Pendekatan
terhadap sebagaimana yang diajukan Tulving menemukan adanya korelasi
langsung antara aktivitas-aktivitas neural dan jenis-jenis memori.
Model koneksionis, yang dikembangkan oleh Rumelhart, McClelland dan
sejumlah penelitian lain (1986), juga diinspirasikan oleh adanya
aktivitas-aktivitas neural, namun berusaha mendeskripsikan memori
berdasarkan analisis unit pemprosesan yang lebih halus (funegrained),
yang menyerupai neuron. Lebih lanjut, model Tulving dihasilkan dari
observasi terhadap aktivitas-aktivitas otak sehingga model
koneksionis dibuat berdasarkan hukum-hukum perkembangan yang mengatur
representasi pengetahuan dalam memori. Sebuah fitur tambahan dari
model PDP (parallel distributed processing;
lihat Bab 1) adalah bahwa model tersebut bukan sekedar model memori,
melainkan suatu model aksi dan representasi pengetahuan.
Jets
dan Sharks sistem-sistem
memori sebagaimana disebutkan diatas, telah dipelajari oleh
McClellans (1981) dan McClelland dan Rumenlhart (1985), yang
mengilustrasikan bagaimana sistem momori yang isinya dapat diakses
tersebut (content-addressable
memory)
dapat bekerja dalam suatu model PDP. Dalam Tabel 6.1 kita mendapatkan
sejumlah nama karakter-karakter bangis (dan hipotetik) yang tinggal
di lungkungan yang buruk (juga hipotetik). Sebuah subset unit yang
merepresentasikan informasi tersebut ditampilkan dalam Gambar 6.10.
dalam gambar tersebut, pengelompokan dibagian tepi menyertakan
informasi yang saling berhubungan satu sama lain secara ekslusif.
(Sebagai contoh, Art tidak mungkin sama dengan Rick). Seluruh
atribut karakter saling berhubungan satu sama lain. Saat kita
memahami jaringan tersebut (artinya kita memahami koneksi antar
unit), kita dapat menentukan ciri-ciri unik setiap individu.
Andai kata anda ingin menentukan ciri-ciri Ralph. Dengan mencari nama
Ralph dalam sistem (hanya ada satu Ralph dalam sistem tersebut), anda
mengingatkan bahwa Ralph adalah anggota Jet, berusia 30-an, lulusan
SMU, lajang, dan berprofesi sebagai penjual obat bius. Sebagai
akibatnya, kita memiliki representasi mengenai Ralph. Dengan kata
lain, Ralph adalah orang yang memiliki ciri-ciri di atas. Meski
demikian, jika minim, anda mungkin mendapatkan hasil-hasil yang
ambigu. Sebagai contoh, saat anda mencari seseorang yang berasal dari
kelompok Jet, berusia 30-an, lulusan SMU, dan lajang, anda akan
menemukan dua nama yaitu Ralph dan Mike. Dalam contoh tersebut, kita
memerlukan informasi lebih banyak untuk menentukan nama yang
spesifik, (Penyelidikan polisi menggunakan jaringan
inklusif-eksklusif yang serupa).
Salah
satu keunggulan model koneksionis (connectionist
model)
tentang memori adalah model tersebut dapat menjelaskan pembelajaran
kompleks (complex
learning),
Tabel
6.1
Atribut-atribut
anggota dua geng, Jets dan Sharks
Nama
|
Geng
|
Usia
|
Pendidikan
|
Status Pernikahan
|
Pekerjaan
|
Art
|
Jets
|
40-an
|
SMP
|
Lajang
|
Penjual narkoba
|
Mike
|
Jets
|
30-an
|
SMP
|
Lajang
|
Bandar taruhan
|
Ralph
|
Jets
|
30-an
|
SMP
|
Lajang
|
Penjual narkoba
|
Rick
|
Sharks
|
30-an
|
SMU
|
Cerai
|
Perampok
|
Ol
|
Sharks
|
30-an
|
Universitas
|
Menikah
|
Penjual narkoba
|
Don
|
Sharks
|
30-an
|
Kuliah
|
KuliahAlihar
|
Perampok
|
Ned
|
Sharks
|
30-an
|
Kuliah
|
Kuliah
|
Bandar taruhan
|
Karl
|
Sharks
|
40-an
|
SMU
|
Menikah
|
Bandar taruhan
|
“Anak
muda itu menceritakan seluruh kisahnya, dan kemudian dia terdiam.
Saat matahari terbit, ia jatuh terkapar. Sesuatu yang berwarna hitam
keluar dari mulutnya. Wajahnya menjadi berkerut-kerut. Para warga
desa menjerit-jerit ketakutan. Pia itu telah dewasa.”
Setelah
keda selama haru satu (atau lebih), para partisipan mereproduksi
cerita tersebut secara lebih umum, lebih singkat, dan lebih informal,
dibandingkan cerita asilnya. Selain itu, terdapat penghilang sejumlah
bagian dan terdapat pula sejumlah modifikasi. Sebagai contoh,
kata-kata yang familiar menggantikan kata-kata yang tidak lazim
(perahu menggantikan kuno,
dan memancaing
menggantikan berburu anjing laut).
Berhari-hari
kemudian, para partisipan kembali diminta meceritakan kisah tersebut.
Cerita yang direproduksi kedua kalinya ini menjadi lebih singkat.
Sebagai contoh, nama yang mucul dalam cerita (seperti Kalama)
telah hilang dan perkataan “Aku bisa saja terbunuh” justru muncul
(perkataan tersebut tidak muncul dalam reproduksi pertama).
Enam bulan kemudian, para partisipan diminta melakukan reproduksi
ketiga. Dalam reproduksi tersebut, seluruh istilah yang tidak lazim,
seluruh nama, dan seluruh bagian cerita yang melibatkan kekuatan
supernatural, telah lanyap.
Akhirnya, seorang partisipan diminta menceritakan kembali kisah
tersebut setelah 2 tahun 6 bulan. Selama jeda waktu dia, dia tidak
pernah sekali pun membaca ulang kisah tersebut, dan sebagaimana yang
dinyatakannya sendiri, ia tidak pernah memikirka cerita tersebut.
Penuturannya mengenai cerita tersebut adalah sebuah intisari cerita
tersebut, namun sebagian besar detail cerita lenyap atau berubah:
“Sejumlah
prajurit pergi untuk berperang melawan hantu. Mereka bertempur
sepanjang hari dan salah satu dari mereka terluka. Mereka pulang ke
desarnya pada malam hari, membawa rekan mereka yang terluka. Saat
hari menjelang malam, kondisi prajurit yang terluka tersebut menjadi
semakin parah dan para warga desa berdatangan mengelilinginya. Saat
matahari terbenam, prajurit tersebut terbatuk: sesuatu berwarna hitam
keluar dari mulutnya. Di dewasa.
Hanya
intisari cerita yang tersisa. Tidak ditemukan elaborasi detail, dan
sejumlah tema tampaknya berkaitan dengan apa yang seherusnya tejadi
menurut partisipan (jadi
bukannya apa yang terjadi dalam cerita). Sebagai contoh, perhatian
bagian saat prajurit yang terluka tersebut akhirnya tewas. Menurut
partisipan, kapan hal itu terjadi? Saat matahari terbena......tidak
mengherankan! Tampaknya “saat matahari terbenam” merupakan bagian
dari tema cerita-cerita populer bagi partisipan, meskipun tema itu
tidak dapat terdapat dalam cerita aslinya.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. Bartlett (1932) mampu menganalisa
bagaimana memori direkonstruksi:
- Penghilang (omission) informasi. Sejumlah informasi yang spesifik akan lenyap. Selain itu, informasi yang tidak oleh partisipan yang bersangkutan.
- Rasionalisas. Sejumlah informasi ditambah sedemikian rupa oleh partisipan dlam upaya memperluas bagian-bagian memori yang tidak kongruen atau tidak logis.
- Tema yang dominan. Sejumlah tema tampaknya diingat dengan kuat, dan detail-detail disesuaikan dengan tema yang dominan.
- Transformasi informasi. Kata-kata yang tidak familiar diubah ke kata-kata lebih familiar.
- Transformasi urutan (sequence) cerita. Sejumlah peristiwa “diputarbalikkan” terjadi lebih awal dari yang seharusnya, atau lebih lambar.
- Sikap (attitude) partisipan. Sikap partisipan terhadap materi itu sendiri akan menentukan tingkat rekoleksi memori.
Dalam tindakan menyusun analisis berdasarkan gagasan-gagasan di atas,
Bartlett menggunakan konsep skema untuk mempertanggung jawabkan hasil
penelitiannya. Dalam pandangan Bartlett, skema mengacu pada
pengorganisasian secara aktif terhadap reaksi-reaksi lampu atau
pengalaman-pengalaman lampau. Stimuli yang diindra selanjutnya
memberikan kontribusi terhadap pembentukan suatu skema yang
terorbganisasikan dengan baik.
Sumber: PSIKOLOGI KOGNITIF. Edisi kedelapan. Robert L. Solso. Otto H.
Maclin. M. Kimberly Maclin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar