Masa pergerakan adalah
masa bangsa Indonesia berada dalam detik-detik terakhir penjajah
Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda. Pers pada
masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional
bangsa Indonesia melawan penjajahan.
Setelah muncul pergerakan
modern Budi Utomo tanggal 20 mei 1980, surat kabar yang
dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat
perjuangan. Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi
pergerakan orang Indonesia. Surat kabar nasional menjadi semacam
perlemen orang Indonesia yang terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa
Indonesia dalam perjuangan memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.
Beberapa contoh harian
yang terbit pada masa pergerakan, antara lain sebagai berikut:
- Harian “Sedio Tomo” sebagai kelanjutan harian Budi Utomo yang terbit di Yogyakarta, didirikan bulan Juni 1920.
- Harian “Darmo Kondo” terbit di Solo, yang dipimpin oleh Sudarya Cokrosiswono.
- Harian “Utusan Hindia” terbit di Surabaya, yang dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto.
- Harian “Fajar Asia” terbit di Jakarta, dipimpin oleh Haji Agus Salim.
- Majalah mingguan “Pikiran Rakyat” terbit di Bandung, didirikan oleh Ir. Soekarno.
- Majalah berkala “Daulah Rakyat”, dipimpin oleh Moch Hatta dan Sultan Syahrir.
Karena sifat dan isi pers
pergerakan antipenjajahan, pers mendapatkan tekanan dari pemerintahan
Hindia Belanda. Salah satu cara pemerintah Hindia Belanda saat itu
adalah dengan memberikan hak kepada pemerintah untuk memberantas dan
menutup usaha penerbitan tanggal 13 Desember 1937.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar