Sabtu, 28 April 2012

PENTINGNYA DEFINISI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA


Seperti perilaku abnormal, istilah sakit mental atau gangguan mental tidak mudah untuk didefinisikan. Untuk setiap definisi yang berhasil didefini dan berasumsi bahwa kita seharusnya dapat menampung setiap gagasan yang menyangkut gangguan ini. Yang paling penting adalah begaimana cara berfikir yang beradadi balik definisi tersebut. Dengan demikian, penggunaan definisi itu disesuaikan dengan kebutuhan nyatanya.

Adapun mengenai pentingnya diagnosis, dapat dikemukakan bahwa pertanyaannya adalah: “Mengapa kita harus menggunakan diagnosisi gangguan mental? Diagnosis kita yakini sebagai suatu tipe kategorisasi taraf ekspert. Pengertian yang tertentu. Dengan penggunaan diagnosis, yang tepat tentunya, kita dapat segera melakukan tindakan-tindakan, sebagaimana kita lihat pada dunia kedokteran. Namun situasinya tidak “sesederhana” kedokteran, karena jenis gangguan tidak sekedar ditentukan oleh adanya factor-faktor luar yang menyebabkannya.

Sedikitnya terdapat empat keuntungan dari ada digunakan diagnosis, yaitu:
Pertama, dan mungkin yang terpenting, fungsi utama diagnosis adalah komunikasi. Misalnya di Indonesia, pemerintah telah menetapkan PPDGJ IIIsebagai pengangan diagnostic untuk gangguan kejiwaan bagi mereka yang bekerja dalam kalangan rumah sakit jiwa, sehingga untuk seorang pasien terdapat persamaan pendangan di antara pihak-pihak yang menanganinya (karena bias jadi seorang pasien didiagnosis paranoid skizifrenia, akan dimengerti sama kalau ada seorang pasien didiagnosis paranoid skizofrenia, akan dimengerti sama oleh ahli lain ketika pasien itupun terpaksa harus pendah ke kota karena pekerjaan atau tugasnya. Tetapi tentu saja antara pihak-pihak itu terdapat pemahaman yang sama mengenai pengertian istilah yang dimaksud. Untuk itu perlu adanya keterangan mengenai klasifikasi apa yang digunakan, misalnya DSM-IV TR, PPDGJ, atau ICD-10 dan lain sebagainya.

Kedua, Penggunaan diagnosis dapat membangun riset psikopatologi. Klinikus, misalnya, dapat membandingkan pasien dengan diagnosis tertentu dengan kelompok lain yang memperlihatkan gejala yang sama tetapi lain diagnosisnya. Bias juga pasien dengan jenis gangguan tertentu dapat diteliti mengenai sisi kepribadian dan gejala-gejala psikologis lainnya. Selanjutnya, cara konstruk diagnosis didefinisikan dan dilukiskan akan merangsang riset mengenai criteria gangguan individual, perangkat criteria alternative, dan komorbiditas (co-occurrence) di antara gangguan-gangguan itu.

Ketiga, di antara gejala-gejala yang berbeda tipis, riset untuk etiologi, atau penyebab-penyebab, mengenai perilaku abnormal akan hampir tidak mungkin untuk dilakukan tanpa system diagnositik yang baku. Untuk memeriksa pentingnya factor-faktor etiologi potensial untuk suatu sindrom psikopatologis, kita harus pertama-tama menugaskan subyaj untuk memberikan gambaran yang lama.

Keempat, setidaknya menurut teori, untuk gangguan tertentu dapat dipilih terapi mana yang kiranya dapat efekti digunakan.


Sumber: Pengantar Psikologi Klinis. Edisi revisi. Prof. Dr. SUTARDJO A. WIRAMIHARDJA, Psi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar