Selasa, 17 April 2012

SEKILAS SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di negara asalnya yaitu Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang menamatkan studinya di negeri Paman Sam itu kembali ke Indonesia dengan membawa konsep-konsep bimbingan dan konseling yang baru. Hal itu terjadi sekitar tahun 60-an. Tidak dapat dibantah bahwa pakar pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustakan Amerika Serikat. Khusus mengenai pandangan mengenai anak didik yaitu bahwa anak didik mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikan memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi tersebut cara optimal.

Potensi yang dimaksudkan adalah potensi yang baik, yang bermafaat bagi anak dan masyarakatnya. Pandangan itu bersumber dari aliran filsafat humanistik, yang mana menganggap bahwa manusia adalah unggul dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi segala, persoalan kehidupannya di dunia. Manusia menjadi sentral kekuatan melalui otaknya. Karena itu pendidikan haruslah mengutamakan otak (kognitif dan daya nalar). Akibatnya manusia itu amat sekuler, hanya mengutamakan duniawi saja, dan mengabaikan kekuasaan Tuhan. Terjadilah apa yang disebut kesombongan intelektual (intellectual arrogance). Namun aspek lain yang dianggap positif adalah paham demokrasi, dimana manusia dihargai setiap harkat kemanusiaan, mengembangkan sikap empati, terbuka, memahami, dan sebagainya. Sikap-sikap tersebut amat mendukung bagi kegiatan bimbingan dan konseling. 

Untuk kondisi Indonesia, sebaiknya diterapkan paham humanistik-religius. Artinya menghargai manusia atau potensinya, namun ketaatan kepada Tuhan tetap tidak terabaikan. Sehingga bimbingan dan konseling menjurus kepada pengembangan potensi dan penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan penyerahan diri yang bulat, maka masalah yang dihadapi akan lebih mudah diatasi. Karena persoalan diri yang rumit biasanya dari adanya jarak individu dengan Yang Maha Kuasa.

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia secerung berorientasi layanan pendidikan (intruksional) dan pencegahan. Sejak tahun 1975 bimbingan dan konseling digalakkan di sekolah-sekolah (Rochman Natawidjaja, 1987). upaya ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa sehingga ia dapat berkembang denga seoptimal mungkin. Disini amat terlihat konsep Barat mendominasi bimbingan dan konseling di sekolah.


Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah lebih banyak mengangi kasus-kasus siswa bermasalah daripada pengembangan potensi siswa. Disamping itu, konsep perkembangan optimal harus dalam keseimbangan perkembangan otak dan agama. Karena itu aspek penting yakni agama harus mendapat tempat yang layak dalam bimbingan dan konseling.


Sumber: Buku KONSELING INDIVIDUAL Teori dan Praktek. Prof. Dr. Sofyan S.Willis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar