Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia
dimotivasi terutama oleh dorongan-dorongan sosial. Pria dan wanita
adalah makhuk sosial dan masing-masing orang dalam berelasi dengan
orang lain mengembangkan gaya hidup yang unik. Adler menekankan
determinan-determinan sosial kepribadian, bukan determinan-determinan
seksual. Pusat kepribadian adalah kesadaran, bukan ketaksadaran.
Manusia adalah tuan, bukan korban dari nasibnya sendiri.
Inferioritas Dasar dan
Kompensasi
Manusia
didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya yang inheren
serta untuk mencapai superioritas. Tujuan hidup adalah kesempurnaan,
bukan ksenangan. Adler menekankan bahwa setiap orang memiliki
perasaan rendah diri. Anak (karena ukuran dan ketidakberdayaaannya)
merasa rendah diri. Individu berusaha mengatasi ketidakberdayaaannya
itu dengan berkompetensi, yakni mengembangkan gaya hidup yang
memungkinkan tercapainya keberhasilan.
Usaha Untuk Mencapai
Superioritas
Orang
mencoba mengatasi inferioritas dasarnya dengan mencari kekuasaan.
Dengan berusaha untuk mencapai superioritasnya, ia ingin mengubah
kelemahan dengan kekuatan atau mencoba keunggulan pada suatu bidang
kompensasi di bidang-bidang lain.
Gaya Hidup
Konsep
gaya hidup menerangkan keunikan setiap individu. Setiap individu
memiliki gaya hidupnya sendiri dan tidak ada dua orang yang memiliki
gaya hidup yang persisi sama. Dalam usahanya untuk mencapai
superioritas, sebagian orang mengembangkan intelektual, sebagian
orang yang lainnya mengembangkan bakat seninya, sedangkan sebagai
orang yang lainnya lagi mengembangkan bakat olah raga, dan
seterusnya. Gaya hidup individu dibentuk pada masa kanak-kanak
sebagai kompensasi bagi interioritasnya dalam hal tertentu.
Pengalaman-Pengalaman
Masa Kanak-Kanak
Adler
menekankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak
mengembangkan gaya hidup yang keliru. Susunan dakam keluarga bisa
memperkuat perasaan rendah diri pada anak. Anak sulung yang diberi
perhatian yang banyak sampai anak kedua lahir memiliki kemungkinan
menjadi demikian dilemahkan oleh kejatuhan dari kekuasaan sehingga
dia bisa mengembangkan kebencian kepada orang lain dan merasa diri
tidak aman. Anak kedua memiliki kemungkinan berjalan dibawah bayangan
kakaknya yang ingin digantikannya. Anak bungsu cenderung menjadi
manja dan takut bersaing dengan kakak-kakanya. Sedangkan anak tunggal
cenderung dimanjakan oleh orang tuanya dan memiliki kemungkinan
menghabiskan sisa hidupnya dengan usaha memperoleh kembali kedudukan
yang menyenangkan.
Buku
utama: The Practice and Theory of Individual Psychology (1927)
Sumber: Buku Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Gerald
Corey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar