Kamis, 05 September 2019

METODE PELAYANAN PENDIDIKAN TUNADAKSA

Kumpulan MateriSeperti yang telah Anda ketahui sebelumnya bahwa setiap anak memiliki hak yang sama, entah itu anak yang normal maupun anak-anak yang memiliki kekurangan atau anak berkebutuhan khusus. Mereka semua memiliki hak untuk mendapatkan kebutuhan pendidikan yang baik dan layak. Yang tidak kalah penting untuk Anda ketahui bahwa tidak selalu anak yang memiliki kebutuhan khusus juga harus bersekolah ditempat yang khusus pula, dalam hal ini yang dimaksud adalah anak-anak tunadaksa. Sebab, anak-anak tunadaksa dapat mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah reguler atau sekolah umum lainnya, tentu saja bersama dengan anak-anak normal lainnya. Hal ini disebabkan faktor kemampuan atau tidakmampuan anak-anak tunadaksa tersebut. Evelyn Deno (1970) dan Ronald L. Taylor (1984) menjelaskan bahwa sistem layanan pendidikan yang diberikan di suatu rumah sakit, bahkan sampai ada bentuk layanan yang diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam sebuah perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 

Atas dasar problem penyerta yang selalu ada dalam kehidupan anak-anak penyandang tunadaksa tersebut, model pelayanan pendidikan yang diberikan pun dibagi menjadi dua kategori, yaitu “sekolah khusus” dan “sekolah terpadu/inklusi” 

· Sekolah Khusus 

Pelayanan sebuah pendidikan bagi anak penyandang tunadaksa di sekolah khusus diperuntukkan untuk anak-anak yang memiliki masalah lebih berat, yaitu pada masalah penyerta intelektualnya, seperti retardasi mental maupun masalah kesulitan lokomosi (gerakan) dan emosinya. Di sekolah ini layanan pendidikannya dibagi menjadi dua bagian lagi, yaitu untuk anak-anak tunadaksa ringan dan anak-anak tunadaksa sedang. 


1) Sekolah khusus untuk anak Tunadaksa ringan (SLD-D) 

Layanan sekolah ini diperlukan untuk anak-anak tunadaksa yang memiliki masalah yang ringan dan yang tidak memiliki masalah penyerta berupa retardasi mental, yaitu anak tunadaksa yang memiliki intelektual rata-rata yang bagus bahkan di atas rata-rata intelektual anak-anak normal lainnya. Namun, kelompok anak ini belum bisa diberikan di sekolah terpadu karena masih memerlukan banyak terapi-terapi, seperti fisio therapy, speech therapy, occupation therapy, atau terapi-terapi lainnya. Bahkan, sama sekali tidak ditempatkan untuk sekolah-sekolah regular karena kecacatannya terlalu berat. 

2) Sekolah khusus untuk anak tunadaksa ringan (SLB-D) 

Sekolah khusus ini diperuntukkan bagi anak-anak tunadaksa yang memiliki problem emosi, persepsi, atau campuran keduanya dan disertai dengan retardasi mental. Untuk anak-anak yang berada dalam kategori tunadaksa sedang ini, memiliki nilai intelektual di bawah anak-anak normal lainnya. 

· Sekolah Terpadu/Inklusi 

Untuk sekolah terpadu ini, diperuntukkan bagi anak-anak penyandang tunadaksa yang memiliki intensitas masalah yang relatif ringan dan tidak disertai dengan problem penyerta yang retardasi mental dan tentu saja hal ini akan sangat baik jika sedini mungkin pelayanan pendidikannya disatukan dengan anak-anak normal lainnya di sekolah-sekolah reguler. Anak-anak tunadaksa dengan intensitas ringan tersebut sudah dapat mengatasi masalah fisiknya intelektualnya, serta emosionalnya. 

Meskipun masalah yang dihadapi oleh tunadaksa dengan intensitas ini masih sangat ringan, sekolah reguler yang dituntut melayani pendidikan untuk anak tunadaksa tersebut harus melakukan persiapan yang matang terlebih dahulu, baik persiapan saana maupun prasarananya seperti persiapan aksesibilitas. Di samping itu, dengan menggunakan sistem guru kunjung, dapat membantu memecahkan permasalahan yang mungkin saja bisa timbul pada anak-anak tunadaksa di kemudian hari. 










Sumber: Smart A. (2010). Anak cacat bukan kiamat: metode pembelajaran & terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Katahati (Hal. 92-95)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar