Konseling sebagai proses membantu individu agar berkembang
memiliki beberapa prinsip yang penting yaitu:
Memberikan kabar
gembira dan kegairahan hidup
Didalam hubungan konseling konselor sebaiknya jangan dulu
mengungkapkan berbagai kelemahan, kesalahan, dan kesulitan klien. Akan tetapi
berupaya membuat situasi konseling yang menggembirakan. Karena situasi seperti
itu membuat klien senang, tertarik untuk melibatkan diri dalam pembicaraan, dan
akhirnya akan menjadi terbuka untuk membebaskan isi hati dan rahasianya.
Menggembirakan klien adalah sesuai dengan ajaran Islam seperti difirmankan oleh
Allah SWT. Yaitu: “Dan kami tidak
mengutus engkau (Muhammad) kecuali kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan” (Q.S 34:28).
Dengan diciptakan suasana kegembiraan, maka besar
kemungkinan hati klien terbuka untuk menerima peringatan – peringatan dan mudah
baginya mengungkapkan kelemahannya. Akan tetapi jika hubungan konseling dimulai
dengan langsung memberi nasehat peringatan, dan mengungkapkan kelemahan, maka
klien akan tertutup. Jika hal ini terjadi, maka upaya menggali potensi dan
kelemahan klien akan menjadi sulit.
Melihat klien sebagai
subjek dan hamba Allah
Klien bukanlah objek konseling, melainkan sebagai subjek
yang berkembang. Dan dia adalah hamba Allah, yang menjadi tugas amanat bagi
seorang konselor. Dia bukan objek konselor untuk diperlakukan tanpa nilai moral
– religius, akan tetapi menghargainya sebagia pribadi yang merdeka. Karena itu
didalam hubungan konseling klien yang harus banyak berbicara mengenai dirinya
dan bukan konselor. Sebab itu upaya konselor adalah menggali potensi dan
kelemahan serta kesulitan klien kemudian klien akan menggunakan segalanya
dengan jujur dan terbuka.
Biasanya pada konselor pemula dan yang masih kurang wawasan
dianggapnya benar berbicara banyak dalam hubungan konseling dianggapnya benar,
padahal amat keliru. Demikian pula kebiasaan memberi nasehat yang banyak dan
tanpa diminta klien akan pasif, tidak mandiri, kurang kreatid untuk memikirkan
mengenai dirinya, daya eksplorasi diri rendah, dan bahkan banyak klien yang
diam dan manggut – manggut saja. Nasehat agama dirasakan amat mudah membuat
klien mengintropeksi diri, bila hal itu diminta dan tepat momennya.
Menghargai klien
tanpa syarat
Menghargai klien adalah syarat utama untuk terjadinya
hubungan konseling yang gembira dan terbuka. Penghargaan ini dimaksudkan sebagai upaya konselor yang
memberikan ucapan – ucapan, serta bahan bahasa badan yang menghargai.
Dialog Islami yang
menyentuh
Dalam hubungan konseling yang akrab konselor berupaya agar
mengemukakan butir – butir dialognya yang menyentuh hati klien sehingga
memunculkan rasa syukur, rasa cinta, bahkan perasaan berdosa. Klien
mengungkapkan perasaan – perasaan tersebut dengan tulus, jujur dan terbuka.
Keakraban dan keterbatasan klien adalah kata – kata kunci dalam hubungan
konseling untuk membuat klien tersentuk perasaan keagamaan dan kemanusiaan.
Banyak konselor menggunakan pendekatan agama untuk membuat
klien tersentuh hatinya. Karena itu selayaknya konselor mempelajari ilmu agama.
Sebab manakala klien meminta informasi hal itu, dapat diberikan secara lengkap
termasuk pengajaran agama seperti sholat (bacaannya), doa – doa, fikih, dan
sebagainya.
Keteladanan pribadi
konselor
Keteladanan pribadi konselor dapat menyentuh perasaan klien
untuk mengidentifikasi diri konselor. Hal itu merupakan sugesti bagi klien
untuk berubah kearah positif. Motivasi untuk berubah disebabkan kepribadian,
wawancara, dan keterampilan, serta amal kebajikan konselor terhadap klien.
Konselor bersikap jujur, saleh dan berpandangan luas, serta penuh perhatian
terhadap klien. Seolah – olah kepribadian teladan adalah pesan Rabbani, yang
memancar dalam perilaku konselor.
Sumber: KONSELING INDIVIDUAL Teori dan Praktek. Prof. DR.
Sofyan S. Willis (Hal. 23 – 25)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar