Sebagai terapi eksistensial,
praktek terapi Gestalt yang efektif
melibatkan hubungan pribadi antara terapis dan klien. Pengalaman – pengalaman,
kesadaran dan persepsi – persepsi terapis menjadi latar belakang, sementara
kesadaran dan reaksi – reaksi klien membentuk bagian muka proses terapi. Yang
penting adalah terapis secara aktif berbagai persepsi – persepsi dan pengalaman
– pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi klien di sini dan sekarang. Di
samping itu, terapis memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa
yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya. Umpan balik memberikan alat kepada
klien untuk mengembangkan kesadaran atas apa yang sesungguhnya mereka lakukan.
Terapis harus menghadapi klien dengan reaksi – reaksi yang jujur dan langsung
serta menantang manipulasi – manipuasi klien tanpa menolak klien sebagai
pribadi. Terapis bersama klien perlu mengeksplorasi ketakutan – ketakutan,
pengharapan – pengharapan karastrofik, penghambatan – penghambatan, dan
penolakan – penolakan klien.
Perls (1969a), Polster dan
Polster (1973(, dan Kempler (1973) dan kesemuanya menekankan pentingnya
kepribadian terapis, tidak hanya teknik – teknik yang mereka miliki, sebagai
bahan vital dalam proses terapi. Perls (1969a, hlm. 1) menentang orang – orang
yang menggunakan teknik – teknik sebagai muslihat yang menghambat pertumbuhan
klien dan yang menjadi merk terapi palsu”. Polster dan Polster (1972, hlm. 18 –
23) memeperingatkan bahwa jika terapis mengabaikan kualitas – kualitas
pribadinya sebagai instrument dalam terapi, maka dia hanya akan menjadi seorang
teknisi. Mereka menganjurkan penggunaan tingkah laku terapis yang berlingkup
luas, dan memperingatkan bahaya dari tindakan mengidentifikasi terapi dengan
teknik – teknik yang berlingkup terbatas. Mereka juga menganjurkan terapis
untuk membangkitkan spontanitas diri dan menggunakan hubungan dengan klien
sebagai teknik terapeutik. Kempler (1973, hlm. 261) menyebut hubungan yang
aktual antara klien dan terapis sebagai inti dari proses terapeutik. Ia
menentang “penggunaan taktik – taktik yang bisa menyembunyikan identitas nyata
dari terapis di hadapan kliennya”. Kempler menandaskan bahwa penggunaan
permainan peran bisa menjadi godaan bagi terapis untuk menjaga agar respons –
respons pribadinya tetap tersembunyi. Meskipun mungkin bisa menjadi cara
efektif, permainan peran itu bukanlah tujuan akhir terapi. Kempler juga
menyebutkan bahwa teknik – teknik sering menjadi alat bantu yang bernilai bagi
proses terapeutik, tetapi ia menekankan proses hubungan terapis dank lien
dengan alas an bahwa kualitas hubungan terapis klien itu menentukan apa yang
terjadi pada keduanya.
Sumber: Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI.
Gerald Corey (Hal 131 -131)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar