Kamis, 06 Desember 2012

KEBUTUHAN DAN MASALAH ANAK BERBAKAT KREATIF

Kerentanan anak berbakat dengan karakteristik khasnya yang dapat menyebabkan mereka mengalami masalah baik dengan baik sendiri maupun dengan dunia luar. Anak berbakat kreatif dengan daya imajinasi yang kuat, pemikiran yang orisinal, kemandirian, dan minat yang luas dapat melibatkan diri secara intensif dalam berbagai masalah dan menghasilkan proyek dan produk yang menarik. Di pihak lain, ciri – ciri mereka untuk mempertanyakan, bersikap kritis, ketidakpuasan dengan otoritas, kebosanan dengan tugas – tugas rutin, dan kemampuan untuk “melihat dari sudut tinjau lain” dan “ selalu melihat kemungkinan lain” dapat mengakibatkan ketegangan dan ketidaknyamanan dalam hubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya. Ditambah lagi dengan data penelitian yang menunjukkan bahwa banyak anak berbakat yang prestasinya di bawah potensinya, merupakan tantangan bagi pendidikan untuk membantu anak berbakat kreatif menjalin hubungan sosial yang efektif, di rumah, dan di sekolah, serta dapat mengembangkan, mengungkapkan, dan mewujudkan potensi kreatifnya yang bermakna.

Kasus Anak Berbakat Kreatif yang Bermasalah
Berikut digambarkan beberapa contoh kasus anak berbakat kreatif yang mengalami kesulitan di sekolah:

“Nilai – nilai Ari di sekolah menunjukkan prestasi di bawah rata – rata, meskipun taraf inteligensinya cukup tinggi. Nampaknya dia tidak bermotivasi untuk berprestasi. Namun ia memiliki banyak minat dan hobi, dan dalam diskusi kelas sering memaparkan gagasan yang orisinal. Dalam kegiatan diluar kelas dengan teman sebaya sering tampil sebagai pemimpin. Sebetulnya ia memiliki dasar pengetahuan yang cukup luas, tetapi ia kurang tekun dan rajin dalam membuat tugas – tugas di dalam kelas dan pekerjaan rumah. Ia ingin masuk perguruan tinggi, tetapi melihat keadaan sekarang, walaupun memiliki potensi intelektual dan kreatif yang tinggi, sulit diharapkan bahwa ia dapat diterima.”

“Miryam gadis yang sangat kreatif dan berbakat intelektual. IQ-nya di atas 140. Nilainya hampir semua “A” tanpa banyak usaha. Puisinya dimuat dalam beberapa majalah. Sejak duduk di SMA orangtuanya mengeluh tentang perilakunya, Ia merokok dan bebas dalam pergaulan. Ia berminat masuk perguruan tinggi.”

“Elisa siswa kelas lima SD. IQ-nya tinggi dan prestasinya baik. Guru kelas menyukainya, tetapi Elisa mengatakan kepada ibunya bahwa ia membenci sekolah. Ketika ditanya lebih lanjut, Elisa menunjukkan laci meja tulisannya yang penuh dengan cerita karangannya. Ia menulis cerita – cerita tersebut dalam waktu luangnya dan agaknya kurang mendapat persetujuan dari gurunya yang menginginkannya untuk menggunakan waktunya untuk hal – hal yang “lebih bermanfaat”.

“Ramli duduk di kelas 2 SD dan ia gemar membaca. Keterampilan dan minat membacanya jau melebihi teman – temannya sekelasnya. Tingkat energinya tinggi dan imajinasinya kuat, tetapi kurang sabar melakukan tugas – tugas rutin di kelas. Ia kurang memahami matematika yang menurutnya membosankan. Guru mengamati bahwa selama pelajaran matematika Ramli diam – diam membaca buku dan tidak mendengarkan pelajaran matematika. Ia sering gagal dalam tugas matematika tetapi hal itu tidak mengganggunya, namun orangtuanya dan guru mempermasalahkan minatnya yang “tidak seimbang”.

