Agar pembaca bisa memahami tempat teknik-teknik dalam pendekatan client centered, di bawah ini diungkap garis besar evolusi teori Rogers. Hart (1970) membagi perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode sebagai berikut.
Periode 1 (1940-1950): Psikoterapi nondirektif
Pendekatan ini menekankan penciptaan iklim permisif dan nonintervertif. Penerimaan dan klarifikasi menjadi teknik-teknik yang utama. Melalui terapi nondirektif, klien akan mencapai pemahaman atas dirinya sendiri dan atas situasi kehidupannya.
Pendekatan ini menekankan penciptaan iklim permisif dan nonintervertif. Penerimaan dan klarifikasi menjadi teknik-teknik yang utama. Melalui terapi nondirektif, klien akan mencapai pemahaman atas dirinya sendiri dan atas situasi kehidupannya.
Periode 2 (1950-1957): Psikoterapi Reflektif
Terapi terutama merefleksikan perasaan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungan dengan kliennya. Melalui terapi reflektif, klien mampu mengembangkan keselarasan antara konsep diri dan konsep diri idealnya.
Terapi terutama merefleksikan perasaan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungan dengan kliennya. Melalui terapi reflektif, klien mampu mengembangkan keselarasan antara konsep diri dan konsep diri idealnya.
Periode 3 (1957-1970): Terapi Eksperiensial
Tingkah laku yang luas dari terapis yang mengungkapkan sikap-sikap dasarnya menandai pendekatan terapi eksperiensial ini. Terapi difokuskan pada apa yang sedang dialami oleh klien dan pada pengungkapan apa yang sedang dialami oleh terapi. Klien tubuh pada suatu rangkaian keseluruhan (continuum) dengan belajar menggunakan apa yang sedang dialami
Tingkah laku yang luas dari terapis yang mengungkapkan sikap-sikap dasarnya menandai pendekatan terapi eksperiensial ini. Terapi difokuskan pada apa yang sedang dialami oleh klien dan pada pengungkapan apa yang sedang dialami oleh terapi. Klien tubuh pada suatu rangkaian keseluruhan (continuum) dengan belajar menggunakan apa yang sedang dialami
Dalam tiga puluh tahun terakhir, terapi client centered telah bergeser ke arah lebih banyak membawa kepribadian terapis ke dalam proses terapeutik. Pada periode paling awal, terapi nondirektif secara nyata menghindarkan diri dari interaksi dengan klien. Terapi berfungsi sebagai penjernih, terapi tidak menampilkan kepribadiannya sendiri. Pada periode ini, teknik-teknik seperti sejarah kasus, tes psikologi, dan diagnosis tidak menjadi bagian dari proses terapeutik karena kasemuanya berlandaskan pedoman-pedoman eksternal: terapi client centered mengandalkan dorongan pertumbuhan bawaan klien.
Kemudian, terapi beralih dari penekanan kognitif kepada klarifikasi, yang mengarah kepada pemahaman. Ciri periode psikoterapi reflektif yang menandai perubahan dalam praktek terapi yang aktual adalah penekanan pada pemberian respons secara peka terhadap unsur afektif alih-alih pada unsur sematik dari ungkapan klien (Hart, 1970, hlm. 8). Peran terapis dirumuskan ulang, penekanan diperbesar pada ketanggapan terapis terhadap perasaan-perasaan klien. Terapis merefleksikan perasaan-perasaan yang semata-mata menejelaskan komentar-komentar klien. Untuk menunjang reorganisasi konsep diri klien, terapis menjankan tugas dasar menghilangkan sumber-sumber ancaman dari hubungan terapeutik dan berfungsi sebagai cermin sehingga klien bisa memahami dunianya sendiri dengan lebih baik (Hart, 1970). terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi dalam rumusan ini.
Pada periode berikutnya, terapi eksperiensial menitik beratkan kondisi-kondisi tertentu yang “diperlukan dan memadai” bagi kelangsungan perubahan kepribadian. Periode ini memperkenalkan unsur-unsur penting dari sikap-sikap terapis, yakni keselarasan, pandangan dan penerimaan positif, dan pengertian yang empatik sebagai prasyarat-prasyarat bagi terapi yang efektif. Kemudian, fokus alihkan dari refleksi terapis atas perasaan-perasaan klien kepada tindakan terapis mengungkapkan perasaan-perasaan langsungnya sendiri dalam hubungan dengan klien. Rumusan yang mutakhir memberikan tempat pada lingkup yang lebih luas dan keluwesan lebih besar dari tingkah laku terapis, mencakup pengungkapan-pengungkapan atau pendapat-pendapat, perasaan-perasaan, dan sebagainya yang pada periode-periode sebelumnya tidak diharapkan mucul.
Fokus pada pengalaman langsung dari terapis mengarahkan terapis kepada pengungkapan perasaaan-perasaannya sendiri terhadap klien jika dianggap pantas dan lebih dari periode-periode sebelumnya, mengizinkan terapis untuk membawa kepribadiannya sendiri. Rumusan-rumusan awal dari pandangan client-centered menuntut terapis agar mampu menahan diri dari keinginan memasukkan nilai-nilai dan penyimpangannya sendiri ke dalam hubungan terapeutik. Terapis menjauhi prosedur-prosedur yang umum digunakan seperti penetapan tujuan-tujuan, pemberian saran, yang umum digunakan seperti penetapan tujuan-tujuan, pemberian saran, penafsiran tingkah laku, dan pemilihan topik-topik yang akan dieksplorasi. Bagaimanapun, rumusan yang mutakhir mengarahkan dirinya sendiri pada pengurangan larangan-larangan tersebut di atas dan membenarkan terapis untuk lebih bebas dan aktif berpastisipasi dalam hubungan dengan klien dalam rangka menciptakan suatu atmosfer di mana klien merasa sepenuhnya diterima, apapun teknik untuk gaya yang digunakan oleh terapis.
Sumber: Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Gerald Corey
0 komentar:
Posting Komentar