Kumpulan Materi - Sejarah dinamika kelompok tidak terpisahkan dari perkembangan psikologi pada umumnya dan psikologi sosial pada khususnya. Oleh karena itu, berikut ini akan diuraikan sejarah dinamika kelompok.
Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin di dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Menurut Plato “Daya piker individu tercermin di dalam golongan pemerintahan, daya kemauan tercermin di dalam golongan ketentaraan, dan daya perasaan tercermin di dalam golongan pedagang.”
Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok-kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antaranggota masing-masing golongan.
Demikian kuatnya persatuan dan interaksi sosial yang terjalin sehingga masing-masing golongan dapat mempersatahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil lagi.
Zaman Liberalisme
Pengaruh cara berpikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menentukan individu lain dalam kehidupan.
Perkembangan selanjutnya, kebebasan ini membawa malapetaka bagi tiap-tiap individu karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan sehingga mereka tidak merasa memiliki kepastian.
Keadaan ini membawa baying-bayang ketakutan dalam diri individu sehingga berbagai cara ia tempuh untuk menghilangkan rasa ketakutan dan sekaligus memperoleh pedoman dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, timbul gagasan individu untuk mengadakan perjanjian sosial antara sesamanya dan hal dirumuskan didalam Leviathan atau Negara yang diharapkan dapat menjamin kehidupan mereka.
Pada hakikatnya Leviathan/Negara merupakan suatu bentuk pengelompokan yang telah memiliki norma, struktur, dan pimpinan yang belum tentu ada di dalam suatu kelompok.
Zaman Ilmu Jiwa Bangsa-Bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall memelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitive yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya.
Moritz Lazarus dan Stanley Hall mengadakan penyelidikan terhadap adat dan bahasa rakyat dalam hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitive.
Dari hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa rakyat menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain.
Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesamaan psikologi, dan ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku.
Teori ini kemudian berkembang bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing. Inilah yang kemudian terkenal dengan teori sosial.
Adanya kekhususan dari tiap-tiap suku bangsa, mengingatkan pada bentuk kelompok, karena bentuk kelompok satu dengan yang lain pasti berbeda segala-galanya. Misalnya, kelompok olahraga berbeda dengan kelompok kesenian.
Zaman Gerakan Massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pengolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang sesuai dengan yang diinginkan.
Gerakan masyarakat, yang lebih dikenal dengan gerakan massa mendorong Gustave le Bon untuk mengajar gejala-gejala psikologis yang timbul dalam gerakan massa melalui penyelidikan secara intensif dan mendalam.
Hasil penyelidikan Gustave le Bon dirumuskan dalam buku The Crowd yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dalam setiap individu kehilangan control terhadap dirinya. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, sudah barang tentu massa tersebut memiliki anggota, norma, pimpinan, dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti suatu bentuk kelompok.
Zaman Psikologi Sosial
Penyelidikan terhadap massa telah memberikan motivasi kepada para ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa walaupun dengan risiko yang besar.
Namun permulaan abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidiannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu yang dipandang dapat memberi hasil yang efektif.
Oleh karena itu, Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya yang ditulis dalam bukunya Social Psychology.
Buku ini ternyata mendorong ahli lain untuk merumuskan secara tegass objek psikologi sosial, yang ternyata objek tersebut adalah suatu studi yang mempelajari tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Dalam meninjau situasi soial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnya sejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok.
Zaman Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegaitan penyelidikan yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu itu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidariteit didalam kehidupannya.
Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila maing-masing individu memiliki rasa solidaritas.
Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, klik, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin besar moralnya.
Dalam hal ini Moreno telah menunjukkan dengan jelas adanya kelompok-kelompok yang lebih konkret daripada ahli-ahli psikologi sosial dan Moreno menunjukkan pula pengaruh kelompok tersebut terhadap kehidupan individu dari kelompok itu.
Kurt Lewin telah menyimpulkan bahwa tingkah laku sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi, jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.
Sumber: Santoso S. (2004). Dinamika kelompok (Rev. ed.). Jakarta: PT Bumi Aksara. (Hal. 1-4)
0 komentar:
Posting Komentar