Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Ketika saya berkata, “Saya menyukai pekerjaan saya,” saya sedang mengungkapkan pemikiran saya tentang pekerjaan.
Sikap tersebut sangat rumit. Apabila anda bertanya kepada orang lain mengenai pemikiran mereka tentang agama, George W. Bush, atau organisasi tempat mereka bekerja. Anda mungkin mendapatkan respons sederhana, tetapi alasan – alasan yang mendasai respons tersebut mungkin sangat rumit. Untuk benar – benar memahami sikap kita harus mempertimbangkan karakteristik fundamental mereka.
Biasanya, para peneliti telah berasumsi bahwa sikap mempunyai tiga komponen: kesadaran, perasaan, perilaku. Mari kita lihat setiap komponen ini.
Keyakinan bawha “diskriminasi itu salah” merupakan sebuah pernyataan evaluasi. Opini semacam ini adalah komponen kognitif (cognitive component) dari sikap komponen afektifnya (affective component). Perasaan adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti “Saya tidak menyukai Jon karena ia mendiskriminasi orang – orang minoritas.” Akhirnya, dan persoalan ini akan dibahas secara mendalam pada akhir dari bagian ini, perasaan bisa menimbulkan hasil akhir perilaku. Komponen perilaku (behavioral component) dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Jadi, untuk meneruskan contoh kita, saya mungkin memilih untuk menghindari Jon dikarenakan perasaan saya tentang ia.
Pandangan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen, kesadaran, perasaan, dan perilaku, sangat bermanfaat dalam memahami kerumitan hal ini dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku. Perlu diingat bahwa komponen – komponen ini sangat berkaitan. Secara khusus, dalam banyak cara kesadaran dan perasaan tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, bayangkan bila anda menyimpulkan bahwa seseorang baru saja memperlakukan diri anda dengan tidak adil. Kemungkinan besar tidakkah anda mempunyai perasaan –perasaan akan hal itu, yang muncul pada saat itu juga bersama dengan pemikiran tersebut? Jadi, kesadaran dan perasaan saling berkaitan.
Bisa di contohkan, seorang karyawan tidak mendapatkan promosi yang menurutnya pantas ia dapatkan yang malah di dapatkan oleh rekan kerja. Sikap karyawan tersebut di ilustrasikan dalam pengawasannya sebagai berikut: kesadaran (karyawan tersebut sangat tidak menyukai pengawasnya), dan perilaku (karyawan tersebut mencari pekerjaan lain). Seperti yang kita perhatikan sebelumnya, meskipun kita sering berpikir bahwa kesadara menimbulkan perasaan yang kemudian menghasilkan menghasilkan perilaku, pada kenyataan komponen – komponen ini acap kali sulit untuk dipisahkan.
Dalam organisasi, sikap sangatlah penting karena komponen perilakunya. Sebagai contoh, apabila para pekerja percaya bahwa pengawas, auditor, atasan, dan teknisi efisiensi berkomplot untuk membuat karyawan bekerja lebih keras untuk karyawan yang sama atau lebih sedikit, adalah masuk akal untuk berusaha memahami bagaimana sikap ini terbentuk, hubungan mereka dengan perilaku pekerjaan yang aktual, dan bagaimana mereka bisa diubah.
Sumber: Perilaku Organisasi, Organizational Behavior. Stephen P. Robbins. Timothy A. Judge (Hal. 93 – 94)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar