Berapakan jumlah lapisan sosial (strata) yang terdapat ada dalam suatu
sisten stratifikasi? Di kalangan para ahli sosiologi kita menjumpai
keanekaragaman dalam penetuan jumlah lapisan sosial. Ada yang merasa cukup dengan
klasifikasi dalam dua lapisan. Marx, misalnya, membedakan antar kelas borjuis
dan proieter; Mosca membedakan antar kelas yang berkuasa dan kelas yang
dikuasai; banyak ahli sosiologi membedakan antar elit dan massa, antara orang
kaya dan orang miskin.
Sejumlah ilmuan sosial membedakan
antar tiga lapisan atau lebih. Kita sering menjumpai, misalnya, perbedaan
antara kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah . warner bahkan merinci tiga
kelas ini menjadi enam kelas: kelas atas atas (upper-upper), atas bawah
(lower upper), menegah atas (upper middle), menengah bawah (lower middle), bawah atas (upper lower) dan bawah bawah (lower lower lihat Zanden, 1979:209).
Sayogyo membagi petani miskin di jawa dalam tiga lapisan: petani lapisan III
(cukup), yang luas tanahnya di atas 0,5 ha; lapisan II (miskin), yang luas
tanahnya antara 0,25 dan 0,5 ha; dan lapisan I (miskin sekalli) yang luas
tanahnya di bawah 0,25 ha atau buruh tani yang tidak mempunyai tanah (lihat
Sajogyo, 1978).
Benard Barber memperkenalkan
beberapa konsep yang mempertajam konsep stratifikasi . salah satu di antaranya
ialah konsep rentang (span), yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas
dengan kelas terbawah (Barber, 1957). Dalam masyarakat kita, misalnya, kita
menjumpai rentang yang sangat lebar dalam hal penghasilan. Di bagian terbawah
kita menjumpai penghasilan di bawah Rp 100.000 per bulan atau Rp 1,2 juta per
tahun, di Jakarta awal tahun 90-an, misalnya, kita dapat menjumpai pegawai
negeri dengan gaji di bawah Rp 50.000 per bulan, buruh pabrik yang
penghasilannya sekitar Rp 35.000 per bulan. Di bagian teratas stratifikasi
dibidang penghasilan, di pihak lain, kita akan menjumpai akan menjumpai
penghasilan yang mencapai antara Rp. 800 juta dan Rp 1 miliar per tahun (lihat Warta Ekonomi 23, 1990), atau sekitar Rp 66,7 juta sampai ke Rp
83,3 juta per bulan. Di bidang kepangkatan pegawai negeri rentang antara
pangkat terendah, golongan IA dan pangkat tertinggi, golongan IVd adalah 16
jenjang; artinya, antara pangkat seorang pegawai negeri yang menduduki jenjang
terendah dengan pangkat tertinggi terdapat 16 jenjang. Di bidang kekayaaan
masyarakat kita dijumpai rentang sangat besar pula; antara keadaan una wisma
yang tidak mempunyai apa-apa kecuali pakaian yang melekat ditubuhnya, dan
pengusaha yang kekayaan pribadinya berjumlah di atas Rp 1 milliar. Konsep
rentang memberikan pada kita petunjuk mengenai besarnya kedenjangan ataupun
ketidaksamaan (atau kecilnya pemerataan) dalam masyarakat.
Konsep terkait lainnya yang
dilakukan Barber ialah konsep bentuk (shape),
yang mengacu pada proporsi orang yang terletak di kelas sosial yang berlainan
(lihat Barber,1957). Suatu stratifikasi dapat berbentuk segi tiga. Ini berarti
bahwa semakin tinggi posisi dalam stratifikasi, semakin sedikit jumlah posisi
yang tersedia. Stratifikasi yang mendekati bentuk piramida ini kita jumpai,
misalnya, dalam stratifikasi jabatan pimpinan dalam pemerintahan daerah: jumlah
kepala desa atau lurah melebihi jumlah camat, jumlah camat melebihi jumlah
bupati atau walikota, dan jumlah bupati atau walikota melebihi jumlah gubenur.
Stratifikasi tidak selalu
bembentuk segi tiga atau piramida, karena kita sering menjumpai situasi yang di
dalamnya terdapat sejumlah besar posisi rendah dan sejumlah kecil posisi
tinggi. Situasi kesenjangan besar ini sering dijumpai dalam masyarakat yang
sedang ber-kembang. Dari penduduk yang menurut sensus penduduk 1990 berjumlah
179 juta jiwa, misalnya, hanya terdapat sekitar 50 orang penduduk yang
berpenghasilan antara Rp300 juta dan Rp1 miliar, dan dari perkiraan bahwa hanya
terdapat sekitar 10 orang yang kekayaan pribadinya bernilai di atas Rp 100 juta
hingga Rp 5 miliar (lihat Warta Ekonomi
18, 1990) kita melihat bahwa dalam masyarakat kita jumlah orang yang sangat
kaya atau berpenghasilan sangat tinggi sangat sedikit.
Di bidang pendidikan formal,
dalam masyarakat kita pun dijumpai kesenjangan besar antara mereka yang
berpendidikan dasar dan menengah dengan mereka yang berpendidikan tinggi. Data
Sensus 1971 dari BPS, misalnya menunjukkan bahwa pada tahun 1971 di kalangan
penduduk berusia 10 tahun ke atas 41.01% tidak bersekolah, 52.35% berpedidikan
dasar (32.97% tidak selesai), 4.3% berpendidikan SLP, 2.03% berpendidikan
SLAdan hanya 0,31 berpendidikan tinggi.
Dalam masyarakat industri maju
dapat dijumpai stratifikasi yang bentuknya intan: posisi di lapisan bawah san
atas berjumlah relatif sedikit bila dibandingkan dengan posisi di lapisan
menengah. Dalam studi yang dilakukan Warner di kota “Jonesville,”Amerika
Serikat, misalnya, kelas atas berjumlah 2.7%, menengah atas 11% menengah bawah
31%, bawah atas 41% dan bawah bawah 14% (dikutip dalam Zanden, 1979:273). Data
ini menunjukkan bahwa stratifikasi masyarakat kota “Jonesville” berbentuk
intan; mayoritas penduduk berada pada kelas menengah kebawah pada pemilik
modal, manajer swasta dan pejabat tinggi di dalamnya pedagang dan pengusaha
sektor jasa berjumlah 29.4%. meskipun buruh nampaknya merupakan sehingga buruh
jumlahnya tidak melebihi 39.7%. Dengan demikian data ini menunjukkan bahwa
stratifikasi pekerjaan di Jepang cenderung berbentuk intan karena posisi
kebanyakan kerja Jepang berada di tengah stratifikasi.
Sumber: Buku Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Janu Murdiyatmoko.
Sumber: Buku Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Janu Murdiyatmoko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar