Kamis, 15 Maret 2012

HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN FILSAFAT

Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya, filsafat memang bertengkar dari pada yang dialami manusia, karena tak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indra, sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraaan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya. Bahkan pikiran manusia itu ada serta mampu mencapai bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran itu.

Sebaliknya, filsafat pun memerlukan data dari ilmu. Jika, ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam dengan hasil penyelidikannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi (Poedjawijatna, 1991).


Dalam berbagai literatur disebutkan, sebelum menjadi disiplin ilmu yang mansiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafati yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang berfikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Adapun dalam filsafati yang memecahkan masalah-masallah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan.


Bruno, seperti dikutip Syah (1995:8), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “roh'. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental', Ketiga, Psikologi adalah ilmu pengetahun mengenai :roh”, Kedua,psikologi adalah ilmu pengetahuan “mengenai mental”, Ketiga psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.


Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bercita rasa tinggal dan bersejarah) yang berhubungan dengan filsafati Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan rohnya. Oleh karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia merupakan bagian dari studi tentang roh.

Sumber: Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si.

1 komentar: