Bayangkan anda merasa depresi,
kemudian pergi ke seorang psikolog klinis untuk meminta bantuan. Psikolog
tersebut kemudian mewawancarai anda, member anda serangkaian tes psikologi, dan
mendengarkan cerita anda tentang masalah-masalah anda tentang masalah-masalah
anda dan kemudian mengambil darah. Anda mengecek DNA anda, untuk mengetahui
apakah anda memiliki kecenderungan genetis untuk mengalami depresi.
Pernahkah darah anda diambil?
Hingga sekarang, scenario ini murni bersifat rekaan, namun ada kemungkinan
untuk dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama, kita akan bias
menemukan jawabannya. Dua ahli yang terkemuka dalam bidang genetika perilaku,
Robert Plamin dan John Crabbe (2000), telah meramalkan bahwa dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama, para terapis secara rutin akan meminta klien-kliennya
untuk melakukan tes DNA, yang hasilnya akan digunakan untuk kepentingan
diagnosis dan terapi. Hal ini sudah dapat diterapkan untuk penyakit Alzheimer:
Dimilikinya cirri-ciri DNA untuk suatu gen yang mempunyai kode protein
tertentu, dapat meningkatkan risiko individu untuk menderita suatu penyakit.
Apakah anda ingin mengetahui
apabila anda memiliki gen yang dapat meningkatkan risiko menderita Alzheimer?
Bagaimana seandainya hasil tes gen anda menyatakan bahwa anda memiliki
cirri-ciri DNA yang dapat meningkatkan risiko kematian diri? Apakah anda tetap
ingin mengetahuinya agar anda dapat membuat rencana yang seksual? Atau, apakah
anda tidak ingin mengetahui apa pun dan membiarkan segala sesuatu berlangsung
dengan sendirinya?
Wanita hamil dan pasangannya
kerap dites untuk menentukan apakah mereka memiliki gen yang dapat menyebabkan
anak mereka nanti mengalami penyakit fatal atau berbahaya? Jika hasilnya
positif, banyak pasangan yang memilih mengaborsi kandungannya. Namun, bagaimana
seandainya anda dapat memperoleh hasil tes suatu gen yang mampu meramalkan
adanya risiko gangguan mental atau emosional pada anak anda, misalnya
schizophrenia atau autism? Apakah anda ingin mendapatkan tes semacam itu dan
apa yang akan anda lakukan dengan hasil tes tersebut? Bagaimana jika hasil tes
itu menyangkut kondisi yang lebih umum, misalnya ketidakmampuan membaca atau
obesitas? Dan bagaimana bila kondisinya berkaitan dengan homoseksualitas, yang
sebenarnya sama sekali bukan merupakan suatu gangguan namun ditakuti oleh
sejumlah orang, atau berkaitan dengan bentuk tubuh yang sangat pendek, suatu
hal yang dilingkungan tertentu dianggap kurang menguntungkan, tetapi bukan
merupakan kecacatan? Jika hasil tes genetis kandungan menyatakan bahwa anak
anda memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi seorang gay atau bertubuh
pendek, apa yang hendak anda lakukan terhadap informasi tersebut? Apakah
anda akan mempertimbangkan untuk
mengaborsi janin anda?
Di tahun-tahun mendatang seiring
dengan semakin meluasnya tes genetis, kita semua harus mulai harus berfikir
panjang dan serius mengenai pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Anda dapat
menggunakan informasi dari bab ini untuk mengevaluasi pro dan kontra terhadap
pengujian yang dilakukan pada diri anda maupun anggota keluarga anda. Berikut
ini beberapa hal yang perlu diingat.
- Gen bukanlah takdir. Memang benar bahwa beberapa panyakit seperti Huntington, disebabkan oleh gen tunggal. Akan tetapi, seperti telah kita lihat, sebagian besar sifat dipengaruhi oleh banyak gen dan berbagai factor lingkungan. Itulah sebabnya mengapa, sekalipun anda mengetahui bahwa anda memiliki satu atau dua cirri gen yang bias mempengaruhi sifat atau menyebabkan gangguan, informasi itu tidak dengan sendirinya menjelaskan banyak hal dalam kenyataannya.
- Informasi mengenai gen mungkin digunakan untuk melakukan diskriminasi terhadap individu. Orang-orang yang mengkritik tes genetis khawatir bahwa biro-biro asuransi akan menolak memberikan asuransi kepada orang dewasa dan anak-anak yang saat ini sehat, namun DNA-nya menyatakan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk mengembangkan gangguan fisik atau psikologis di kemudian hari. Para pengusaha yang harus membayar premi asuransi bagi para karyawannya mungkin akan menolak individu seperti itu. Sejauh itu, diskriminasi terhadap orang yang memiliki ciri-ciri genetis tertentu jarang ditemukan. Namun, para ahli bioetika dan para cendekiawan prihatin bahwa hokum yang berlaku saat ini tidak cukup melindungi hak seseorang mengenai kerahasiaan informasi genetisnya.
