Ada
dua faktor yang bsisa menimbulkan kesalahan berfikir. Pertama,
faktor biologis, Kedua,
faktor sosiopsikologis..
faktor psikologi merupakan faktor yang merupakan faktor yang bersifat
internal dan terkait dengan kondisi fisik. Orang yang terlalu lelah
bekerja terkadang kesulitan untuk berfikir, lebih-lebih untuk
memecahkan masalah. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa anak
sekolah yang membiasakan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah,
daya tangkapnya lebih bagus daripada anak yang tidak biasa sarapan
pagi. Mahasiswa yang semalaman begadang kurang dapat mengluarkan
ide-ide dan pandangan yang tepat dibandingkan dengan mahasiswa yang
tidurnya cukup.
Ada yang perlu dibuktikan secara ilmiah tentang faktor biologis.
Beberapa sufi mempunyai pengalaman tersendiri, di antaranya Abu
Giyats Al-Baghdadi dan Abd Al-Wahhab Al-Sya'rani. Semakin sering
mereka menggosongkan perut melalui puasa, semakin cemerlang dan tajam
otak merek. Kekuatan tulis-menulis mereka sangat hebat di saat mereka
berpuasa. Tampaknya, ini jungkir balik dengan pandangan umum yang
menyatakan bahwa makan yang cukup membantu kelancaran berfikir
seseorang.
Adapaun faktor sosiopsikologis sama dengan faktor biologis yang
merupakan faktor internal. Hanya saja, sosipsikologis bersifat
psikis. Faktor ini sama pentingnya dengan faktor biologis. Yang
termasuk ke dalam faktor kesalahan berfikir secara sosipsikologis
adalah motivasi, kepercayaan diri dan sikap salah, kebiasaan, dan
emos. Berikut penjelasan lebih lengkap.
Motivasi
Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang
tinggi membatasi fleksibilitas (Rakhmat, 1996:73). Banyak peserta
lomba membuka simpul tali yang sama sekali tidak dapat membuka satu
simpul pun karena dihadapannya diletakkan gepokan uang jutaan rupiah
sebagai hadiahnya. Motivasi mendapatkan uang yang sangat menggebu
pada diri para peserta membatasi fleksibilitas mereka. Mereka merasa
grogi dan pikirannya terbagi ke mana-mana. Contoh lain adalah seorang
peserta ujian calon pegawai negeri sipil tidak dapat menjawab
pertanyaan sederhana, 3x2+1:7=... di saat tes potensi akademik karena
grogi.
Kepercayaan
dan sikap yang salah
Asumsi yang salah menyesatkan kita. Ketika kita berasumsi atau
percaya bahwa aset tersebar dalam hidup ini adalah uang, atau
kekuasaan, dan pengaruh, kita akan berasumsi seperti itu selamanya.
Padahal, menurut Henry Chester, semangat adalah aset terbesar di
seluruh dunia. Ia dapat mengalahkan uang kekuasaan dan pengaruh.
Ketika kita berasumsi bahwa sedekah sedikit adalah kehinaan, kita
tidak akan pernah melakukannya. Padahal, menurut Imam Ali bin Abi
Tholib, tidak sedekah lebih hina daripada bersedekah sedikit.
Jadi, asumsi atau sikap yang salah memengaruhi ketepatan berfikir.
Kerangka berfikir yang salah dapat menghambat efektivitas pemecahan
masalah. Bahkan, yang lebih parah, akibat kerangka rujukan keliru,
seseorang biasanya merasionalisasikan kesalahan.
Kebiasaan
Kebiasaan dapat menimbulkan kekakuan berfikir. Berfikir yang
fleksibel oleh kebiasaan. Berfikir kaku sering menimbulkan masalah.
Penolakan orang-orang Quraisy terhadap kebenaran yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW, adalah akibat mereka terbungkus oleh kebiasaan
tidak dapat berfikir objektif.
Anda
tahu tanda-tanda berfikir kaku? Kira-kita tandanya seperti ini:
berfikir yang ditandai dengan kesangat hormatan pada
jwaban-jawaban yang lama, ataupun mapan, dan prinsip-prinsip yang
sudah diterima. Semua ini, oleh
orang yang berpikir kaku, dianggap sebagai
otoritas final dan mutlak
Emosi
Pikiran
seseorang bisa diwarnai oleh emosi. Berfikir yang telah terwarnai
oleh emosi tidak akan menghasilkan kesimpulan yang objektif. Ada
ungkapan sangat terkenal, “Berfikir akan efektif bila dilakukan
dalam keadaan fun.”
selain menimbulkan kekeliruan berfikir, emosi yang telah mencapai
intensitas yang sangat tinggi bisa menjadi penghalang yang sangat
kuat untuk berfikir. Akibatnya, orang yang mengalaminya sulit
berfikir. Istilah sederhana untuk menyebutkan kesulitan berfikir
akibat intensitas emosi yang sangat tinggi adalah stres.
Ketakutan amat tinggi bisa menjadikan seseorang tidak dapat
memikirkan apa pun, lebih-lebih berfikir yang jernih dan rasional.
Penghuni apartemen yang terbakar, banyak yang menjatuhkan diri dari
lantai 10 atau lebih hingga tewas seketika. Sebaliknya, orang yang
terlalu senang sangat mudah melakukan perjalanan di padang pasir yang
jatuh dari orang lain. Ia mengendarai seekor unta yang diatasnya
dimuat berbagai pelengkapan. Di tengah-tengah perjalanan, orang itu
merasa lelah dan lapar. Ia berhenti di dekat sebuah pohon dan
tertidur. Ketika bangun dari tidur, ia sangat terhentak. Sebab, unta
dan pelengkapannya telah hilang. Ia merasa sedih dan bingung, bahkan
putus asa. Lalu, ia tidur lagi dan pasrah terhadap peristiwa yang
dialaminya. Cukup lama dia tertidur sambil membawa rasa sedih putus
asa.
Setelah beberapa lama tertidur, ia bangun. Ternyata, untanya yang
telah dinyatakan hilang dan tidak terpikir akan kembali telah berada
di hadapannya. Tak terhingga rasa senang dan bahagia orang ini.
Secara spontan ia berkata,” Ya Tuhan, Engkau hambaku dan aku
Tuhanmu,” Saking bahagianya, orang itu salah berkata. Seharusnya,”
Ya Tuhan, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu.
Sumber:
Buku Psikologi Pendidikan Dr.H.Mahmud, M.Si., pengantar: Prof. Pupuh
Fatturahman.
nice
BalasHapus