Kamis, 22 November 2012

MODEL TREFFINGER UNTUK BELAJAR KREATIF

Kreatif merupakan salah satu kemampuan yang hendak ditingkatkan dalam kebanyakan program keberbakatan program keberbakatan. Untuk itu perlu ditumbuhkan iklim kelas yang menghargai dan memupuk kreatifitas dalam semua segi. Tidak cukup menyediakan waktu 30 menit sehari untuk kreativitas, hal ini tidak akan meningkatkan kemampuan kreatif siswa. Diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan ini. 


Model 
Model Treffinger untuk Belajar Kreatif, Lihat Gambar 8.5, merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah ini secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffnger menunjukkan saling berhubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif. 

Model Treffenger untuk belajar kreatif (Treffinger, 1986)menggambarkan susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsure-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berfikir kreatif yang majemuk. Seperti dalam Model Pengayaan Renzulli (Renzulli, 1977, dikutip Parke ), siswa terlibat dalam kegiatan membangun keterampilan pada kedua tingkatan pertama untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada tingkat ketiga. Model Traffenger terdiri langkah-langkah berikut : Basic Tools, Practice with Process, dan Working with Real Problem, lihat Gambar 8.5. Tingkat I adalah basic Tools, yaitu teknik-teknik kreativitas Tingkat I yang meliputin keterampilan berfikiran devergen ( Guilford 1967, dikutip ) dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berfikir sertakesedian mengungkapkan pemikiran kreatif kepada pada orang lain.



Tingkatan kedua adalah Practice with Process, yaitu teknik-teknik kreativitas tingkat II yang member kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada Tingkat I dalam situasi praktis. Untuk tujuan ini digunakan strategi seperti dalam bermain peran, stimulasi, dan study kasus. Kamahiran dalam berfikir kreatif menuntut siswa memiliiki keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, analisis, imajinasi, dan fantasi. 


Modifikasi Materi, Proses, Produk , dan Lingkungan 
Model Belajar Kreatif paling efektif jika diadaptasi untuk pemggunaan kurikulum secara menyeluruh, karena memungkinkan modifikasi baik dari materi , proses, produk maupun lingkungan. Namun, kekuatannya yang terbesar adalah dalam modifikasi proses dan produk. 

Dalam model ini baik proses kognitif maupun afektif dikembangkan, dengan rentangan tingkat kompleksitas, dengan rintangan kompleksifitas. Siswa yang lebih cepat menguasai keterampilan tingkat I atau tingkat II dapat melanjutkan ke giatan tingkat III, menerapkan apa yang telah mereka ketahui terhadap masalah atau keadaan baru dan berbeda delam hidupnya. Dengan demikian siswa belajar keterampilan yang beragam dan mampu menggunakannya jika diperlukan. 

Produk belajar juga membuka dimensi buku. Produk belajar tidak hanya menyangkut perkembangan keterampilan baru, tetapi menggunakan keterampilan itu untuk tantangan kehidupan nyata. Jadi, produk belajar adalah masalah yang dipecahkan dan belajar proses memecahkan masalah. Dengan menggunakan ketiga tingkat dari model Treffinger, siswa membangun keterampilan menggunakan kemampuan kreatifitas dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan kreativitas selama hidup. 


Manfaat Pengguanaan Model Treffinger
Mungkin sumbangan terbesar dari model Mendorong Belajar Kreatif adalah terhadap pengembangan kurikulum siswa berbakat yang menunjukkan peningkatan dari keterampilan tidak terbatas pada keterampilan dasar. Model ini menunjukkan secara grafis bahwa belajar kreatif mempunyai tingkatan dari yang relative sederhana sampai dengan yang majemuk. Siswa berbakat kreatif dapat menguasai keterampilan tingkat I dan II lebih cepat dari siswa lainnya. Bagi mereka proporsi waktu dan energi untuk tingkatan yang rendah dapat dikurangi. Semua siswa di dalam kelas dapat dilibatkan dalam kegiatan I dan II, tetapi hanya beberapa yang dapat melanjutkan ke tahap penerapan (Tingka III). 

Disamping itu, model ini hendaknya digunakan secara menyeluruh dalam kurikulum. Berfikir kreatif merupakan bagian dari semua subjek yang diajarkan di sekolah. Kemajuan adalah profesi diperoleh melalui proses kreatif . oleh Karena itu, model ini dapat diterapkan pada semua kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik sampai dengan pengembangan teori ilmiah. Siswa akan melihat kemampuan mereka dalam lingkungan yang mendorong dan memungkinan penggunaannya. 

Pembahasan yang lebih terperinci dari model Treffinger ini dapat dibaca dalam buku Memupuk Bakat dan Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah( Semiawan, Munandar, dan Munandar, 1987:38-62).



Sumber: Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Prof Dr. S.C. Utami Munandar. (Hal. 246 – 249

Tidak ada komentar:

Posting Komentar