“all the
world's stage and the men and women merely players” Shakespeare
(Karp dan Yoeis, 1979:76)
salah
seorangahli sosiologi masa kini yang memberikan sumbangan penting
terhadap kajian ialah Goffman. Ia menggunakan prinsip yang dinamakan
dramaturgi (dramaturgy),
yang oleh Margaret Poloma didefinisikan sebagai “pendekatan yang
menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta
subjektif dan objektif dari interaksi sosial” (1979:271),
diterjemahkan penulis). Usaha Goffaman untuk mempelajari interaksi
dengan memakai bahasa san khayalan teater ini agaknya diilhami oleh
pendapat Sheakespeare bahwa dunia merupakan suatu pentas dan semua
laki-laki dan perempuan merupakan pemain.
Penggunaan
sudut pandangan teater dan prinsip dramaturgi kita jumpai dalam buku
Goffman: The Presentation of Self in Everyday Life (1959).
Goffman memulai uraiannya dengan menyatakan bahwa individu yang
berjumpa orang lain akan mencari informasi mengenai orang yang
dijumpainya atau menggunakan informasi yang telah dimilikinya, antara
lain dengan tujuan memanfaatkan informasi tersebut untuk
mendefinisikan situasi (1959:1).
menurut
Goffman dalam suatu perjuangan masing-masing pihak secara sengaja
maupun tidak sengaja membuat pernyataan (espression)
pihak lain memperoleh kesan (impression).
Goffman membedakan dua macam pernyataan, pernyataan yang diberikan
(expression given),
dan pernyataan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi sesuai
dengan apa yang lazimnya berlaku. Pernyataan yang terlepas atau
dilepaskan, dipihak lain, mengandung informasi yang menurut orang
lain memperlihatkan ciri si pembuat pernyataan.
Kita tentu melihat orang yang mengucapkan terima kasih dengan wajah
masam. Ucapan terima kasih merupakan pernyataan yang diberikan sesuai
dengan kebiasaan yang berlaku; namun wajah masam merupakan pernyataan
yang diberikan informasi mengenai perasaan sebenarnya si pembuat
pernyataan. Pernyataan yang diberikan dan yang dilepaskan dengan
sendirinya dapat saling mendukung, misalnya bila seorang menyatakan
belasungkawa sambil berwajah atau menitik beratkan air mata.
Telah
kita lihat dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak berusaha
mendefinisikan situasi. Menurut Goffman dalam proses ini
masing-masing pihak akan berusaha mengenai perilaku orang lain dengan
jalan memberikan pernyataan yang dapat menghasilkan kesan yang
diinginkan. Usaha mempengaruhi kesan orang ini dinamakannya
pengaturan kesan (impression management).
Dalam proses ini si pembuat pernyataan dapat memanipulasi pernyataan
yang diberikan maupun mernyataan yang terlepas. Dalam kasus
pernyataan belasungkawa tersebut di atas, misalnya, mungkin saja
pernyataan belasungkawa maupun air mata bukan merupakan ikhlas
melainkan dibuat-buat untuk menghasilkan kesan yang dikehendaki.
Penggunaan
bahasa dab akhayalan teater untuk menggambarkan kenyataan sosial
terlihat dari konsep yang dipakai Goffman untuk menggambarkan situasi
perjumpaan. Kegiatan seorang untuk mempengaruhi peserta lain dalam
suatu interaksi atau perjumpaan (encounter),
misalnya, disebutnya “penampilan” (performance).
Tempat suatu kegiatan berlangsung secara teratur yang dikelilingi
hambatan terhadap persepsi dinamakan social establishment.
Tempat penyajian penampilan disebut “kawasan depan “ (front
region); disampingitu terdapat
pula suatu “kawasan balakang” (back region)
atau “panggung belakang” (backstage),
tempat pe-nampilan di kawasan depan dipersiapkan dan kesan yang
disajikan melalui penampilan dibantah secara sadar melalui tindakan
yang tidak sepadan penampilan di kawasan depan.
Penampilan
untuk situasi dapat disajikan oleh seorang individu, tetapi dapat
pula disajikan oleh beberapa orang selaku “tim” (team
of performance). Penampilan
individu atau tim disaksikan oleh suatu “khalayak” (audience);
orang yang berada diluar ruang sidang merupakan “orang luar”
(audience). Dikala
menyajikan penampilan dikawasan depan, tim berusaha menjaga
solidaritas dan menutupi kesalahan anggota tim. Dalam interaksi para
pelaku berusaha menonjolkan kesepakatan dan membatasi pertentangan.
Kerangka
pemikiran Goffman terlalu canggih daan rinci untuk dapat disajikan
dalam suatu ringkasan pendek sehingga tujuan pernyataan penyajianini
semata-mata hanyalah untuk memberikan gambaran sangat umum. Namun
diharapkan bahwa dari pembahasan ini anda mulai dapat memperoleh
suatu gambaran, meskipun sangat terbatas mengenai pendekatan
dramaturgi.
Social
establishment yang disajikan
disini diangkat dari dunia kampus dan terdisi atas ruangan sidang
ujian skripsi. Peserta dalam perjuangan ini adalah mehasiswa yang
diuji, dan tim terdiri atas panitia ujian skripsi-pimpinan fakultas,
ketua jurusan, para pembimbing skripsi, dan penguji. Khalayak terdiri
atas sesama mahasiswa yang memperoleh izin untuk menghadiri sidang
ujian. Masing-masing pihak peserta menyajikan penampilan untuk
menanamkan kesan yang mereka kehendaki pada peserta lain dan
khalayak. Mahasiswa berusaha menyajikan kesan bahwa ia siap diuji dan
menguasai bidangnya. Masing-masing anggota tim penguji berusaha
menyajikan kesan bahwa meraka ahli dalam bidang mereka, mampu
memberikan bimbingan dengan baik, dan mampu menilai mahasiswa secara
kritis.
Dalam
penampilan tim, anggota panitia ujian berusaha membatasi perbedaan di
antara mereka dan berusaha menjaga solidaritas tim—kesetiaan pada
tim (dramaturgical loyality).
Dalam sidang ujian terbuka yang merupakan kawasan depan ini,
perbedaan pendapat di antara anggota tim (misalnya perbedaan pendapat
mengenai teori atau kualitas data) atau kelemahan salah seorang
anggota tim (misalnya ada anggota panitia penguji yang samasekali
tidak melakukan bimbingan atau belum membaca skripsi yang diuji)
diusahakan untuk ditutup-tutupi.
Demi kelancaran pengaturan kesan solidaritas tim diusahakan untuk
dijaga, tetapi kadang-kadang terjadi “insiden” yang mengganggu
penampilan tim. Perbedaan pandapat di antara para penguji dapat
dipermukaan dalam sidang ujian; bimbingan yang isinya saling
bertentangan dapat terungkap dan diperdebatkan para pemimbing dalam
sidang. Dalam kasus ekstrem mungkin saja anggota panitia penguji ada
yang memoikot sidang. Dalam kasus ekstrem mungkin saja anggota
panitia ada memboikot sidang ujian atau peningkatan sidang karena
perbedaan penafsiran terhadap teraturan atau prosedur.
Setelah sidang ujian terbuka selesai, khalayak serta mahasiswa yang
diuji diminta meninggalkan ruangan karena panitia ujian akan
bersidang untuk menilai isi skripsi dan kemampuan mahasiswa menjawab
pertanyaan penguji. Dengan demikian kepergian khalayak, maka ruang
sidang ujian berubah menjadi panggung belakang. Dalam perjumpaan
yang terjadi dalam ruangan dikurangi dan perbedaan dapat dikemukakan
secara lebih bebas dan terbuka. Perilaku mahasiswa yang diuji, baik
selama sidang ujian berlangsung maupun selama masa bimbingan mungkin
menjadi bahan pembericaraan, pengunjingan, atau bahwa mungkin bahan
tertawaan, hal yang pasti tidak akan ditampilkan dalam sidang
terbuka. Proses penentuan nilai akhir yang mungkin saja berlangsung
secara musyawarah, atau kompromi pun tidak diketahui oleh mahasiswa
uang diuji maupun dan khalayak yang menghadiri sidang ujian tersebut.
Pada saat sidang ujian dinyatakan terbuka lagi untuk mengumunkan
hasil ujian dan kehidupan khalayak yang hadir, unsur-unsur kesulitan
disiplin dan tenggang rasa hasil ujian, nasihat apa yang akan
diberikan tim dan sebagainya.
Dengan
sendirinya pendekatan Goffan ini mendapat kritik berbagai pihak.
Goffaman menyajikan para pelaku dalam interaksi sebagai penipu (con
artist), sebagai manipulator
yang berusaha menipu atau memanipulasikan peserta lain (lihat antara
lain Polma, 1979).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar