Kumpulan Materi - Awal kemunculan analisis eksitensial bisa dikatakan sebagai rekasi ketidakpuasan beberapa psikiater dan psikolog terhadap teori dan praktik psikoanalisis di Eropa Barat (teori utama Jerman, Prancis, dan Belanda) dan Behaviorisme di Amerika Serikat. Mereka tidak puas dengan landasan filsafat vitalisme dan materialism. Vitalisme menempatkan manusia sebagai dari materi/dan atau alam (nature), yang bergerak (berperilaku) terutama karena adanya rangsangan (stimulus) dari luar dirinya. Ini berarti bahwa, menuntu kedua padaham tersebut, manusai bukan saja tidak bersifat unik, atua sama dengan organisme – organisme lain atau materi pada umumnya, tetapi juga tidak memiliki nilai spiritual.
Pada analis eksistensial menentang asumsi – asumsi vitalisme dan materialism, yang terdapat di dalam psikoanalisis dan behaviorisme. Mereka menilai bahwa kedua aliran tersebut mengabaikan bukan hanya keunikan manusai, tetapi juga nilai kemanusiaan dari manusai. Aspek – aspek yang khas manusia yang membedakannya dari hewan, seperti kehendak bebas, pemaknaan atau dunia, kesadaran, subjektivitas, dan lain – lain dilupakan atau dikesampingkan oelh kedua aliran tersebut. Atas dasar temuan – temuan fenomenologis dari eksistensialisme, mereka lebih menekankan manusai sebagai ada dalam dunia, sebagai kesadaran yang memiliki keunikan dan kebebasan.
Sumber: ANALISIS EKSISTENSIAL. Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi dan Psikiatri. Dr. Zainal Abidin, M.Si. (Hal 32 – 33)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar