untuk
menyusun strategi paling efisien guna
mengidentifikasikan konsep yang benar.
Penyesuaian prototipe. Dalam
penyesuaian prototype (prototype matching),
individu memusatkan apakah suatu item termasuk anggota dari suatu kategori itu
(Rosch, 1973). Semakin mirip item itu dengan prototipenya, semakin besar
kemungkinan individu akan mengatakan bahwa item itu termasuk kategori dimaksud, semakin tak
mirip, semakin besar kemungkinan orang itu akan menilai bahwa item itu tidak
termasuk kategori tersebut. Misalnya, konsep murid tentang pemain sepak bola
mungkin mencakup pemain yang berotot dan besar seperti pemain sepak bola
mungkin mencakup pemain yang berotot dan besar seperti pemain bertahan atau
gelandang. Tetapi beberapa pemain bola, seperti striker, tidak terlalu besar dan berotot. Pemain bertahan mungkin
lebih dianggap sebagai prototype pemain bola. Apabila murid ini memikirkan
apakah seseorang termasuk kategori “pemain bola”, maka mereka mungkin akan
membayangkan sosok yang mirip dengan pemain bertahan atau gelandang. Demikian
pula, merpati lebih dianggap berbentuk khas burung ketimbang penguin atau
burung unta. Meskipun demikian, anggota dari suatu kategori dapat sangat
bervariasi dan memiliki kualitas yang membuat mereka menjadi anggota kategori
itu.
Sumber: Buku Psikologi Pendidikan , edisi kedua.
John W. Santrock, Universty of Texas-Dallas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar