Kamis, 15 Maret 2012

PSIKOLOGI PLATO (429-347 SM)

Plato dilahirkan pada 29 Mei 429 SM di Athena. Sewaktu berumur 20 tahun, filsuf Yunani yang dikabarkan terlahir di kalangan “keluarga terhormat”. Ayahnya, Arison, disebut-sebut sebagai titisan dari Dewa Poseidon ini, menjadi murid Socrates yang memberi kepuasan sepenuhnya pada hasratnya terhadap pengetahuan dan kebijaksanaan. Disampin itu, ia mempunyai perasaan kepenyairan yang dalam. Setelah Socrates meninggal, Ia merantau ke Mesir, Sisilia, dan Italia Selatan. Pada tahun 389 SM, dibukanya sekolah filsafat di Athena yang diberi nama “Acedemia”. Disini, ia mengajar 40 tahun lamanya, hanya terputus sementara kepergian ke Sisilia beberapa kali. Dalam usia 81 tahun, ia meninggal di tanah kelahirannya ( Schimid, 1980:10).

Buku-bukunya yang pada umumnya bertalian dengan psikologi dan akhlak, antara lain, buku Phaedo tentang jiwa dan keabadiannya sesudah mati, dan buku Phaedrus tentang cinta (Poerwantana, et. Al, 1988:89; Schmid, 1980:10 Dirgagunarsa, 1996:13). Ajarannya yang terkenal ialah tentang “idea”.

Tentang “jiwa”, Plato menyebutkannya sebagai bersifat Immaterial. Ini karena sebelumnya masuk ke tubuh kita, tubuh kita sudah ada terlebih dahulu di alam para sensoris. Hal ini dikenal pre-eksistensi jiwa dari Plato. Jadi, menurut Plato, jiwa menempati dua dunia, yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia idea (yang bersifat aslinya adalah berfikir).

Bahwa manusia tersusun atas jiwa dan badan. Merupakan suatu konsep klasik yang berulang kali dinyatakan kembali dalam tulisan-tulisan filsafat. Plato klasik menekankan perbedaan itu sedemikian rupa, sehingga kita berbicara tentang dualisme. Dalam pandangan sedemikian rupa, sehingga kita berbicara tentang dualisme. Dalam pandangan Plato, dualisme antara jiwa dan badan bersifat atis-religius. Jiwa ialah bagian manusia yang tidak dapat mati, setelah berulang kali dipenjarakan dalam badan lewat inkrnasi, akhirnya jiwa itu, setelah disucikan dan kesalahannya sendiri, mencapai dunia yang lebih luhur dunia tempat kita memandang idea-idea yang murni dan abadi. Jiwa hidup terus sesudah badan mati dan bahkan sudah ada sebelum manusia lahir kembali dalam bentuk badan baru . Semula, Plato melukiskan badan itu sebagai penjara dan kuburan bagi jiwa, kemudian sebagai alat atau sarana bagi jiwa. Selanjutnya lagi penghargaan bagi badan, kemudian meningkat dan ia memandang badan sebagai gambaran jiwa yang patut kita hormati (Peursen, 1991:231).

Dalam teorinya tentang :ide”, Plato melukiskan pertentangan antara kenyataan rohani yang tidak dapat mudnah, dan kehidupan di dunia ini, yang dialami secara indrawi, teori ini berkaitan dengan pandangannya mengenai terpisahnya jiwa manusia yang tak dapat mati dan badan yang akan musnah. Idea-idea itu mewujudkan adanya yang paling tinggi dan paling nyata, tetapi terarah juga pada idea tentang kebaikan yang terdapat disebelah sana, segala sesuatu yang ada. Nilai ini mendorong Plato untuk menerjunkan diri ke dalam kehidupan sehari-hari dan dengan demikian, ia ingin membina watak manusia di tengah-tengah masyarakat polis itu. Di dalam alam rayapun idea-idea itu berpengaruh dengan pemeberian wujud pada alam kebendaan yang maih tanpa wujud (Peursen, 1991: 251).

teori Plato tentang idea-idea (Plato's Theori of Ideal Forms) pada dasarnya memiliki dua alam (Tule, ed., 1995:-126:

  1. Alam transenden (noumenal) yang absolut, sempurna, bentuk-bentuk ideal yang tidak berubah di mana yang baik merupakan yang utama yang biasanya ditafsirkan sebagai keindahan dan kebenaran; merupakan sumber dari segala sesuatu yang lain, seperti keadilan, ketentraman, semangat.
  2. Alam fenomenal (dunia tanpak) yang tersusun dari segalas sesuatu yang dalam, mengambil bagian dari) bentuk-bentuk ideal.

Cinta (atraksi, afinitas) yang dimiliki sesuatu ke arah kesempurnaan yang inheren dalam bentuk-bentuk idela ini mengilhami (menyebabkan, mendorong) benda-benda di dunia fenomenal untuk berubah, bergerak, beraksi mencari tujuan. Alam fenomenal adalah alam indrawi, alam biasa, pengalaman sehari-hari. Alam terbentuk abadi adalah alam nyata, sejati, permanen yang terkadang dapat sedikit disingkapkan oleh rasio setelah melewati proses pendisiplinan yang memadai. Abstraksi seperti kesamaan, sirkularitas, kemanusiaan yang dapat dipahami dan dikenal dalam berbagai rupa, memberi indikasi sederhana bahwa bentuk-bentuk itu memang ada. Bentuk-bentuk eksis secara independen dari kesadaran.

Sumber: Psikologi Umum. Drs. Alex Sobur, M. Si.

2 komentar:

  1. Hello, I'm Aini from Malaysia. can you explain to me how concept of human soul by plato being apply in society?

    BalasHapus
  2. pandangan Plato 429- 347 SM tentang masyarakat??

    BalasHapus