Selasa, 30 Juli 2013

TANGGUNG JAWAB TERAPIS

Terapis memiliki tanggung jawab terutama kepada klien. akan tetapi, karena klien tidak hidup dalam ruang hampa dan dipengaruhi oleh hubungan – hubungan yang lainnya, terapis memiliki tanggung jawab juga kepada keluarga klien, kepada biro tempat terapis bekerja, kepara biro yang dirujuk, kepada masyarakat, dan kepada profesinya.

Karena minat – minat klien untuk mendapat tempat utama dalam hubungan konseling atau terapi, maka kebutuhan – kebutuhan dan kesejahteraan klienlah yang diutamakan, bukan kebutuhan – kebutuhan terapis. Prinsip umum mengenai pengutamaan kesejahteraan klien tampaknya sudah jelas. Akan terapi, masalah ini bisa dengan mudah menjadi samar apabila kita mengingat bahwa terapis juga memiliki tanggung jawab – tanggung jawab atau pertentangan antara perepsi klien atas kesejahteraaan dirinya dan persepsi terapis.

APA (1967, hlm. 67) menyatakan, “Psikologi berusaha mengakhiri suatu hubungan klinis atau konsultasi apabila telah jelas baginya bahwa lkien tidak memperoleh manfaa dari hubungan itu”. Akan  tetapi, apa yang dilakukan oleh terapis apabila dia yakin bahwa klien tidak memperoleh apa – apa sementara klien sendiri menolak mengakhiri hubungan? Ikutilah pembahasan selanjutnya.
Klien selalu muncul pada pertemuan terapi mingguannya, terapi dia secara tipikal melaporkan bahwa dia tidak memiliki sesuatu yang bisa didiskusikan. Dia tidak tampak bersedia untuk berbuat banyak bagi dirinya sendiri, baik di dalam maupun di luar pertemuan terapi. Terapis telah berkali – kali mengonfrontasikan klien kepada ketidaksediaannya untuk melibatkan diri lebih banyak ke dalam terapi dan telah menyampaikan kepada klien bahwa pertemuan – pertemuan terapi tampaknya tidak membawa hasil. Klien setuju dengan apa yang disampaikan oleh terapis, tetapi dia tetap mendatangi terapis. Akhirnya, terapis menjadi lebih keras dan memutuskan bahwa paling baik adalah mengakhiri hubungan terapeutik. John, sang klien, mengajukan keberatan dan mengatakan bahwa dia tidak ingin mengakhiri pertemuan – pertemuan terapi. Apa yang harus dilakukan oleh terapis? Berapa lama terapis harus meneruskan hubungannya dengan John jika ia setuju melanjutkan hubungan terapeutik? Apa yang harus dilakukan  oleh terapis jika John menyatakan bahwa yang dibutuhkannya sesungguhnya bukan seorang terapis, melainkan seorang teman untuk dikunjungi?

Dalam situasi yang serupa, apa yang harus dilakukan oleh seorang terapis apabila dia memutuskan bahwa klien harus dialihkan baik karena si terapis tidak sanggung lagi menanganinya ataupun karena si terapis yakin bahwa tipe atau lamanya Treatment yang tersedia terlalu terbatas? Misalnya, Susi telah menemukan konselor sekolahnya, Pak Smith, seminggu sekali untuk jangka waktu dua bulan dan dia merasa bahwa pertemuan – pertemuan konseling amat membantunya. Konselor juga mengamati bahwa Susi menunjukkan kemajuan, tetapi ia juga sadar bahwa waktunya sangat terbatas, sebab ia harus menangani 450 orang klien. sekolah memiliki kebijakan bahwa konseling jangka panjang tidak bisa diadakan, tetapi jika diperlukan, pengalihan bisa dilakukan dengan masalah – masalah emosional Suci cukup dalam dan layak ditangani melalui psikoterapi yang intensif. Karena kenyataan – kenyataan tersebut, Pak Smith menyarankan kepada Susi untuk beralih kepada terapis lain sambil mengemukakan alasan – alasannya. Misalkan, Sisi merespons dengan salah satu dari dua respons berikut: Pertama, Suci setuju untuk beralih dan mencari seorang terapis pribadi. Dalam kasus ini, kapan tanggung jawab Pak Smith kepada Susi berakhir? Pedomannya adalah bahwa tanggung jawab seorang konselor atau terapis atas kesejahteraan klien akan tetap ada sampai klien mulai menemui terapis lain. Bahkan sesudahnya, bentuk konsultasi tertentu dengan terapis lain itu boleh jadi diperlukan. Kedua, Susi menolak untuk beralih kepada terapis lain dan mengemukakan bahwa dia tidak ingin menemui seorang pun selain konselor di sekolahnya, Pak Smith. Haruslah Pak Smith mengakhiri hubungan konselingnya dengan Susi? Haruskah Pak Smith melanjutkan hubungan tetapi tetap mendorong Susi untuk beralih kepada terapis lain? Bagaimana jika Pak Smith merasa “dipusingkan” oleh Susi? Pedoman APA (1967, hlm. 67) menyatakan, “Psikolog perlu mempertimbangkan secara cermat kerugian yang mungkin menimpa klien, dirinya sendiri, dan profesinya yang mungkin timbul dari dilanjutkannya hubungan ketika klien menolak pengalihan”. Sebagaimana yang bisa dilihat, sering terdapat suatu garis nyata yang muncul di antara bekerja atas nama kepentingan – kepentingan klien dan menghadapi kenyataan – kenyataan serta keterbatasan – keterbatasan kesanggupan konselor dalam membantu klien.

Satu masalah etis utama lainnya yang berkaitan dengan kesejahteraan klien adalah penggunaan obat – obatan di rumah sakit jiwa, di lembaga – lembaga rehabilitasi dan di sekolah – sekolah. Sebagai pedoman umum, penggunaan obat – obatan yang diterima adalah untuk maksud – maksud terapeutik bagi kepentingan – kepentingan klien, bukan untuk membuat klien menjadi lebih bisa diatur oleh terapis atau staf. Apabila obat – obatan digunakan kerja sama dengan dokter harus dijalankan guna memperoleh jaminan keselamatan bagi klien. sayangnya, obat – obatan pada umumnya digunakan untuk menenangkan atau menekan tingkah laku yang problematic dalam diri klien untuk kepentingan orang lain alih – alih untuk mempengaruhi suatu perubahan pad aklien. Konselor harus sadar atas kesalahan dalam menggunakan obat – obatan dan perlu mengambil sikap terhadap masalah ini.



Sumber: Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Gerald Corey (Hal 363 – 366)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar