Kumpulan Materi - Saat ini kasus autis pada anak (autism infantile) semakin banyak sehingga seolah-olah menjadi “wabah”. Beberapa rumah sakit di Jakarta mengklaim terjadinya peningkatan angka pasen autism anak hingga 400% pada tahun 2002 dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pesat ini, menimbulkan tanda Tanya dan kekhawatiran masyarakat, bahkan para dokter.
Tidak seperti wabah penyakit lain, seperti tifus, malaria, atau SARS sekalipun, autism membuat penasaran karena penyebabnya belum diketahui pasti. Pada autism tidak jelas adanya kuman, parasit, protozoa, maupun virus sebagai penyebab munculnya gejala-gejala.
Belakangan ini semakin banyak anak yang gejala autism muncul saat umur 18-24 bulan. Artinya, ketika lahir anak berkembang normal, tetapi kemudian perkembangannya berhenti dan mereka mengalami kemunduran. Apa penyebanya? Berbagai penelitian terus dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini. Banyak faktor diduga merupakan pencetus gejala autisme, misalnya polusi bahwa beracun dari lingkungan, vaksin-vasin yang memakai ethiil mercury (thirtmerosal) sebagai pengawet, dan berbagai macam alergi. Namun, ini semua masih memerlukan penelitian lebih mendalam.
Berikut ini dugaan penyebab autism dan diagnosis medisnya.
1. Gangguan susunan saraf pusat
Ditemukan kelainan neuroanatomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa tempat di dalam otak anak autis. Banyak anak autis mengalami pengecilan otak kecil, terutama pada lobus VI-VII. Seharusnya, di lobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje. Namun, pada anak autis jumlah sel purkinje sangat kurang. Akiatnya, produksi serotonin kurang terseut disebabkan virus, mungkin virus campak. Itu sebabnya, banyak orangtua yang kemudian menolak imunisasi MMR (measles, mumps rubella) karena diduga menjadi menjadi biang keladi autis pada anak. Temuan Wakefield diperkuat sejumlah riset ahli medis lainnya.
4. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun gejala autism baru bias muncul terjadi kombinasi banyak gen. Bisa saja autism tidak muncul, meski anak membawa gen autism. Jadi perlu factor pemicu lain.
5. Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan logam berat dan beracun pada banyak anak autis. Diduga, kemampuan sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetic. Penelitian selanjutnya menemukan logam berat seperti arsenic (As), antimony (Sb), cadmium (Cd), air raksa (Hg), dan timbale (Pb) adalah racun otak yang sangat kuat. Tahun 2000, Sallie Beranard, ibu dari anak austik, menunjukkan , peneliannya, gejala yang diperlihatkan anak-anak autis sama dengan keracunan merkuri. Dugaan ini diperkuat dengan membaiknya gejala autis setelah anak-anak melakukan terapi kelasi (merkuri dikeluarkan dari otak dan tubuh mereka).
Sumber: Danuatmaja B. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi. (Hal. 4-6)
0 komentar:
Posting Komentar