Senin, 09 April 2012

TUJUAN-TUJUAN TERAPEUTIK CLIENT CENTERED

Menurut Rogers (1961), pertanyaan “siapa saya” mengantarkan kebanyakan orang pada psikoterapi. Mereka tampaknya bertanya: Bagaimana saya bisa menemukan diri nyata saya? Bagaimana saya bisa menjadi apa yang sangat saya inginkan? Bagaimana saya bisa memahami apa yang ada di balik dinding saya menjadi diri sendiri?

Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim yang kondisi bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada di balik  topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepura-puraan dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien menghambatnya untuk tampil utuh dihadapkan orang lain dan dalam usahanya menipu orang lain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.

Apalagi dinding itu runtuh selama proses terapeutik, orang macam apa yang muncul dari balik kepura-puraan itu? Rogers (1961) menguraikan ciri-ciri yang bergerak ke arah menjadi bertambah teraktualisasi sebagai berikut :(1) keterbukaan pada pengalaman, (2) kepercayaan terhadap organisasi sendiri. (3) tempat evaluasi internal, dan (4) kesediaan untuk menjadi suatu proses. Ciri-ciri tersebut merupakan tujuan-tujuan dasar terapi client centered.

Keterbukaam pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa mengubah bentuknya supaya sesuai dengan struktur diri yang tersusun lebih dulu. Sebagai lawan kebertahanan, keterbukaan pada pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar didirikannya. Hal ini juga berarti bahwa kepercayaan-kepercayaan orang tidak kaku; dia dapat tetap terbuka terhadap pengetahuan lebih lanjut dan pertumbuhan serta bisa menoleransi kedwiartian. Orang memiliki kesadaran atas diri sendiri pada saat sekarang dan kesanggupan mengalami dirinya dengan cara-cara yang baru.

 











Kepercayaan Terhadap Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Acap kali, pada tahap-tahap permulaan terapi, kepercayaan klien terhadap diri sendiri dan terhadap putusan-putusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara khas mencari saran dan jawaban-jawaban dari luar karena pada dasarnya mereka tidak mempercayai kemampuan-kemampuan dirinya untuk mengarahkan hidupnya sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan klien pada pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan klien kepada dirinya pun mulai timbul.

Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal yang berkaitan dengan kepercayaan diri, berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaanya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya daripada mencari pengesahan bagi orang lain dengan persetujuan dari diri sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.

Kesediaan Untuk Menjadi Suatu Proses
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan lawan dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Meskupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis formula untuk membangun kesadaran berhasil dan berbahagia (hasil akhir), mereka menjadi sadar bahwa  pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaan serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru dan revisi-revisi alih-alih mnejadi wujud yang membeku.

Tujuan-tujuan terapi yang telah diuraikan di atas adalah tujuan-tujuan yang luas, yang menyajikan suatu kerangka umum untuk memahami arah gerakan terapeutik. Terapi tidak memilih tujuan-tujuan yang khusus bagi klien. Tonggak terapi client-centered adalah anggapannya bahwa klien dalam hubungannya dengan terapi yang menunjang, memiliki kesanggupan untuk menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuan sendiri. Bagaimanapun, banyak konselor yang mengalami kesulitan dalam memperbolehkan klien untuk menetapkan sendiri tujuan-tujuannya yang khusus dalam terapi. Meskipun mudah untuk pura-pura setuju terhadap konsep “klien menemukan jalan sendiri”, ia menuntut respek terhadap klien dan keberanian pada terapis untuk mendorong klien agar bersedia mendengarkan dirinya sendiri dan mengikuti arah-arahnya sendiri terutama pada saat klien membuat pilihan-pilihan yang bukan merupakan pilihan-pilihan yang diharapkan oleh terapis.


Sumber: Buku Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Gerald Corey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar