Dalam kasus
ini, penderita menunjukkan dua atau lebih kepribadian. Setiap kepribadian
memiliki proses perasaan dan proses pikir masing-masing yang cukup stabil dan
perbedaannya biasanya sangat mencolok. Gangguan ini disebut juga gangguan
identitas disosiatif (Kendall & Hammen, 1998 dalam buku Psikologi Abnormal
Klinis Dewasa). Ini adalah bentuk disosiasi yang dramatis dimana penderita
mengembangkan dua atau lebih kepribadian yang terpisah dan jelas berbeda pula. Misalnya, kepribadian yang satu bersifat
periang dan optimis, sedangkan kepribadian lainnya bersifat pemurung dan
pesimis. Penderita dapat berpindah dari satu kepribadian ke kepribadian lainnya
dalam selang waktu menitan atau tahunan. Saat berada dalam salah satu
kepribadian, penderita tidak dapat mengingat tentang apa yang terjadi dalam
kepribadian yang lain.
Kemunculannya
biasanya berkaitan dengan adanya pengalaman traumatik dalam kehidupan individu,
pada umumnya penyiksaan seksual atau fisik semasa kanak-kanak, peristiwa
traumatik lainnya misalnya kematian saudara atau teman dan menyaksikan kematian
tersebut ketika individu masih anak-anak. Individu dengan gangguan ini memiliki
dua atau lebih kepribadian yang berbeda, tingkah laku dan sikap yang
ditunjukkan oleh individu sangat bergantung pada kepribadian mana yang dominan
pada saat itu serta berbeda antara satu kepribadian dengan kepribadian yang
lain.
0 komentar:
Posting Komentar