Contoh kasus ini dapat terjadi jika anak berbakat kreatif tidak didukung oleh lingkungan rumah dan/atau sekolah. Lingkungan yang paling sering menimbulkan masalah bagi anak – anak ini menurut Davis dan Rimm (dalam Colangelo dan Zaffrann, 1979) adalah yang ekstrem “terlalu membatasi” (otoriter) atau “terlalu permisif”, lihat gambar 12.1 konselor perlu menemukenali anak – anak ini sebagai kreatif dan memberi sistem dukungan yang memupuk produktivitas kreatifnya. Guru dan konselor yang bekerja dengan anak kreatif perlu mengingat bahwa sering ada sanksi sosial terhadap divergensi atau kekreatifan.

  1. Anak kreatif lebih suka belajar sendiri.
  2. Anak kreatif kurang menyukai tugas – tugas rutin, tetapi lebih tertantang oleh tugas yang majemuk dan sulit.
  3. Keunikan anak kreatif sering kurang dihargai.
  4. Bakat kreatif anak hanya tampil dalam bidang – bidang tertentu.



DUKUNGAN LINGKUNGAN
berikut ini adalah beberapa saran dalam membina anak – anak kreatif sehubungan dengan dukungan lingkungan yang mereka perlukan.

(1) Fleksibilitas dalam kesempatan
Karena anak kreatif lebih suka belajar sendiri, dan mungkin belajarnya berbeda dari siswa lain, perlu diupayakan fleksibilitas dalam memberi kesempatan yang menuju ke pengarahan diri secara bertanggung jawab. Minat mereka yang luas dan kecenderungan berpikir divergen akan tumbuh dengan subur dalam lingkungan yang tidak banyak membatasi. Batas – batas yang kaku membuat anak – anak ini lebih merasakan frustrasi daripada anak – anak lain, dan dapat menimbulkan sikap menentang, menolak, atau membenci.

(2) Contoh yang positif
Karena minat anak kreatif berbeda dari kebanyakan anak, sering mereka mencari – cari sampai menemukan model identifikasi yang tepat. Jika mereka tidak menemukan model yang sesuai, mereka akan diarahkan oleh minat mereka sendiri dan cenderung tidak mengindahkan keterampilan yang diperlukan agar produktif dalam bidang minat khususnya dan sekaligus menumbuhkan motivasi mereka. Konselor dalam hal ini mempertimbangkan seorang mentor sebagai model yang sesuai dengan minat khusus anak.

(3) Bimbingan dan dukungan
Anak kreatif memerlukan penguatan untuk prestasinya agar menjadi percaya diri terhadap karya kreatifnya. Lingkungan yang tidak responsif menghilangkan semangat untuk berkreasi, dan kritik yang keras dapat mematikan upaya kreatif dari anak yang sensitif. Sebaliknya, pujian berlebih dan tidak selektif kurang bermakna. Pribadi yang kreatif menghargai penilaian yang sesuai. Pujian untuk karya yang berkualitas dan kritik yang positif konstruktif mendukung pertumbuhan kemampuan kreatif dan kepercayaan diri.

(4) Rasa humor
Rasa humor yang kuat dari anak berbakat sering mengakibatkan masalah disiplin dalam lingkungan tanpa humor. Humor sebagai bakat dapat disalurkan ke ungkapan kreatif secara lisan dan tulisan, drama dan karya seni, dan dapat menjadi dasar dari kepemimpinan yang berhasil di antara teman sebaya.

(5) Empati
Bagi seorang konselor sangat penting untuk memahami masalah khusus dari siswa kreatif. Siswa kreatif biasanya mengenal dirinya sebagai berbeda dan mungkina merasa terganggu karenanya. Konselor yang memahami dan memberi dukungan dapat membantu menyelamatkan siswa kreatif dari kepercayaan yang menyakitkan bahwa ada sesuatu yang “ salah” pada mereka. Dengan memberi mereka empati, seorang konselor dapat menghadiri kecenderungan siswa kreatif untuk membuktikan kepada teman sebaya bahwa mereka “sama seperti yang lain” dengan upaya – upaya tidak kreatif yang hanya membuang – buang talenta mereka.
Setiap anak memerlukan lingkungan yang mendukung pengembangan bakat dan talenta. Namun anak kreatif lebih – lebih memerlukannya karena kebutuhan khasnya yang menuntut kepekaan konselor.



Sumber: Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Prof Dr. S.C. Utami Munandar.

1 komentar: