Pemahaman kebenaran kuantitatif-kualitatif, dalam penelitian, didekati dengan penelusuran paradigmanya. Menurut Kuhn, paradigma cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu menghasilkan mode of knowing. Friedrichs mempertegas, dengan mendefinisikan sebagai pandangan mendasar yang menjadi pokok persoalan. Norman K. Denzin memindai dari epistemologi, ontologi, dan metodologi.
Paradigma
kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme (August Comte,
1798-1857), kualitatif berlandaskan paradigma fenomenologis (Edmund Husserl
(1859-1926).
Paradigma
kuantitatif berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran
filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial.
Pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science);
didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk
kemudian diolah oleh nalar (reason).
Secara
epistemologis, penelitian kuantitatif menerima suatu paradigma, sumber
pengetahuan paling utama adalah fakta yang pernah terjadi, hal-hal yang dapat
ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Secara ontologis dimana
obyeknya dalam hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general
relations between phenomena). Karena itu ilmu pengetahuan harus didasarkan pada
eksperimen, induksi dan observasi.
Adapun
sumber ilmu berdasar rasional data empiris. Pengembangan ilmu dimulai dari
proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, diverifikasi secara
induktif menuju perumusan teori baru; logico, hypothetico, verifikatif.
Setiap
hal mengandung variabel, karena itu, penelitian diarahkan pada
variabel-variabel tertentu yang relevan. Pendekatannya partikularistis.
Pengambilan kesimpulan, menggunakan enumerative induction dan cenderung membuat
generalisasi (generalization).
Penelitian
kualitatif adalah model penelitian humanistik, manusia sebagai subyek utama.
Penelitian berlandaskan filsafat fenomenologis; Fenomenologi, Interaksionisme
Simbolik, dan Etnometodologi. Secara ontologis, fenomena sosial, budaya dan
tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekamnya, tetapi harus dimencermati
holistik.
Dalam
masyarakat terdapat keteraturan yang terbentuk secara natural. Keteraturan
tersebut bukan berdasarkan, karena itu, penelitian merupakan kegiatan
sistematis untuk menemukan teori, bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
Fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori sebagai
dasar verifikasi.
Proses
penelitian lebih penting dibandingkan ‘hasil’. Peneliti sebagai instrumen.
Analisis dan kesimpulan menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan
ekstrapolasi (extrpolation). Karena itu lebih fleksibel. Generalisasi dicapai
karena pemaknaan yang berbeda-beda akan fenomena yang sama. Data yang
dikumpulkan akan dicari pola yang sama untuk menjelaskan kompleksitas fenomena.
Metode induktif untuk menarik kesimpulan. Hasil akhirnya adalah suatu hipotesis
atau teori yang menjelaskan suatu fenomena. Kesimpulan tidak bisa digeneralisir
karena hanya berlaku pada konteks fenomena yang diteliti.
Nah,
mencermati perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif, jelaslah keduanya
berbeda karena memang berada pada alur yang berbeda. Penelitian kuantitatif
dapat berjalan sesuai hal-hal terkaitnya sebagaimana juag penelitian
kualitatif.
Bisa
jadi, pada tataran tertentu, seperti gagasan Creswell (2003): dimungkinkan
adanya bauran metode penelitian (mixed methods). Tentu saja yang dibaurkan
adalah metode dan bukan metodologi, apalagi epistemologinya.
Kebenaran
pencarian manusia tidak berlaku universal, apalagi kalau hanya pada ranah
penelitian. Benar menurut benarnya, bukan kebenaran sejati.
Jadi,
tidak ada alasan dan ‘desakan’ rasional mempertentangkan antara paradigma
(penelitian) kuantitatif dan kualitatif. Kecuali kalau ada keisengan memisahkan
bak ‘siang dan malam’, atau kalau melakukan pembauran, bak membaurkan ‘minyak
dengan air’. Biarlah roda berputar pada sumbu masing-masing. (Dikreasi dari
berbagai tulisan ‘dunia buku’ dan’dunia maya’).
0 komentar:
Posting Komentar