Jumat, 13 April 2012

JENIS-JENIS MEMORI OTAK

Secara umum kita dapat menganalogikan LTM (long timer memory) sebagai suatu tempat penyimpanan (repository) segala hal dalam memori yang saat itu tidak sedang digunakan namun memiliki makna yang penting dan dapat diambil kembali (retrievable). Sejumlah kategori umum dari jenis informasi yang disimpan dalam LTM (Bower, 1975) disusun berdasarkan kemungkinan fungsi adaptifnya.
  1. Kemampuan Spasial. Informasi mengenai lokasi kita di dunia dan objek-objek yang penting. Pengetahuan ini memungkinkan kita melakukan pergerakan atau manuver efektif di lingkungan kita.
  2. Karakteristik-karakteristik Fisik Dunia Sekeliling Kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
  3. Hubungan Sosial. Penting untuk mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, dan siapa orang yang dapat kita percayai. Mengenai siapa musuh kita bahkan lebih penting lagi.
  4. Nilai-nilai Sosial. Pengetahuan mengenai  apa yang dianggap penting oleh kelompok kita.
  5. Keterampilan-keterampilan motorik. Penggunaan alat, pemanipulasian objek.
  6. Keterampilan-keterampilan perseptual. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai dari bahasa hingga musik.
Diyakini bahwa keberagaman informasi yang ditemukan oleh LTM telah berevolusi sedemikian rupa sehingga memungkinkan kita mengembangkan interaksi yang sukses dengan lingkungan kita. Dalam kesehatian kita, memori tampak terstruktur dan tertib (orderly). Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang utama, terkait LTM, adalah bagaimana LTM Diorganisasikan. Terdapat sejumlah besar penelitian yang memunculkan gagasan bahwa informasi yang spesifik disimpan dalam sebuah jaringan yang terstruktur dengan baik sekaligus sangat praktis. Konsep tersebut mengimplikasikan bahwa informasi baru yang memasuki LTM tidak memerlukan sintesis dari suatu jaringan baru (yang akan mengalahkan kegunaan pengorganisasian karena setiap peristiwa akan memerlukan sistem tersendiri), dengan organisasi minor (dalam jumlah yang tak terbatas) yang mempengaruhi hasil pemindahan informasi tersebut. Artinya, informasi baru lazimnya disimpan dalam struktur-struktur organisasi yang memang sudah eksis sebelumnya.

Sebagaimana telah kita diskusikan sebelumnya, sistem memori kita tidak hanya menyimpan informasi, melainkan juga memproses dan mengarahkan informasi. Tergantung jenis informasi, atau derajat kepentingannya, skema-skema organisasi yang berbeda-beda akan dilibatkan dalam LTM (lihat dalam gambar dibawah). Anda dapat mengetahui bahwa LTM dapat dibagi menjadi memori eksplisit (deklaratif) dan memori implikasi (nondeklaratif). Memori eksplisit diorganisasikan lagi menjadi memori episodik dan memori sematik. Memori eksplisit dibagi menjadi memori prosedural dan memori emosional. Terdapat pula sejumlah subtipe dalam ketegori memori implisit dan memori eksplisit tersebut.

Memori eksplisit (explicit memory) terutama mengandalkan pengambilan (retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue) berupa rekognisi dan tugas-tugas recali. Memori implisit (umplicit memory), sebaliknya, diekspresikan dalam bentuk mempermudah kinerja dan tidak memerlukan rekolekgi yang sadar.

Jenis-jenis Memori Jangka Panjang
Memori jangka panjang di bagi menjadi dua yaitu implisit (Non-deklaratif) dan Eksplisit (deklaratif), Implisit (Non-deklaratif) dibagi menjadi empaat yaitu prosedur, priming, Kondisioning Klasikal dan Operan, Pembelajaan nonsosiatif. Sedangkan Ekplisit (deklaratif) dibagi menjadi dua bagian yaitu Sematik (Fakta) dan Episodik (peristiwa) 

Memori Otobiografis
Isi LTM buka
Secara umum kita dapat menganalogikan LTM (long timer memory) sebagai suatu tempat penyimpanan (repository) segala hal dalam memori yang saat itu tidak sedang digunakan namun memiliki makna yang penting dan dapat diambil kembali (retrievable). Sejumlah kategori umum dari jenis informasi yang disimpan dalam LTM (Bower, 1975) disusun berdasarkan kemungkinan fungsi adaptifnya.
  1. Kemampuan Spasial. Informasi mengenai lokasi kita di dunia dan objek-objek yang penting. Pengetahuan ini memungkinkan kita melakukan pergerakan atau manuver efektif di lingkungan kita.
  2. Karakteristik-karakteristik Fisik Dunia Sekeliling Kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
  3. Hubungan Sosial. Penting untuk mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, dan siapa orang yang dapat kita percayai. Mengenai siapa musuh kita bahkan lebih penting lagi.
  4. Nilai-nilai Sosial. Pengetahuan mengenai  apa yang dianggap penting oleh kelompok kita.
  5. Keterampilan-keterampilan motorik. Penggunaan alat, pemanipulasian objek.
  6. Keterampilan-keterampilan perseptual. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai dari bahasa hingga musik.
Diyakini bahwa keberagaman informasi yang ditemukan oleh LTM telah berevolusi sedemikian rupa sehingga memungkinkan kita mengembangkan interaksi yang sukses dengan lingkungan kita. Dalam kesehatian kita, memori tampak terstruktur dan tertib (orderly). Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang utama, terkait LTM, adalah bagaimana LTM Diorganisasikan. Terdapat sejumlah besar penelitian yang memunculkan gagasan bahwa informasi yang spesifik disimpan dalam sebuah jaringan yang terstruktur dengan baik sekaligus sangat praktis. Konsep tersebut mengimplikasikan bahwa informasi baru yang memasuki LTM tidak memerlukan sintesis dari suatu jaringan baru (yang akan mengalahkan kegunaan pengorganisasian karena setiap peristiwa akan memerlukan sistem tersendiri), dengan organisasi minor (dalam jumlah yang tak terbatas) yang mempengaruhi hasil pemindahan informasi tersebut. Artinya, informasi baru lazimnya disimpan dalam struktur-struktur organisasi yang memang sudah eksis sebelumnya.

Sebagaimana telah kita diskusikan sebelumnya, sistem memori kita tidak hanya menyimpan informasi, melainkan juga memproses dan mengarahkan informasi. Tergantung jenis informasi, atau derajat kepentingannya, skema-skema organisasi yang berbeda-beda akan dilibatkan dalam LTM (lihat dalam gambar dibawah). Anda dapat mengetahui bahwa LTM dapat dibagi menjadi memori eksplisit (deklaratif) dan memori implikasi (nondeklaratif). Memori eksplisit diorganisasikan lagi menjadi memori episodik dan memori sematik. Memori eksplisit dibagi menjadi memori prosedural dan memori emosional. Terdapat pula sejumlah subtipe dalam ketegori memori implisit dan memori eksplisit tersebut.

Memori eksplisit (explicit memory) terutama mengandalkan pengambilan (retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue) berupa rekognisi dan tugas-tugas recali. Memori implisit (umplicit memory), sebaliknya, diekspresikan dalam bentuk mempermudah kinerja dan tidak memerlukan rekolekgi yang sadar.

Jenis-jenis Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang di bagi menjadi dua yaitu implisit (Non-deklaratif) dan Eksplisit (deklaratif), Implisit (Non-deklaratif) dibagi menjadi empaat yaitu prosedur, priming, Kondisioning Klasikal dan Operan, Pembelajaan nonsosiatif. Sedangkan Ekplisit (deklaratif) dibagi menjadi dua bagian yaitu Sematik (Fakta) dan Episodik (peristiwa) 

Memori Otobiografis

Isi LTM bukanlah menyerupai  suatu gudang penyimpanan yang menyimpan segala sesuatu yang kita alami. LTM memiliki suatu fungsi kendali, yakni tempat informasi yang relevan dan bermakna mendapatkan perhatian khusus. Memori otobiografis adalah memori pribadi telah menjadi minat sebagian besar orang awam, sesungguhnya memori pribadi juga menjadi subjek sejumlah penelitian psikologis. Kita telah membicarakan memori otobiografis terkait durasi LTM, dan sekarang kita akan beralih ke momori otobiografis terkait sebagai suatu jenis khusus memori jangka panjang.

Memori otobiografis pada umumnya memiliki keakuratan tinggi (bahkan sempurna). Pada umumnya, memori biografis berisi informasi terkait emosi, deskripsi-diri, peristiwa-peristiwa khusus, dan sejumlah kehidupan seseorang yang bersangkutan. Data-data yang objektif mengenai memori otobiografis sulit ditemukan (bagaimana anda dapat menyetujui atau menyangkal ingatan pribadi seseorang terkait peristiwa dalam hidup orang itu?) Meskipun demikian, beberapa penelitian mampu mengatasi masalah tersebut. Sebagai contoh, Field (1981) mewawancarai sejumlah anggota keluarga (dalam keluarga individu yang sedang diselidiki kebenaran memorinya) sebagai sarana verifikasi terhadap kebenaran “fakta” dalam memori seseorang. Beberapa kenangan seperti “Saya yakin, saya terkena radang tenggorokan pada tanggal 3 Juli kerena saat itu menjelang 4 Juli (perayaan kemerdekaan Amerika) dan saya tidak dapat menonton pawai dan pertunjukkan kembang api” dapat diverifikasi dengan mewawancarai anggota keluarga yang lain dan memeriksa rekaman medis individu yang bersangkutan. Studi-studi semacam itu menghasilkan korelasi tinggi (sekitar 0,88) antara memori anggota-anggota keluarga terkait peristiwa yang diselidiki. Korelasi yang jauh lebih rendah (sekitar 0,43) dijumpai saat memori yang diselidiki adalah memori mengenai emosi atau sikap.

Mengetahui apa (What) dan mengetahui bahwa (that)Memori Episodik dan Memori Semantik. Pencarian kita terhadap dasar neurokognitif bagi representasi pengetahuan berlanjut dengan studi-studi terdapat pengetahuan deklaratif (deklaratif knowledge) dan pengetahuan nondeklaratif. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pengetahuan deklaratif bersifat eksplisit dan melibatkan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa, sementara pengetahuan prosedural bersifat implisit dan diakses melalui kinerja (performance). Kita mengetahui sepeda memiliki dua roda, sebuah setang, dan rangka (pengetahuan deklaratif), namun kita dapat menunjukkan bahwa kita mampu mengendarai sebuah sepeda hanya dengan menguji pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah melalui eksperimen priming dan eksperimen rekognisi.


Priming, sebagaimana yang anda ingat (lihat Bab 1), adalah sebuah tes yang di dalamnya pertisipan mendapatkan sebuah isyarat (umumnya sebuah kata), yang berhubungan dengan sasaran (yakni sebuah kata yang berhubungan). Kata pemicu (prime) memudahkan rekognisi terhadap kata sasaran. Sebagai contoh, jika kami memberi anda kata MEJA sebagai pemicu (prime), tindakan tersebut memudahkan rekognisi anda terhadap kata KURSI (kata sasaran). Priming disumsikan melibatkan pengetahuan prosedural karena respons bersifat implisit dan terdapat lebih banyak (atau lebih sedikit) aktivitas otomatis pada jalur-jalur neuron yang sudah ada. Dengan demikian, jika seorang penderita amnesia menunjukkan kinerja positif dalam tugas priming, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan prosedural yang masih berfungsi baik, namun apabila penderita amnesia tersebut menunjukkan kinerja buruk dalam tugas mengingatkan kata, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki pengatahuan deklaratif yang terganggu (impaired). Sejumlah eksperimen telah mendukung hipotesis ini (misalnya, Shimamura & Squire, 1984).


Memori Episodik dan Memori Semantik
Tulving (1972, 1983, 1989a, 1989b, 1993) mengklasifikasikan memori ke dalam dua jenis, memori episodik dan memori samantik. Klasifikasi Tulving kita anggap penting sebab kita mengasumsikan bahwa suatu kondisi memori tunggal eksis dalam LTM.

Memori episodik (episodic memory) adalah suatu “sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya” (Tulving, 1993, hal. 67). artinya, meomori-memori mengenai pengalaman-pengalaman mengunjungi restoran China yang istimewa) membentuk memori-memori episodik. Peristiwa-peristiwa tersebut disimpan sebagai “referensi otobiografis”. Memori episodik sebagai dasar pengenalan terhadap perubahan dan pelupaan, namun memegang peranan penting sebagai dasar pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa (seperti orang dan tempat) yang telah kita jumpai pada masa lalu. Memori episodik tidak memiliki struktur formal sebagaimana yang didapati dalam memori semantik.







Memori semantik (semantik memory) adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak; memori ini penting bagi penggunaan bahasa dalam kata-kata Tulving:

“memori semantik adalah sebuah kamus menta, sebuah pengetahuan terorganisir yang dimiiliki seseorang, mengenai hubungan antara simbol-simbol verbal tersebut berserta peraturan-peraturan, rumus dan algoritma yang digunakan dalam pemanipulasian terhadap simbol-simbol, konsep-konsep, dan hubungan-hubungan tersebut. Memori semantik tidak mencakup karakteristik-karakteristik perseptual dari input, namun mencakup referensi kognitif dari sinyal-sinyal input. (hal. 217)


ketika kita menggunakan kata BIRU, kita mungkin tidak mengacu pada episode tertentu dalam memori kita (yakni saat kata tersebut kita gunakan pada suatu waktu), kehidupan kita sehari-hari, kita kerap kali mengambil informasi dari memori semantik yang kita gunakan dalam percakapan, dalam pemecahan masalah, dan dalam membaca sebuah buku. Kemampuan kita untuk memproses informasi yang berbeda-beda secara berurutan dan dalam kecepatan tinggi disebabkan oleh proses pengambilan (retrieval) informasi yang sangat efektif dan juga oleh informasi yang terstruktur dengan baik dalam memori semantik.

Memori semantik dana memori episodik berbeda tidak hanya dalam isinya, namun juga dalam kerentanannya terhadap kelupaan. Informasi dalam memori episodik lenyap dengan cepat seiring masuknya informasi baru secara konstan. Meskipun demikian pengetahuan yang diperlukan untuk mengalihkan 5x3 (yakni memori semantik) lebih “kebal” terhadap kelupaan. Memori episodik diaktifkan lebih sering (dan semantik), lebih sering mengalami perubahan), sedangkan memori semantik tidak diaktifkan sesering memori episodik dan kondisinya relatif stabil seiring berlalunya waktu.

Tulving berpendapat bahwa sistem memori yang paling baik menggambarkan kompleksitas dan adaptabilitas manusia adalah sistem klasifikasi yang terdiri dari tiga bagian: memor prosedural, memori semantik, dan memori episodik 9duan komponen bagian memori prosedural, memori semantik, dan memori episodik. (dua komponen yang disebut terakhir telah dideskripsikan sebelumnya).

Ketiga sistem tersebut dianggap bersifat monohirarkis. Artinya, dalam sistem yang paling rendah, memori prosedural mencakup sistem berikutnya, yakni memori semantik sebagai suatu entitas tunggal, semantara memori semantik mencakup memori episodik sebagai suatu subsistem tunggal yang terspesialisasi, meskipun setiap sistem yang lebih tinggi bergantung pada (dan didukung oleh) sistem yang lebih rendah, setiap sistem memiliki kemampuan-kemampuan yang unik.

Memori prosedural, sebagai bentuk memori terendah mempertahankan hubungan-hubungan antara stimuli dan dapat disertakan dengan memori asosiatif (associative memory) sebagaimana yang disebutkan Oakley (1981). memori semantik memiliki kemampuan tambahan berupa merepresentasikan peristiwa-peristiwa internal yang tidak ada pada saat kejadian, sementara memori episodik memungkinkan adanya suatu kemampuan tambahan berupa kemampuan memperoleh (dan mempertahankan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribad).






Sumber: PSIKOLOGI KOGNITIF. Edisi kedelapan. Robert L. Solso. Otto H. Maclin. M. Kimberly Maclin.
nlah menyerupai  suatu gudang penyimpanan yang menyimpan segala sesuatu yang kita alami. LTM memiliki suatu fungsi kendali, yakni tempat informasi yang relevan dan bermakna mendapatkan perhatian khusus. Memori otobiografis adalah memori pribadi telah menjadi minat sebagian besar orang awam, sesungguhnya memori pribadi juga menjadi subjek sejumlah penelitian psikologis. Kita telah membicarakan memori otobiografis terkait durasi LTM, dan sekarang kita akan beralih ke momori otobiografis terkait sebagai suatu jenis khusus memori jangka panjang.

Memori otobiografis pada umumnya memiliki keakuratan tinggi (bahkan sempurna). Pada umumnya, memori biografis berisi informasi terkait emosi, deskripsi-diri, peristiwa-peristiwa khusus, dan sejumlah kehidupan seseorang yang bersangkutan. Data-data yang objektif mengenai memori otobiografis sulit ditemukan (bagaimana anda dapat menyetujui atau menyangkal ingatan pribadi seseorang terkait peristiwa dalam hidup orang itu?) Meskipun demikian, beberapa penelitian mampu mengatasi masalah tersebut. Sebagai contoh, Field (1981) mewawancarai sejumlah anggota keluarga (dalam keluarga individu yang sedang diselidiki kebenaran memorinya) sebagai sarana verifikasi terhadap kebenaran “fakta” dalam memori seseorang. Beberapa kenangan seperti “Saya yakin, saya terkena radang tenggorokan pada tanggal 3 Juli kerena saat itu menjelang 4 Juli (perayaan kemerdekaan Amerika) dan saya tidak dapat menonton pawai dan pertunjukkan kembang api” dapat diverifikasi dengan mewawancarai anggota keluarga yang lain dan memeriksa rekaman medis individu yang bersangkutan. Studi-studi semacam itu menghasilkan korelasi tinggi (sekitar 0,88) antara memori anggota-anggota keluarga terkait peristiwa yang diselidiki. Korelasi yang jauh lebih rendah (sekitar 0,43) dijumpai saat memori yang diselidiki adalah memori mengenai emosi atau sikap.
Mengetahui apa (What) dan mengetahui bahwa (that)Memori Episodik dan Memori Semantik.







Pencarian kita terhadap dasar neurokognitif bagi representasi pengetahuan berlanjut dengan studi-studi terdapat pengetahuan deklaratif (deklaratif knowledge) dan pengetahuan nondeklaratif. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pengetahuan deklaratif bersifat eksplisit dan melibatkan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa, sementara pengetahuan prosedural bersifat implisit dan diakses melalui kinerja (performance). Kita mengetahui sepeda memiliki dua roda, sebuah setang, dan rangka (pengetahuan deklaratif), namun kita dapat menunjukkan bahwa kita mampu mengendarai sebuah sepeda hanya dengan menguji pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah melalui eksperimen priming dan eksperimen rekognisi.

Priming, sebagaimana yang anda ingat (lihat Bab 1), adalah sebuah tes yang di dalamnya pertisipan mendapatkan sebuah isyarat (umumnya sebuah kata), yang berhubungan dengan sasaran (yakni sebuah kata yang berhubungan). Kata pemicu (prime) memudahkan rekognisi terhadap kata sasaran. Sebagai contoh, jika kami memberi anda kata MEJA sebagai pemicu (prime), tindakan tersebut memudahkan rekognisi anda terhadap kata KURSI (kata sasaran). Priming disumsikan melibatkan pengetahuan prosedural karena respons bersifat implisit dan terdapat lebih banyak (atau lebih sedikit) aktivitas otomatis pada jalur-jalur neuron yang sudah ada. Dengan demikian, jika seorang penderita amnesia menunjukkan kinerja positif dalam tugas priming, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan prosedural yang masih berfungsi baik, namun apabila penderita amnesia tersebut menunjukkan kinerja buruk dalam tugas mengingatkan kata, kita dapat menyimpulkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki pengatahuan deklaratif yang terganggu (impaired). Sejumlah eksperimen telah mendukung hipotesis ini (misalnya, Shimamura & Squire, 1984).

Memori Episodik dan Memori Semantik
Tulving (1972, 1983, 1989a, 1989b, 1993) mengklasifikasikan memori ke dalam dua jenis, memori episodik dan memori samantik. Klasifikasi Tulving kita anggap penting sebab kita mengasumsikan bahwa suatu kondisi memori tunggal eksis dalam LTM.

Memori episodik (episodic memory) adalah suatu “sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya” (Tulving, 1993, hal. 67). artinya, meomori-memori mengenai pengalaman-pengalaman mengunjungi restoran China yang istimewa) membentuk memori-memori episodik. Peristiwa-peristiwa tersebut disimpan sebagai “referensi otobiografis”. Memori episodik sebagai dasar pengenalan terhadap perubahan dan pelupaan, namun memegang peranan penting sebagai dasar pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa (seperti orang dan tempat) yang telah kita jumpai pada masa lalu. Memori episodik tidak memiliki struktur formal sebagaimana yang didapati dalam memori semantik.

Memori semantik (semantik memory) adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak; memori ini penting bagi penggunaan bahasa dalam kata-kata Tulving:

“memori semantik adalah sebuah kamus menta, sebuah pengetahuan terorganisir yang dimiiliki seseorang, mengenai hubungan antara simbol-simbol verbal tersebut berserta peraturan-peraturan, rumus dan algoritma yang digunakan dalam pemanipulasian terhadap simbol-simbol, konsep-konsep, dan hubungan-hubungan tersebut. Memori semantik tidak mencakup karakteristik-karakteristik perseptual dari input, namun mencakup referensi kognitif dari sinyal-sinyal input. (hal. 217)

ketika kita menggunakan kata BIRU, kita mungkin tidak mengacu pada episode tertentu dalam memori kita (yakni saat kata tersebut kita gunakan pada suatu waktu), kehidupan kita sehari-hari, kita kerap kali mengambil informasi dari memori semantik yang kita gunakan dalam percakapan, dalam pemecahan masalah, dan dalam membaca sebuah buku. Kemampuan kita untuk memproses informasi yang berbeda-beda secara berurutan dan dalam kecepatan tinggi disebabkan oleh proses pengambilan (retrieval) informasi yang sangat efektif dan juga oleh informasi yang terstruktur dengan baik dalam memori semantik.

Memori semantik dana memori episodik berbeda tidak hanya dalam isinya, namun juga dalam kerentanannya terhadap kelupaan. Informasi dalam memori episodik lenyap dengan cepat seiring masuknya informasi baru secara konstan. Meskipun demikian pengetahuan yang diperlukan untuk mengalihkan 5x3 (yakni memori semantik) lebih “kebal” terhadap kelupaan. Memori episodik diaktifkan lebih sering (dan semantik), lebih sering mengalami perubahan), sedangkan memori semantik tidak diaktifkan sesering memori episodik dan kondisinya relatif stabil seiring berlalunya waktu.

Tulving berpendapat bahwa sistem memori yang paling baik menggambarkan kompleksitas dan adaptabilitas manusia adalah sistem klasifikasi yang terdiri dari tiga bagian: memor prosedural, memori semantik, dan memori episodik 9duan komponen bagian memori prosedural, memori semantik, dan memori episodik. (dua komponen yang disebut terakhir telah dideskripsikan sebelumnya).

Ketiga sistem tersebut dianggap bersifat monohirarkis. Artinya, dalam sistem yang paling rendah, memori prosedural mencakup sistem berikutnya, yakni memori semantik sebagai suatu entitas tunggal, semantara memori semantik mencakup memori episodik sebagai suatu subsistem tunggal yang terspesialisasi, meskipun setiap sistem yang lebih tinggi bergantung pada (dan didukung oleh) sistem yang lebih rendah, setiap sistem memiliki kemampuan-kemampuan yang unik.

Memori prosedural, sebagai bentuk memori terendah mempertahankan hubungan-hubungan antara stimuli dan dapat disertakan dengan memori asosiatif (associative memory) sebagaimana yang disebutkan Oakley (1981). memori semantik memiliki kemampuan tambahan berupa merepresentasikan peristiwa-peristiwa internal yang tidak ada pada saat kejadian, sementara memori episodik memungkinkan adanya suatu kemampuan tambahan berupa kemampuan memperoleh (dan mempertahankan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribad).






Sumber: PSIKOLOGI KOGNITIF. Edisi kedelapan. Robert L. Solso. Otto H. Maclin. M. Kimberly Maclin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar