Pengetahuan yang sebelumnya adalah
pengalaman yang mencakup jenis pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman kultural, seperti pengetahuan yang bersangkut paut
dengan status etnis, sosioekonomi, dan gender (National Research Council,
1999). Dalam beberapa kasus, pengetahuan cultural ini dapat membantu
pembelajaran anak dan memfasilitasi transfer, namun dalam kasus lainnya
pengetahuan ini bisa jadi menghambat (Greenfield & Suzuki, 1998).
Bagi anak dari beberapa latar
belakang, hanya ada sedikit sekali kesesuaian atau transfer antara apa yang
mereka pelajari di komunitas atau transfer antara apa yang mereka pelajari di
komunitas rumah dan apa yang diajarkan di sekolah. Misalnya keterampilan
bercerita. Anak Euro-Amerika menggunakan gaya linier yang mirip dengan gaya
penjelasan linier penulisan dan pidato yang diajarkan di kebanyakan sekolah
(Lee & Slaughter Defoe, 1995). Ini bisa jadi berupa penceritaan serangkaian
kejadian dengan urutan kronologi yang kaku. Sebaliknya dalam beberapa kolompok
etnis—seperti Kepulauan Asia Pasifik atau Suku Indian Amerika—mereka biasanya
menggunakan gaya bahasa nonlinear, holistik sirkuler saat menceritakan suatu
peristiwa. Guru dari latar belakang Euro-Amerika mungkin akan menganggap gaya
ini acak-acakan (Clark, 1993). Juga, di kalangan anak-anak Afrika-Amerika,
mereka biasanya bercerita dengan gaya nonlinier (Michaels, 1980).
Metode argumentasi dalam
mendukung kayakinan tertentu juga dari satu kultur ke kultur yang lain. Pembicara
Cina lebih suka menggunakan format penyajian bukti pendukung dahulu, kemudian
disusul maksud atau klain utama (berbeda dengan gaya yang menggunakan kalimat
topik utama dahulu kemudian disusul dengan detail pendukung). Pendengaran
non-Cina terkadang menilai gaya ini sebagai gaya “bersusah payah” (Tsang,
1989).
Guru sebaliknya tidak memandang
variasi gaya komunikasi itu sebagai gaya yang kacau atau lebih buruk ketimbang
gaya Eoro-Amerika, tetapi guru lebih peka terhadapa variasi itu dan menyadari
perbedaan kulturalnya. Ini terutama penting di sekolah dasar saat murid sedang
menjalani transisi dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah.
Sumber: Psikologi Pendidikan , edisi
kedua. John W. Santrock, Universty of Texas-Dallas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar