konstribus
Kata
rintisan Thorndike alternatif tersendiri untuk mengkonseptualisasikan
belajar dan perilaku dan memberi pendekatan yang jauh berbeda dengan
pendekatan sebelum dia. Sebelum studi Thorndike, tidak ada pembahasan
eksperimental yang sistematis terhadap proses belajar. Dia bukan
hanya menjelaskan dan mensintesiskan data yang tersedia , dia juga
menemukan dan mengenbangkan fenomena balajar trial
and error
dan transfer training,
misalnya yang akan mendefinisikan domain teori belajar untuk
masa-masa berikutnya.
Dengan
hukkum efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati, dalam
kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan
menghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku. Persoalan tentang apa
penyebab efek ini, apa batasnya, durasinya, dan problem yang terkait
dengan definisi dan pengukurannya kelak memandu riset dalam tradisi
behavioral selama 50 tahun kemudian dan masih menjadi topik riset dan
perdebatan sampai sekarang. Thorndike adalah salah satu orang paling
awal yang meniti mengapa orang bisa lupa melalui hukum latihannya dan
meneliti pengekangan perilaku lewat kajiannya terhadap hukuman. Dia
jelas bersedia membuang pandangan awalnya yang ternyata bertentangan
dengan data baru. Dalam kajian transfer traningnya,
Thorndike adalah orang pertama yang mempertanyakan asumsi umum
tentang praktik pendidikan pada saat itu (disiplin formal). Dan,
meskipun di dapat dianggap sebagai behavioris awal, gagasannya
tentang prapotensi elemen dan respons dengan analogi telah membantu
munculnya benih teori belajar kognitif kontemporer.
Kritik
walaupun
telah ditunjukkan bahwa beberapa fenomena yang ditemukan oleh
Thorndike, seperti penyebaran efek, misalnya, adalah karena akibat
dari proses yang bukan diidentifikasinya (Estes, 1969b, Zirkle,
1946), kritik penting terhadap teori Throndike berfokus pada dua isu
utama. Pertama berkaitan dengan definisi unsur permuas (satisfier)
dalam hukum efek. Yang kedua,
juga berkaitan dengan hukum efek, adalah soal definisi yang terlalu
mekanistik atas teori belajar. Kritik terhadap hukum efek menyatakan
bahwa argumen Thorndike bersifat sirkular (berputar-putar). Jika
probabilitas respons meningkat, itu dikatakan karena adanya keadaan
yang memuaskan, jika tidak meningkat, itu dikatakan karena tidak ada
unsur pemuas (satisfier).
Penjelasan teori semacamitu dianggap tidak memungkinkan untuk diuji
karena kejadian yang sama (peningkatan probabilitas respons) dipakai
untuk mendeteksi baik itu proses belajar maupun keadaan yang
memuaskan. Kelak para pembela Thorndike mengatakan bahwa kritik ini
tidak valid karena setelah sesuatu ditunjukkan sebagai unsur pemuas
(satisfer), ia dapat
untuk dipakai memodifikasi perilaku dalam situasi yang lain (Meehl,
1950), terapi, seperti yang akan kita bahas di Bab 5, pembelaan ini
gagal.
Kritik kedua terhadaphukum efek Thorndike terekait dengan cara
hubungan S-Rdi perkuat atau diperlemah, seperti telah kita bahas,
Thorndike percaya bahwa belajar adalah fungsi otomatis dari keadaan
yang memuaskan dan bukan dari mekanisme keadaan seperti pemikiran
atau penalaran. Thorndike jelas percaya bahwa belajar dapat
dijelaskan dengan memadai tanpa merujuk pada hal-hal semacam itu.
Mahasiswa saat itu, dan mahasiswa saat sekarang, bereaksi negatif
terhadap pendekatan studi belajar yang mekanistik seperti ini.
Willian McDougall, misalnya, pada tahun 1920-an menulis bahwa teori
pemilihan dan pengaitan Thorndike adalah “teorinya”sifat
penguatannya dan apakah seorang pembelajar harus menyadari kontigensi
penguatan agar penguatan itu efektif masih terus diperdebatkan samapi
sekarang.
Sumber: Buku Theories Of Learning (teori belajar). B. R Hergenhahn Matthew H. Olson
Sumber: Buku Theories Of Learning (teori belajar). B. R Hergenhahn Matthew H. Olson
Tidak ada komentar:
Posting Komentar