Minggu, 11 Maret 2012

PRAKTEK PSIKOLOGI

Para praktisi psikologi, yang berusaha memahami dam meningkatkan kesehatan fisik dan mental bekerja di rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, klinik, sekolah, biro konsultasi, dan tempat praktik pribadi. Sejak lahir tahun 1970-an, proporsi psikolog yang menjadi praktisi terus-menerus meningkat. Para praktisi itu, kini mencakup lebih dari dua pertiga doktor baru di bidang psikologi dan anggota American Psychological Assosiation (APA), yaitu organisasi psikolog profesional yang paling besar.

Beberapa praktisi adalah psikolog konseling, yang umumnya membantu seseorang dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti kecemasan dalam menghadapi tes, konflik keluarga, dan motivasi kerja yang rendah. Di samping itu psikologi sekolah, yang bekerja sama dengan para orang tua, guru, dan siswa dalam rangka meningkatkan prestasi siswa dan memecahkan kesulitan emosional. Meskipun demikian, mayoritas tugas ini dilakukan oleh psikologi klinis, yang mendiagnosisi, menangani, dan mempelajari masalah kesehatan mental atau emosional. Para psikologi klinis telah dilatih untuk melakukan psikoterapi terhadap orang yang memiliki gangguan cukup parah. Di samping itu, mereka juga menangani orang yang memiliki masalah sedernahan, yang tidak bahagia, atau yang sekedar ingin belajar mengatasi masalahnya dengan lebih baik.

Di hampir semua negara bagian Amerika Serikat, lisensi untuk melakukan praktek psikolog klinis menuntut pendidikan doktoral. Kebanyakan psikolog klinis memiliki gelas Ph.D, beberapa memiliki gelar Ed. D, dan sebagian kecil memiliki gelar Psy. D (doktoral dalam psikologi), yaitu gelar yang mulai diberikan sejak tahun 1970-an. Umumnya para psikologi klinis menyelesaikan pendidikan pascasarjana di bidang psikologi selama empat atau lima tahun, di tambah minimal satu tahun praktek kerja di bawah pengawasan psikolog praktek. Program klinis mengarahkan seseorang untuk meraih Ph. D, atau Ed. D, yang biasanya dirancang untuk menyiapkan seseorang, baik sebagai ilmuwan maupun praktisi klinis. Mereka dituntut untuk menyelesaikan disertasi, yaitu sebuah proyek ilmuwan mayor (biasanya mencakup penelitian) yang berkontribusi bagi pengetahuan dibidangnya. Program Psy. D, berfokus pada praktek profesional dan biasanya tidak menuntut disertasi, meskipun para peserta program di tuntut untuk menyelesaikan program mayor, berupa makalah teoritis atau rangkuman literatur. Program Psy. D, sekarang menghasilkan sekitar seperempat kandidat doktoral dalam bidang psikologi (Noreross, Kohout, & Wicherski, 2005).

Pada umumnya, orang kerap bingung membedakan antara psikologi klinis, dengan tiga istilah lain berikut ini: psikoterapis, psikoanalisis, dan psikiater. Ketiga istilah ini memiliki arti yang berbeda:

  1. psikoterapis adalah orang yang melakukan psikoterapi. Istilah ini tidak secara resmi diatur. Pada kenyataanya, di kebanyakan negara bagian Amerika Serikat, siapa saja dapat menyatakan dirinya sebagai seorang “terapis” tanpa pernah memperoleh pelatihan sama sekali.
  2. Psikoanalisis adalah orang yang mempraktekkan suatu bentuk khusus terapi, yakni psikoanalisis. Untuk bisa menyebut diri anda sebagai seorang psikoanalisis. Anda harus memperoleh pendidikan spesialisasi di institut psikoanalisis dan anda sendiri juga harus menjadi psikoanalisis. Hingga saat ini, perizinan untuk menjadi anggota institut psikoanalisis menuntut gelar M. D, atau Ph. D., namun lambat-laun tuntutas ini terabaikan. Pekerja sosial klinis dengan gelar magister, dan bahkan orang awam yang berminat sekalipun, sekarang dapat memperoleh izin.
  3. Psikiater adalah dokter medis yang telah tiga tahun bekerja dan memperoleh pelatihan psikiatri untuk mempelajari cara mendiagnosis dan menangani gangguan mental di bawah pengawasan dokter yang lebih berpengalaman. Seperti psikolog, sejumlah psikiater melakukan penelitian mengenai masalah-masalah mental di samping menangani para pasien. Dalam praktek pribadi, para psikiatri mungkin menangani semua jenis gangguan emosional. Di rumah sakit mereka menangani gangguan-gangguan yang paling parah, seperti depresi mayor dan skizofrenia. Meskipun psikiater dan psikolog klinis kerap melakukan pekerjaan yang serupa, karena pelatihan para psikiater di bidang medis, mereka lebih sering berfokus pada faktor biologis terhadap berbagai gangguan mental, dan kerap menangani masalah melalui pengobatan medis. Mereka diizinkan untuk memberi resep obat sementara hingga kini kebanyakan psikolog klinis belum dapat memberi resep (hanya dua negara bagian Amerika, yaitu New Mexico dan Lousiana, yang memberi hak pada psikolog yang telah memperoleh pelatihan khusus untuk memberi resep). Meskipun demikian, para psikiater kerap kurang memperoleh pengajaran dan kurang mengikuti perkembangan teori, metode penelitian, serta temuan terakhir di bidang psikologi (Luhrmann, 2000).

Berbagai profesi kesehatan mental lainnya mencakup pekerja sosial klinis berlisensi serta konselor perkawinan, keluarga, dan anak. Para profesional ini biasanya lebih banyak menangani masalah-masalah umum yang menyangkut penyesuaian diri dan konflik keluarga dibandingkan mereka harus berhadapan dengan orang yang memiliki masalah-masalah serius-kejahatan, orang dengan ketergantungan obat. Pelaku kekerasan seksual, serta individu yang terlibat dalam kekerasan keluarga atau kekerasan terhadap anak. Di Amerika Serikat, tuntutan lisensi bervariasi antara satu negara bagian dengan negara lainnya. Meskipun pada umumnya tuntutan itu bercakup gelar magister di psikologi atau bidang pekerjaan sosial, di samping memperoleh pengawasan selama satu atau dua tahun. Seakan-akan tipe yang ada ini belum cukup rumit, terdapa ribuan konselor yang memiliki spesialisasi dalam menangani demikian, tidak ada perangkat standar yang mengatur pelatihan mereka. Beberapa di antaranya memiliki tidak lebih dari “sertifikat” pelatihan singkat.

Banyak psikolog penelitian, dan beberapa praktisi, mengkhawatirkan adanya peningkatan jumlah konselor dan psikoterapis yang tidak memperoleh pengajaran dalam metode penelitian dan temuan empiris psikologis; serta yang menggunakan teknik yang dilontarkan melukiskan perkembangan itu sampai suatu titik ketika lembaga-lembaga pendidikan profesi yang tidak berafiliasi dengan unversitas berdiri. Meskipun beberapa sekolah menawarkan pendidikan berkualitas, sejumlah sekolah lainnya tidak memberikan ini. Meskipun skor subtes verbal dalam Graduate Record Exam para pelamar telah menurun sejak beberapa dekade sebelumnya.

Tingkat penerimaan dalam program doktoral psikologi telah meningkat tajam sejak tahun 1970-an menjadi klinis, dari 4 sampai 6 persen di tahun 1970-an menjadi 21 persen di tahun 2003 (Norcross, Kohout, & Wicherski, 2005) ketika meninjau fakta-fakta mengenai pendidikan kesarjanaan di bidang psikologi klinis, Donals Paterson (2003) menemukan bahwa banyak program yang kurang berkualitas mengenai lebih banyak lulusan yang umumnya tidak siap. Peterson berpendapat “menyangkal adanya kecenderungan praktek yang tidak memenuhi syarat, dari psikolog yang tidak cukup berbakat dan tidak terlatih dengan baik, bertentangan dengan akal sehat”.

Di sisi lain, banyak praktik berpendapat bahwa psikoterapi merupakan sebuah seni dan bahwa pelatihan dalam metode penelitian secara luas tidak relevan dengan pekerjaan yang mereka lakukan bagi para kliennya.

Sumber: Buku Psikologi, edisi kesembilan, jilid 1. Carole Wade. Carol Tavris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar