Pendekatan kognitif untuk menulis
menekankan banyak tema yang sama dengan yang kita diskusikan dalam aktivitas
membaca, seperti pengkonstruksian makna dan mengembangkan strategi (Kellogg,
200). Perencanaan pemecahan masalah, revisi, dan strategi metakognitif dianggap
amat penting dalam meningkatkan kemampuan menulis dari siswa.
Perencanaan, Perencanaan yang mencakup penyusunan garis besar dan
penataan informasi isi, adalah aspek penting dari menulis (Levy & Randsell,
1996). Murid perlu diberi tahu cara membuat garis besar dan menata suatu
makalah, dan mereka perlu diberi umpan balik tentang kompetensi dari usaha
mereka. Salah satu studi mengkaji bagaimana aktivitas pra-menulis dapat
memengaruhi kualitas tulisan (Kellogg, 1994).
Pemecahan Masalah, Kebanyakan instruksi menulis di sekolah
melibatkan upaya mengajari murid cara menulis kalimat dan paragraph dengan
benar. Akan tetapi, menulis bukan sekedar menghindari kalimat yang
“bertele-tele” atau memastikan bahwa suatu paragraph mendukung “kalimat topic”
(Menulis, 1999). Menulis juga sejenis pemecahan masalah. Seorang psikolog
menamakan proses pemecahan masalah dalam menulis sebagai “pembuatan makna”
(Kellogg, 1994).
Sebagai pemecahan masalah penulis
perlu menyusun tujuan dan berusaha mencapaina. Penulis juga bisa dianggap
dibatasi oleh kebutuhannya untuk mengintegrasikan tentang cara kerja system
bahasa dan problem penulisan itu sendiri. Problem penulisan antara lain
tujuan dari makalah, audien, dan peran
penulis dalam paper yang akan dibuat (Flower & Hayes, 1981).
Revisi. Revisi adalah kompenen utama dalam penelitian yang sukses
(Mayer, 1999). Revisi melibatkan penulisan bebrapa draf, mencari umpan balik
dari individu yang punya bnyak pengetahuan tentang menulis, dan belajar cara
menggunakan umpan balik untuk memperbaiki tulisan. Revisi juga melibatkan
pendeteksian dan pengoreksian kesalahan. Para periset telah menemukan bahwa
semakin dewasa dan semakin ahli di penulis, semakin mungkin ia merevisi tulisan
mereka ketimbang penulis muda yang belum berpengalaman (Bartlett , 1982; Hayes
& Flower, 1986).
Matakognisi. Ketika kita menenkankan pengetahuan penulisan , kita
bergerak ke area metakognisi. Dalam sebuah
studi murid dari usia sepuluh sampai empat belas tahun diminta menulis paper yang akan menarik perhatian
murid-murid seusia mereka
(Scardmalia, 1981). Dalam melaksanakan tugas ini murid mengalami kendalam
karena kurang perencanaan, tidak mencatat ide-ide, dan tidak memonitor
menujukkan fakta bahwa banyak murid sekolah menengah tidak punya pengetahuan
yang baik tentang perencanaan dan strategi organisasional yang dibutuhkan untuk
menulis yang baik dan karenanya mereka perlu diajarkan keahlian ini.
Memantau kemajuan tulisan seorang
adalah penting untuk menjadi penulis yang baik (Graham & Harris, 2001).
Aktivitas ini membutuhkan umpan balik dan mengaplikasikan apa yang dipelajari
dalam menulis esai untuk membuat esai selanjutnya menjadi lebih baik.
Pendekatan Konstruktivis Sosial. Pendekatan konstruktivis
social menekankan bahwa menulis peling
baik dipahami sebagai sesuatu yang dikonstruksi secara social dan berasa dalam
konteks cultural ketimbang sebagai sesuatu yang muncul begitu saja dari dalam
diri sendiri. Dalam pendekatan konstruktivis social untuk membaca, peran guru
bergeser dari menyampaikan pengetahuan ke membantu murid untuk merestrukturkan
pengetahuan mereka sendiri. Dalam hal ini, baik itu guru maupun teman sebaya
dapat berfungsi sebagai pembaca yang lebih ahli. Strategi konstruktivis social ini juga dapat
diaplikasikan untuk pelajaran menulis (Dauite, 2001); Schults & Frecho,
2001).
Konteks Sosial dari Penulisan. Perspektif konstruktivis social
focus pada konteks social di mana tulisan dihasilkan. Murid perlu
berpartisipasi dalam komunitas penulisan untuk memahami hubungan penulis/pembaca
dan agar mereka belajar mengenali bagaimana perspektif mereka bisa berbeda dari
perspektif orang lain (Hiebert & Rephael, 1996).
Untuk melihat arti penting dari
konteks social dalam penulisan, ambil contoh dua murid berikut ini. Anthony,
adalah murid Latina usia 9 tahun yang tinggal di Manhattan, New Anthony, adalah
murid Latino usia 9 tahun yang tinggal di ekstensif, menyimpulkan jurnal-jurnal
ilmiah, dan berpartisipasi dalam kelas yang sering member pelajaran menulis
sejak awal tahun ajaran. Dia sedang senang menulis suatu topic, yakni
penghormatan kepada neneknya yang baru saja meninggal dunia. Gurunya mendorong
Anthony untuk menuliskan tentang kematian neneknya, mendiskusikan berbagai
variasi penulisan untuk topic ini selama pertemuan menulis antara guru dan
murid. Guru dan Anthony berdiskusi tentang car aterbaik untuk menyusu dan
menata mekalahnya. Produk tulisan akhirnya adalah penjelasan yang menyentuk
tentang kehidupan dan kematian neneknya. Guru di Anthony in percaya menulis
memainkan peran penting dalam pendidikan, dan dia menyampaikan hal ini kepada
semua murid-muridnya. Carlos, murid Latino yang beru saja tinggal di area
Bronx, New York City mempunyai pengalaman yang berbeda dengan Anthony. Meskipun
bahasa inggrisnya bagus, Carlos belajar di kelas yang tidak banyak member
kesempatan untuk menulis tentang pengalaman pribadinya, dan dia tak pernah
menulis apa pu di luar kelas. Dia merasa sangat tidak nyaman ketika guru murid,
Carlos enggan mendiskusikan perasaannya. Guru Carlos telah diberi mendat oleh
kepada sekolah untuk memasukkkan perasannya. Guru Carlos telah diberi mandate
oleh kepala sekolah untuk memastikan pelajaran menulis dalam kurikulumnya. Guru
ini tidak bersemangat dalam pelajaran menulis dan tidak banyak menghabiskan waktu
dengan Carlos untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
Seperti ditunjukkan oleh situasi
Anthony dan Crlos, konteks social memainkan peran penting dalam penulisan.
Beberapa murid punya latar belakang penulisan yang kaya dan bersemangat menulis
di kelas, sedangkan yang lainnya tidak banyak mendapat pengalaman menulis dan
tidak sengan dengan pelajaran mereka. Di beberapa kelas, guru sangat menghargai
pelajaran menulis, tetapi di tempat lain banyak guru yang menganggap menulis
sebagai kurang penting.
Penulisan Bermakna dan Konferensi Guru Murid. Menurut pendekatan
kontrutivis social, tugas menulis murid seharusnya member kesempatan untuk
menciptakan teks yang “riil” dalam pengertian menulis tentang situasi yang
bermakna secara personal. Misalnnya,Anthony, yang gurunya sering menyuruh
murid-muridnya untuk menulis pengalaman pribadi, menulis tentang kehidupan dan
kematian neneknya, dan guru member banyak dukungan untuk menuliskan pengalaman
emosionalnya. Konferensi atau pertemuan guru-murid untuk membahasa penulisan
akan memainkan peran penting dalam membantu murid untuk penulis yang baik.
Kolaborasi Teman Sebaya. Saat bekerja dalam kelompok, penulis
menjalani proses penelitian, klarifikasi, dan elaborasi yang merupakan
aspek-aspek penting dalam penulisan yang baik (Webb & Palinesar, 1996).
Murid sering kali membawa pengalaman bersama. Kolaborasi yang kaya dan penuh
warna ini akan menghasilkan pendangan guru tentang apa yang harus ditulis dan
bagaimana menuliskannya. Sebaliknya, menulis yang hanya sekadar memenuhi tugas
guru sering kali akan menghasilkan tulisan yang terbatas, Imitatif, dan tidak
kreatif. Dalam kelompok menulis bersama, ekspektasi guru sering kali kurang
kelihatan (Kearney, 1991).
Koneksi Sekolah/Keluarga/Teman. Dalam sebuah upaya, guru didorong
untuk mengenali eksistensi dan kekayaan dikomunitas Latina di sekitar sekolah
dan kemudian mengintegrasikan ke dalam konteks sekolah (Molll, Tapis, &
Whitmore, 1993). Upaya ini mencakup: (1) analisa tentang bagaimana pengetahuan
ditransmisikan di dalam rumah tangga di komunitas Latino (2) laboratorium
selepas sekolah di mana guru dan murid menggunakan metode membaca dan menulis
yang sama dengan yang dipakai dalam lingkungan murid, bukan yang dipakai di
sekolah; dan (3) koneksi kelas yang mengintegrasikan tiga komponen ini.
Misalnya, murid mencatat penggunaan dan car amenulis di dalam komunitas seperti
surat kepada saudara di Negara lain dan entri di buku catatan. Kemudian, surat
kepada saudara di negar alain dan entri-entri di buku catatan. Kemudian,
bersama dengan teman-teman mereka, para murid menciptakan proyek untuk topic
yang merefleksikan keahlian anggota dari komunitas mereka, seperti pengetahuan
tentang mekanik dan bengkel reparasi. Untuk mendapatkan informasi untuk proyek
mereka murid mewawancarai beberapa anggota komunitas. Murid-murid ini juga
berkomunikasi melalui e-mail dengan
murid di komunitas Latino di bagian lalu di AS.
Libatkan komunitas menulis di
kelas anda. Tengoklah komunitas anda dan pikirkan tentang siapa pakar menulis
yang bisa anda undang untuk bicara di kelas anda guna mendiskusikan karya
mereka. Kebanyakan komunitas punya pakar, seperti wartawan, penulis, dan
editor. Salah satu dari empat sekolah menengah tersukses di AS yang disebut
oleh Joan Lipsite (1984) telah memasukkan program Auhtor’s Week (Minggu temu Pengarang) ke dalam kurikulumnya.
Berdasarkan minta, ketersediaan dan diversitas murid, pengarang akan diundang
untuk mendiskusikan karya mereka dengan murid-murid itu. Murid harus mendaftar
untuk bertemu dengna penulis secara perorangan. Sebelum mereka bertemu penulis
itu, mereka diharuskan membaca setidaknya satu sari buku karya di pengarang.
Murid menyiapkan pertanyaan untuk sesi pertemuan itu. Dalam beberapa kasusu
pengarang dating ke kelas-kelas selama beberapa hari untuk membantu murid
mengerjakan tugas menulis mereka.
Dalam diskusi membaca dan menulis
ini, kami telah mendeskripsikan sejumlah ide yang dapat dipakai di kelas. Untuk
mengevaluasi pengalaman menulis dan membaca, kerjakan Self-Assessment 11.1.
Sumber: Psikologi Pendidikan , edisi kedua. John W. Santrock, Universty of Texas-Dallas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar