Budaya adalah tak lepas dari pengertia suatu kelompok indivisu. Ia merupakan kekhasan yang membedakan kelompok lain. Ketika kita berbicara mengenai orang Solo misalnya, maka benarlah bahwa semua orang yang memiliki akar budaya Solo terlebih yang tinggal di region tersebut tampak memiliki kesamaan dalam karakter kepribadian, perilaku, dan nilai nilai yang selama ini melalui consensus dikatakan sebagai budaya Solo atau Jawa. Disini budaya berlaku sebagai suatu konstruk sosial.
Namun demikian, sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya, ada variasi derajat internalisasi dari setiap individu anggota kelompok budya tersebut. Dari setiap orang yang merupakan keturunan Solo, baik yang tinggal di Solo maupun yang tidak, memiliki tingkat kepatuhan dan pemahaman terhadap nilai nilai budaya Solo yang tidak sama. Ada yang perilakunya sangat mewakili dengan apa yang selama ini dikatakan sebagai karakter khas budaya Solo, missal: halus tutur katanya, sederhana sebagai aplikasi falsafah nrimo ing pandum, sopan terutama terhadap orang lebih tua, dan lebih senang berkata “iya” agar tidak menyakiti lawan bicara dan paham serta suka cerita wayang.
Namun ada pula orang Solo yang kurang memahami atau hanya menerima sebagian saja nilai – nilai dari budaya Solo, meski asli keturunan dan tinggal di Solo. Perilaku dan pola pikirnya sangat berbeda dengan stereotype kita mengenai oran gdan budaya Solo. Ia orangnya sangat asertif, materialistis, ataupun berpandangan egaliter terhadap orang tua hingga terkesan tidak mengenai sopan santun dan sama sekali tidak paham masalah pewayangan. Perbedaan – perbedaan individual dalam menyerap nilai budayanya ini menunjukkan bahwa budaya dapat berlaku sebagai suatu konstruk individual.
Tampaknya pengertian budaya yang dipahami dalam kajian ini telah mengaburkan konsep sosiologi dari antropologi yang memandang budaya sebagai sebuah konsep makro. Namun pengertian baru ini menunjukkan bukti nyata adanya nilai individual di dalam budaya, sekaligus menawarkan pendekatan keilmuan yang lebih menantang karena mampu menyentuh budaya lebih dalam. Mengungkap fenomena budaya sekaligus perilaku individual pada apa yang terjadi di dalam (inside), bukan hanya pada tampilan muka (make – up).
Sumber: PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA. Edisi Revisi. Tria Dayakisni. Salis Yuniardi (Hal. 7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar