Umumnya, peran klien dalam TRE mirip seorang siswa atau
pelajar. Psikoterapi dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien
belajar cara menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah.
Proses terapeutik difokuskan pada
pengalaman klien pada saat sekarang. Sama halnya dengan terapi – terapi cliend – centered, dan eksistensial. TRE
menitikberatkan pengalaman – pengalaman disini dan sekarang dan kemampuan klien
untuk mengubah pola – pola berpikir yang diperolehnya pada masa kanak – kanak. Terapis
tidak menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi sejarah kehidupan dini klien dan
membuat kaitan – kaitan antara masa lampau klien dan tingkah lakunya sekarang
juga tidak berusaha mengeksplorasi secara mendalam hubungan antara klien dan
orang tua atau saudaranya. Alih – alih, proses terapeutik ini menekankan bahwa
tanpa mengindahkan, filsafat – filsafat hidup dasar yang irasional dari klien,
klien sekarang mengalami gangguan karena tetap mempercayai pandangan yang
mengalahkan diri dan dunianya. Pertanyaan – pertanyaan mengenai kapan, mengapa,
dan bagaimana klien memperoleh filsafat – filsafat hidup yang irasional adalah
sekunder. Pola masalahnya adalah bagaimana agar klien bisa menjadi sadar akan
pesan – pesan yang mengalahkan dirinya dan agar klien menantangnya. Ellis
(1974) menyatakan bahwa klien acap kali bisa membaik bahkan meskipun dia tidak
pernah memahami sumber atau perkembangan masalah – masalahnya.
Pengalaman utama klien dalam TRE
adalah mencapai pemahaman TRE berasumsi bahwa pencapaian pemahaman emosioanl (emotional insight) oleh klien atas
sumber – sumber gangguan yang dialaminya adalah bagian yang sangat penting dari
proses terapeutik. Ellis (1967, hlm. 87) mendefinisikan pemahaman emosional
sebagai “mengetahui atau melihat penyebab – penyebab masalah dan bekerja,
dengan keyakinan dan bersemangat, untuk menerapkan pengetahuan itu pada
penyelesaian masalah – masalah tersebut”. Jadi, TRE menitikberatkan penafsiran
sebagai suatu alat terapeutik.
TRE mengungkapkan tiga taraf
pemahaman. Untuk melukiskan ketika taraf pemahaman itu marilah kita andaikan
seorang klien pria yang berusaha mengatasi rasa takutnya terhadap wanita. Klien
merasa terancam oleh wanita yang menarik dan dia merasa takut terhadap
bagaimana reaksi yang mungkin diberikanna kepada wanita yang berkuasa dan
terhadap apa yang sekiranya akan dilakukannya oleh wanita itu terhadap dirinya.
Dengan menggunakan contoh ini, kita bisa membedakan tiga taraf pemahaman. Taraf
pertama, klien menjadi sadar bahwa ada antesenden tertentu yang menyebabkan dia
takut terhadap wanita. Penyebab itu bukan merupakan fakta bahwa misalnya,
ibunya mencoba mendominasi klien, melainkan berupa keyakinan – keyakinan irasional
yang telah diterimanya. Klien melihat bahwa dirinya memelihara rasa panic terhadap
wanita karena dia terus – menerus mengatakan kepada dirinya “Wanita akan
mengebiriku” atau “Mereka mengharapkan aku jadi superman!” atau pikiran
irasional lainnya.
Taraf pemahaman yang ketiga terdiri atas penerimaan klien
bahwa dirinya tidak akan membaik, juga tidak akan berubah secara berarti
kecuali jika dia berusaha sungguh – sungguh dan berbuat untuk mengubah
keyakinan – keyakinan irasionalnya dengan benar – benar, melakukan hal – hal yang
bersifat konstropropaganda. Jadi “pekerjaan rumah” klien bisa berupa mendekati
wanita yang menarik dan mengajak wanita itu untuk berkencan. Selama berkencan,
klien harus menantang gagasan – gagasan irasional serta pengharapan –
pengharapan dan keyakinan – keyakinan katastrofikanya tentang apa yang akan
terjadi. Dengan hanya membicarakan rasa takutnya, klien tidak akan bisa
mengubah tingkah lakunya. Yang penting adalah bahwa klien terlibat dalam
kegiatan yang menghancurkan penyangga – penyangga ketakutannya yang irasional.
TRE terutama menakankan pemahaman
– pemahaman taraf kedua dan ketiga, yakni pengakuan klien bahwa dirinyalah yang
sekarang mempertahankan pikiran – pikiran dan perasaan – perasaan yang semula
mengganggu dan bahwa dia sebaiknya menghadapinya secara rasional – emotif,
memikirkannya, dan berusaha menghapuskannya.
Sumber: Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI.
Gerald Corey (Hal 248 - -249)
Kritik dan Saran layangkan ke Facebook dan Email: Hasan.kawaguchi24@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar