Andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti orang dewasa. Kemudian agogos berarti memimpin. Andragogi berarti memimpin orang dewasa ,
sedangkan pedagogi berasal dari kata paes, yang berarti anak, dan agogos berarti memimpin. Pedagogi
berarti memimpin anak – anak.
Dari segi definisi, andragogi
adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa (Knowles, 1980). Sebagai ilmu, tidak
ubahnya seperti ilmu yang lain, tentunya andragogi dapat dipelajari oleh siapa
saja karena ia mengikuti hukum – hukum keilmuan pada umumnya yang bersifat
objektif. Sebagai seni atau kiat, andragogi adalah krativitas yang merupakan
kecakapan kreatif dan keahlian seseorang yang terkait dengan rasa estetika,
terikat dengan kepribadian, karakter atau watak di pendidik. Ada pendidik yang
sangat piawai dalam memengaruhi dan memperlakukan anak – anak didiknya yang
berdampak pada rasa senang dan simpati kepada si pendidik. Dengan kesabarannya,
ketelatenannya dan rasa humornya, seorang pendidik lebih memikat hari anak
lebih dari yang lain. Begitu sebaliknya, ada pendidik yang kurang dapat
melakukan hal – hal seperti dimaksudkan tadi walaupun mungkin dia sangat
menguasai dan pandai secara keilmuan. Tampaknya ilmu mendidik saja belum cukup
dan harus dipadukan dengan seni. Demikianlah, sebenarnya mendidik merupakan
perpaduan antara ilmu dan seni dalam membantu orang lain, baik anak ataupun
orang dewasa, dalam belajar.
Ada juga mendefinisikan andragogi
sebagai ilmu tentang orang dewasa belajar atau the science of learning (Laird, 1981), yang dalam hal ini lebih
merupakan psikologi belajar. Di samping itu, ada juga yang menitikberatkan pada
pemberian bantuan, yang mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu tentang
bagaimana membantu orang dewasa belajar (Brundage, 1981). Di indonesia,
Direktorat Pendidikan Masyarakat telah mulai mengadopsi ide ini sejak tahun
1970-an dengan menggunakan istilah membelajarkan dan juga pembelajaran orang
dewasa. Jadi, ringkasnya, andragogi adalah seni dan ilmu tentang bagaimana
membantu orang dewasa belajar. Dalam hal ini, si pendidik harus berusaha
bagaimana membantu mempermudah atau menfasilitasi orang dewasa belajar. Dalam
hubungan ini, diyakini bahwa wujud bantuannya pasti berbeda dengan anak karena
karakteristik yang berbeda antara keduanya.
Sumber: Pendidikan Nonformal,
Dimensi dalam keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Prof. H. M.
Saleh Marzuki, M. Ed. (Hal. 166 – 167)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar