Mula-mual
terdapat padangan bahwa pemimpin itu dilahirkan. Maksudnya yang dapat
menjadi pemimpin hanya orang-orang tertentu saja, yang mempunyai
bakat untuk pemimpin. Efektivitas kepemimpinan dianggap ditentukan
oleh kepribadian pemimpin. Pemimpin mempunyai kualitas yang lebih
baik dari para pengikutnya. Ia mempunyai ciri-ciri yang tidak
dipunyai pengikutnya.
Marat
(1982) mengutip Carter, yang menemukan ciri-ciri perilaku pemimpin
yang berhasil dari penelitian yang dilakukan pada Angkatan Darat
Amerika Serikat, sebagai berikut:
- Performing professional and technical speciality;
- knowing subordinates and showing consideration for them;
- Keeping channels of communication open;
- Accepting personal responsibility and an example;
- Imitating men as a team;
- Making decisions.
Di indonesia kita kenal sebelas ciri pribadi yang diharapkan dimiliki
oleh pemimpin, yang dianut oleh TNI Angkatan Darat, yaitu
- Takwa, menahan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada segal perintah-Nya.
- Ing Ngarsa Sung Tuladha, sebagai pemuka, orang yang berbeda di depan, selalu memberi suri tauladan kepada yang dipimpinnya.
- Ing Madya Mangan Karsa, di tengah-tengah para anak buahnya ikut terjun langsung bekerja sama bahu membahu, memberi dorongan, semangat.
- Tut Wuri Handayani, dari belakang selalu memberi dorongan dan arahan kepada apa yang diinginkan anak buahnya.
- Waspada Purba Wisesa, selalu berhati-hati dalam segala kondisi, meneliti dan membuat perkiraan keadaan secara terus-menerus.
- Ambeg Para Maarta, pandai menentukan mana yang menurut ruang, waktu dan keadaan patut didahulukan.
- Prasaja, bersifat dan bersikap sederhana serta rendah hati dan correct.
- Satya, loyalitas timbal-balik dan bersikap hemat, tidak ceroboh serta memelihara kondisi materiil dengan kecermatan.
- Gemi nastiti, hemat dan cermat, sadar dan mampu membatasi penggunaan dan pengeluaran hanya untuk yang benar-benar diperlukan.
- Belaka,bersifat dan bersikap terbuka, jujur dan siap menerima segala kritik yang membangun, selalu mawas diri dan selalu siap mempertanggungjawabkan perbuatannya.
- Legawa, rela dan ikhlas untuk pada waktunya mengundurkan diri dari fungssi kepemimpinannya dan diganti dengan suatu generasi baru yang telah mewarisi kesepuluh ciri ini.
Ciri-ciri pribadi tersebut lebih berfungsi sebagai prinsip-prinsip
yang harus diusahakan untuk dijalankan, sehingga mempunyai makna
sebagai pedoman yang bersifat normatif. Adreas Dananjaya (1985)
menemukan adanya perbedaan dalam nilai operatif pada manajer yang
berhasil memiliki nilai-nilai operatif yang berhubungan dengan
kondisi atau sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk
mencapai keberhasilan dan nilai-nilai operatif yang berhubungan
dengan kondisi atau sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu organisasi
untuk mencapai keberhasilan dan nilai-nilai yang menunjukkan
pandangan jauh ke depan dan sikap yang selalu waspada. Sebaliknya
para manajer yang kurang berhasil memiliki nilai-nilai operatif yang
berhubungan dengan prestise atau “gengsi” seseorang.
De
Bono (1986) berdasarkan wawancaranya dengan lima puluh pria dan
wanita yang sangat berhasil dalam bidangnya masing-masing
berkesimpulan bahwa ada empat faktor (dua ciri pribadi dan dua
lainnya merupakan faktor di luar dirinya) yang menentukan
keberhasilan seseorang atau kelompok orang. Kedua ciri pribadi itu
adalah:
- A little madness, orang yang tahu dengan pasti dan jelas apa yang ia inginkan dan memiliki dorongan yang sangat kuat untuk mencapai tujuannya.
- Very talented, orang yang mempunyai bakat yang sangat menonjol di bidang tertentu.
Kedua faktor lainnya ialah:
- Rapid growth field. Orang yang bekerja dalam bidang yang berkembang sangat cepat mempunyai peluang lebih banyak untuk berhasil, daripada orang yang bekerja di bidang yang tidak dapat berkembang dengan cepat. Bidang teknologi, khususnya komputer merupakan bidang yang berkembang denga cepat. Keadaan ini memungkinkan bakat untuk berkembang.
- Luck, ada orang yang kebetulan berada di tempat pada saat yang tepat untuk melakukan usahanya. Ada orang lain yang selalu kesulitan dalam memulai usahanya.
Sumber:
Buku Psikologi dan Organisasi. Asher Sunyato Munandar. Penerbit
universitas indonesia (UI. Press). 2008
0 komentar:
Posting Komentar