Menurut
pandangan psikologi kuno, belajar ditafsirkan sebagai menghafal
(Effendi & Praja, 1993). Oleh karena itu, belajar dilakukan
semata-mata dengan menghafal. Hasil belajar ditandai dengan hafalnya
seseorang tentang meteri yang dipelajarinya.
Bahwa
antara belajar dan menghafal terdapat hubungan timbal balik, memang
benar. Namun, belajar dalam arti sesungguhnya, sebetulnya berbeda
dengan menghafal. Menghafal hanya merupakan sebagian dari kegiatan
belajar secara keseluruhan. Persamaannya adalah keduannya menyebabkan
perubahan dalam diri individu.
Menghafal
erat hubungannya dengan proses mengingat, yaitu proses untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksikan tanggapan-tanggapan yang
telah diperolehnya melalui pengamatan (antara lain melalui belajar).
Menghafal adalah kemampuan untuk memproduksikan tanggapan-tanggapan
yang telah tersimpan secara cepat dan tepat, sesuai dengan
tanggapan-tanggapan yang diterimanya.
Dalam
menghafal, aspek perubahannya terbatas dalam kemampuan menyimpan dan
memproduksikan tanggapan. Adapun dalam belajar, perubahan itu tidak
saja dalam hal kemampuan tersebut, namun juga meliputi perubahan
tingkah laku lainnya, seperti sikap, pengertian, skills,
dan sebagainya. Dengan demikian, belajar akan berhadil dengan baik
jika disertai kemampuan menghafal.
Sementara
itu, sekalipun dalam belajar, kita menuju pengertian, tidak dapat
kita abaikan peranan ingatan dalam hal ini. Bahkan, apa yang kita
mengerti, apa yang kita alami sendiri, itu mudah kita ingat dan sukar
kita lupa.
Dengan
demikian, jelas, antara proses-proses belajar dan ingatan terdapat
hubungan yang erat. Tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu
tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau
fungsi psikis. Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang
dipelajari adalah nonsens, tidak ada artinya. Dengan belajar, kita
bermaksud mendapatkan sesuatu, ini tidak mungkin tanpa pertolongan
ingatan. Ingatan yang kaya dan kuat sangat berjasa sekali proses
belajar.
Proses
belajar telah kita ketahui mempunyai hubungan yang erat dengan
pengertian perubahan. Berbagai perubahan ini dialami secara setapak
demi setapak, yaitu suatu rangsangan dipersepsikan, kemudian diingat
atau dicamkan, baru kemudian menginjak tahap proses pengecaman
misalnya, suatu rangsangan itu sangat berkesan. Dengan proses yang
sifanya berurutan ini, kita dapat mempelajari sesuatu secara
keseluruhan.
Manusia sebagai pribadi, tidak saja dikenai oleh pengaruh-pengaruh dan proses-proses pada waktu ini, atau yang akan datang saja, tetapi dikenai pula oleh sesuatu yang pernah dialami, oleh pengalaman-pengalaman yang tertinggal pada dirinya dan memungkinkan untuk mengaktifkan kembali.
Mengaktifkan
kembali segala apa yang pernah dialami atau diamati, sebenarnya
bergantung dari fungsi-fungsi ingatan pada diri kita. Tertinggalnya
jejak-jejak ingatan ini dlama kesadaran kita adalah hakikat dari
fungsi ingatan. Dengan demikian, sebenarnya ingatan meliputi
diperolehnya kesan-kesan (impression)
dan pengalaman-pengalaman, kemudian pencaman kesan-kesan ini, dan
akhirnya mengeluarkan kembali dalam kesadaran.
Masalahnya
sekarang, bagaimana agar kemampuan yang ada pada diri kita dapat
digunakan sebaik-baiknya dalam proses belajar kita? Dalam hal ini
Poespoprodjo (1969) memberikan beberapa petunjuk sebagai berikut:
- Sebelum anda mulai, tanamlah selalu keinginan kuat untuk mengingat yang harus atau hendak diingat. Sesuatu akan melekat pada ingatan anda bila anda memang menghendaki mengingatnya. Akan tetapi, pastikan apa yang hendak anda ingat-ingat. Mengingat segala sesuatunya adalah tidak mungkin, karena tidak semua perlu diingat.
- Buatlah apa yang anda ingat itu mempunyai arti sebesar mungkin. Aturlah terlebih dahulu apa yang hendak anda ingat. Arahkan pikiran pada hal tersebut. Sering pikirkanlah. Bila mengulang, gunakanlah kalimat kunci yang dapat menarik keluar seluruh rantai.
- Mengetahui rantai hubungan diperlukan untuk ingatan. Ini memudahkan kerjanya ingatan. Dan kita memasukkan hal berguna dalam proses belajar.
- Perkaya dan perdalam dengan membaca buku-buku yang ada sangkut pautnya.
- Karena ingatan tanpa campur tangan akal budi bisa bekerja onfeilbaar, tanpa salah sedikit pun, bila pada permulaan anda menemukan suatu kesalahan, segeralah mengambil tindakan menyingkirkan kesalahan tersebut. Gantilah dengan benar. Segeralah! Jangan sekali-kali membiarkan kesalahan tadi berkecambah dan berakat dalam ingatan anda. Sangat berbahaya.
- Jangan memusatkan terlalu banyak bahan pada ingatan. Ini mematikan kerja akal budi dan menggangu perhatian. Ingatlah baik-baik hal yang pokok, esensial, lebih-lebih untuk menolong anda maju nantinya. Pikiran bisa lumpuh karena terlalu sarat muatan ingatan. Seperti makan terlalu banyak, merusak kesehatan. Kita memakai memori untuk hidup.
- Jangan menyimpan hal-hal yang tidak ada hubungannya. Ini tidak berguna hanya meracuni.
- Jangan menimbun materi, kemudian memompanya dalam ingatan. Hal tersebut memerkosa kodrat, dan kita cepat lupa semuanya. Ingatlah, ingatan mempunyai waktunya sendiri. Bagi anda, mana waktu yang terbaik bagi kerja memori. Yang biasa ialah di akhir hari, ketika keadaan tanang, dan esok harinya dikontrol kembali. Gunakanlah pada waktu-waktu singkat untuk mengadakan kontrol. Memorasi dengan menggunakan waktu singkat tetapi sering frekuensinya adalah lebih efisien.
Sumber:
Buku Psikologi Umum. Drs.
Alex Sobur, M. Si.
0 komentar:
Posting Komentar