- Mengetahui risiko genetis tidak lantas member tahu apa yang harus anda lakukan. Seandainya anak anda menderita phenyiketanusia (PKU), yang mencegah tubuh mencerna protein dan menyebabkan keterbalakangan mental, solusinya jelas: memmbatasi konsumsi protein (Semua anak di Amerika Serikat diperiksa mengenai kemungkinan diperiksa mengenai kemungkinan menderita PKU ketika lahir). Akan tetapi, jika berkaitan dengan masalah kognitif, emosional maupun perilaku, jawabannya biasanya tidak begitu tegas. Sering kali kita masih belum tahu persis bagaimana memperlakukan masalah yang berkaitan dengan komponen genetis. Mungkin sudah ada banyak cara pendekatannya, tetapi kita tidak tahu mana yang paling baik.
- Tes inteligensi dapat membuat anda lega atau malu. Jika anda mengetahui bahwa keberadaan suatu kondisi atau sifat tertentu bukan disebabkan oleh “kesalahan anda”, ada kemungkinan anda dapat lebih mudah menyesuaikan diri atau menerima keterbatasan yang ada. Sebagai contoh, dengan mengetahui bahwa autism anak anda disebabkan oleh factor genetis dan bukan disebabkan oleh pengasuhan yang buruk, anda akan terbatas dari perasaan bersalah yang tidak perlu. Disisi lain, tes genetis juga dapat mengakibatkan prasangka terhadap siapa pun yang tidak berada kondisi baik atau memiliki kemampuan ideal. Di masa lalu, prasangka semacam itu dapat menciptakan gerakan sosial yang dipertanyakan, yang disebut eugenics bertujuan “mengembangkan” spesies tertentu dengan cara memaksakan sterilisasi pada orang-orang berIQ rendah. Sebagai hasil, sejak awal abad ke-20 sampai dengan pertengahan 1960-an. Ribuan orang Amerika yang memiliki gangguan mental dan keterlambatan pertumbuhan disterilkan di luar kehendak mereka (Bruinus, 2006). Kini, menurut beberapa kritikus social, keinginan untuk “mengembangkan” anak-anak sebenarnya mencerminkan pandangan yang melihat anak sebagai produk yang harus “disempurnakan”, bukan sebagai anak yang harus dihargai dengan segala kelebihan yang unik beserta kekurangannya.
- Pengetahuan menganai kecenderungan genetis dapat memberikan diagnosis premature atau self-fulfilling prophecy. Jika para orang tua dan pejabat sekolah mengetahui bahwa seorang gangguan belajar, tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka tersebut seolah-olah kemampuan pada kenyataannya anak itu belum memperlihatkan tanda-tanda adanya masalah. Jika seseorang menyadari bahwa ia memiliki kecenderungan genetis untuk mengalami depresi, maka ia mungkin tidak akan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi kemudian mental, karena telah membuat keputusan yang keliru dengna menyatakan “tidak ada lagi yang dapat saya lakukan”.
- Gen tidak membebaskan adan dari tanggung jawab. “beberapa hakim mengizinkan, atau bahkan mewajibkan, tersangka kasus kejahatan untuk menjalankan pemeriksaan kondisi mental atau kecenderungan perilaku untuk menentukan sejauh mana mereka bertanggung jawab atau kejahatan yang dilakukan atau kecenderungan kejahatan tersebut diulangi kembali (Hoffmann & Rothenberg, 2005).
- “Gen sayalah yang membuat saya melakukan hal itu.” Anda tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab dan menggunakan faktor gen sebagai alas an aatas perilaku buruk yang anda lakukan. Otak manusia yang fleksibel memungkinkan kita untuk melakukan berbagai kecenderungan genetis yang kita miliki, yaitu dengan memodifikasi, mengabaikan, atau mengendalikan kecenderungan genetis tersebut. Kami harap kami telah memberikan anda sejumlah bahan permikiran. Apakah anda akan menjalani tes seandainya beberapa sanak saudara anda mendeita suatu penyakit yang dipengaruhi oleh faktor keturunan? Bagaimana cara anda menghadapinya jika hasilnya buruk? Seandainya aborsi pilihan bagi anda pikiran seberapa serius dan seberapa banyak kepastian yang perlu dimiliki mengenai pengaruh genetis tersebut: apakah 10 persen cukup, atau 50 persen, atau mendekati 100 persen sebelum anda memilih aborsi? Sementara anda masih muda, inginkah anda mengetahui bahwa anda memiliki gen-gen yang berkaitan dengan sejumlah gangguan yang biasanya baru muncul di usia pertengahan atau usia lanjut? Sejaruh mana informasi ini akan mengubah hidup anda?
Sumber: Psikologi, edisi kesembilan,
jilid 1. Carole Wade. Carol Travris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar