Nelson-Jones (1982) menambah
karakteristik umum cara berpikir irrasional yang dapat dijumpai secara umum
sebagai berikut.
Terlalu Menurut
Tuntutan (EF), perintah, komando, dan permintaan yang berlebihan oleh REBT
dibedakan dengan hasrat, pikiran dan keinginan. Hambatan emosional terjadi
ketika individu menurut “harus” terpuaskan, dan bukan “ingin” terpuaskan.
Tuntutan ini dapat tertuju pada dirinya sendiri, orang lain atau sekitarnya
dengan kata “harus”. Menurut Ellis “harus” merupakan cara berfikir absolute
tanpa ada toleransi. Tuntutan itu membuat individu mengalami hambatan emosional.
Generalisasi Secara Berlebihan
Generalisasi secara berlebihan (overgeneralization) berarti individu
menganggap sebuah peristiwa atau keadaan di luar batas-batas yang wajar. Overgeneralization dapat diketahui
secara semantic “Sayalah orang yang paling bodoh di dunia”. Ini adalah Overgeneration, karena kenyataannya dia
bukan sebagai orang yang terbodoh. “saya
tidak memiliki kemampuan apapun untuk melakukan sesuatu” dan sebagainya.
Penilaian Diri
Pada dasarnya seseorang dapat
memiliki sifat-sifat yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Yang
terpenting dia dapat belajar untuk menerima dirinya tanpa syarat (unconditioning self-regard). Adalah
irrasional kalau seseorang selalu menilai harga dirinya (self-rating). Hal ini berakibat negative, karena pemborosan waktu,
cenderung tidak konsisten dan selalu menuntut kesempurnaan. Yang terbaik adalah
menerima dirinya (self-acceptance),
dan tidak melakukan penilaian terhadap dirinya (self-evaluating).
Penekanan
Penekanan (awfulizing) memiliki makna yang hamper sama dengan demandingness. Jika demamdingness menuntut dengan “harus”, dan dalam awfilizing tuntutan atau harapan itu
mengarah ada upaya problem solving yang rasional. Penekanan ini akan
mempengaruhi individu dalam memandang actecedent
event secara tepat dank arena itu golongan sebagai cara berfikir yang
irrasional.
Kesalahan Atribusi
Kesalahan melakukan atribusi (attribution error) adalah kesalahan
dalam menetapkan sebab motivasi perilaku
baik dilakukan sendiri, orang lain, atau sebuah peristiwa. Kesalahan atribusi
adalah sama dengan alas an palsu diri seseorang/orang lain dan umumnya menimbulkan
hambatan emosional.
Anti Pada Kenyataan
Anti pada kenyataan (anti-empiricism) terjadi karena tidak
dapat menunjukkan fakta empris secara tepat. Orang yang berkeyakinan irrasional, pertama kali cenderung kuat untuk memaksa keyakinan yang irrasional
dan menggugurkan sendiri gagasannya yang sebenarnya rasional. Orang yang
rasional akan dapat menunjukkan fakta secara empiris.
Repetisi
Keyakinan yang irrasional
cenderung terjadi berulang-ulang. Sebagaimana yang ditekankan oleh Ellis,
seseorang cenderung mengajarkan dirinya dengan pandangan-pandangan yang
menghambat dirinya.
Sumber: PSIKOLOGI
KONSELING, Edisi Ketiga. Latipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar