Kamis, 01 Maret 2012

PERKEMBANGAN PERS DI MASA PERGERAKAN DI INDONESIA

Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada dalam detik-detik terakhir penjajah Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda. Pers pada masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan penjajahan.
Setelah muncul pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 mei 1980, surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat perjuangan. Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi pergerakan orang Indonesia. Surat kabar nasional menjadi semacam perlemen orang Indonesia yang terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangan memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.

Beberapa contoh harian yang terbit pada masa pergerakan, antara lain sebagai berikut:

  • Harian “Sedio Tomo” sebagai kelanjutan harian Budi Utomo yang terbit di Yogyakarta, didirikan bulan Juni 1920.
  • Harian “Darmo Kondo” terbit di Solo, yang dipimpin oleh Sudarya Cokrosiswono.
  • Harian “Utusan Hindia” terbit di Surabaya, yang dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto.
  • Harian “Fajar Asia” terbit di Jakarta, dipimpin oleh Haji Agus Salim.
  • Majalah mingguan “Pikiran Rakyat” terbit di Bandung, didirikan oleh Ir. Soekarno.
  • Majalah berkala “Daulah Rakyat”, dipimpin oleh Moch Hatta dan Sultan Syahrir.

Karena sifat dan isi pers pergerakan antipenjajahan, pers mendapatkan tekanan dari pemerintahan Hindia Belanda. Salah satu cara pemerintah Hindia Belanda saat itu adalah dengan memberikan hak kepada pemerintah untuk memberantas dan menutup usaha penerbitan tanggal 13 Desember 1937.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar