Rabu, 11 April 2012

KELAS SOSIAL

Konsep kelas merupakan suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu sosial. Makna yang diberikan pada konsep tersebut berbeda-beda, meskipun konsep tersebut menduduki posisi sangat penting dalam teori Marx, namun ia tidak pernah mendefinisikannya secara tegas. Yang jelas ia mengaitkan dengan pemikirannya dengan pemikiran alat reproduksi. Kita pun telah melihat bahwa Weber tidak membatasi konsep tersebut pada pemikiran alat reproduksi tetapi memberikan makna lebih luas, sehingga selain mencakup penguasaan atas barang meliputi pula peluang untuk memperoleh penghasilan. Menurut Giddens, peluang untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang dimaksudkan Weber tersebut ini tidak hanya berupa penguasaan atau barang tetapi dengan pula berupa ketrampilan dan kemampuan yang antara lain tercermin dari ijazah (lihat Giddens, 1989:212).

Bagaimanakah para ilmuwan sosial masa kini mendefinisikan konsep kelas? Peter Berger, yang menganggap sistem kelas sebagai “a type of stratification in which one's general position in society is basically determined by economic criteria” (Berger, 1980:95). dari perumusan ini nampak bahwa, seperti juga dalam perumusan Marx dan Weber, konsep kelas dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi.

Jeffries pun mendasarkan pandangannya mengenai kelas pada pandangan para tokoh klasik tersebut di atas. Ia mengemukakan bahwa kelas sosial merupakan “social and economic groups constituted by coalescence of economic, occupational, and education bonds” (Jeffries, 1980: 73-80). jadi Jeffries melihat bahwa konsep kelas melibatkan perpaduan antara ikatan ekonomi (yang oleh Jeffries dianggap sebagai segi terpenting dari kelas), pekerjaan, dan pendidikan. Meskipun konsep kelas ini mencakup tiga dimensi yang berbeda satu dengan yang lain—Jeffries antara lain mengemukakan bahwa seorang guru besar bergelar Doktor cenderung berpenghasilan rendah sampai menengah, sedangkan seorang yang sangat kaya belum tentu berpendidikan sarjana muda, namun—Jeffries menggabungkannya dengan alasan bahwa di antara ketiga dimensi tersebut terdapat kesalingketerkaitan yang erat. Menurut Jeffries  pekerjaan merupakan segi penting dari kelas. Dikemukakannnya pula bahwa pendidikan yang sering menjadi prasyarat bagi pekerjaan tertentu.








Weber mendefinisikan kelas sebagai sekelompok orang; hal serupa kita jumpai dalam definisi Jeffries. Namun, ada ahli sosiologi yang berpandangan bahwa kelas mencakup pula keluarga mereka. Bernard Barber, misalnya, mendefinisikan kelas sosial sebagai himpunan keluarga. Ini mencerminkan bahwa pendangan kedudukan seorang anggota keluarga dalam suatu kelas terkait dengan kedudukan anggota keluarga lain. Bilamana seorang kepala keluarga menduduki suatu status istri (atau suami, bila yang mengalami kenaikan status adalah perempuan) dan anak-anaknya akan tinggi pula. Kadang-kadang seorang anggota keluarga dapat memperoleh status yang sama atau bahka melebihi status yang semula diduduki kepala keluarga, seperti misalnya kasusu Nyoya Corazon Aquino, seorang ibu rumah tanggga yang tepilih Presiden Filipina setelah suaminya, Senator Benigno Aquino dibunuh. Kasus lain ialah Rajiv Gandhi terbunuh pengawal  pribadinya, dan Benazir Bhutto—beberapa tahun setelah menjalani hukuman mati karena dijatuhi  hukuman mati dengan tuduhan merencanakan pembunuhan lawan politiknya.

Karena adanya keterkaitan status seorang anggota keluarga dengan status anggota yang lain maka bilamana status kepala keluarga naik, status keluarga akan ikut naik. Sebaliknya penurunan status kepala keluarga akan menurunkan pula status keluarganya.

Secara ideal sistem kelas merupakan suatu sistem stratifikasi terbuka karena status di dalamnya dapat diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataan sering terlihat bahwa sistem kelas mempunyai ciri sering tertutup, seperti misalnya endogami kelas. Pergaulan dan pernikahan, misalnya, lebih sering terjadi antara orang yang kelasnya sama daripada dengan orang dari kelas lebih rendah atau lebih tinggi.


Sumber: Buku Pengantar Sosiologi, edisi revisi. Kamanto Sunarto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar