Mekanisme pertahanan diri
merupakan jalan pintas individu mengatasi kecemasannya. Mekanisme pertahanan
diri ini bukan jalan penyelesaian yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Mekanisme
pertahanan diri boleh dilakukan oleh individu, tetapi jika telah menjadi
kecenderungan individu setiap mengalami masalah dan kegagalan memenuhi
keinginannya dan selalu puas dengan cara ini maka akan menjadi dan merupakan
perilaku yang salah dalam penyeselaian diri yang dalam jangka panjang dapat
membentuk perilaku abnormal.
Dalam psikoanalisis klasik ada
dua factor yang menyebabkan perilaku abnormal, (1) dinamika yang tidak efektif
antara id, superego, dan ego, (2) diperoleh melalui proses
belajar sejak kecil.
Dinamika yang tidak efektif
antara ego, ego, superego ditandai
oleh ketidakmampuan ego mengendalikan
keinginan-keinginan dan tuntutan moral. Ketidakmampuan pengendalian ini
dimungkinkan dalam bentuk ego selalu mengikuti dorongan-dorongannya dan
mengabaikan tuntutan moral, atau sebaliknya ego
selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau
kebutuhan. Ketidakseimbangan ini menimbulkan perilaku yang salah.
Sedangkan yang kedua bahwa
sepanjang hidup individu pada dasarnya terjadi proses dinamika id, ego dan superego. Dalam pandangan Freud, pangalaman masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi pola kehidupan hingga dewasa. Jika sejak masa kanak-kanak selalu
menekan (represi) pengalaman-pengalamannya dan dimasukkan ke dalam alam bawah
sadar maka pada suatu saat pengalaman itu akan dimunculkan kea lam sadar. Saat itulah
penyesuaian yang salah dapat muncul pada individu.
Jika individu dapat menyalurkan
keinginan-keinginannya secara wajar, yaitu masih berada dalam pengendalian ego yang rasional dan sesuai dengan
realitasnya, maka gangguan tidak terjadi, anak akan menjadi sehat.
Sumber: PSIKOLOGI
KONSELING, Edisi Ketiga. Latipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar