Kamis, 07 Februari 2013

KONSELOR YANG RESISTENSI


Sering terjadi resistensi pada konselor. Jika demikian maka hubungan konseling akan macet, karena klien tertular resistensi dari konselor. Banyak faktor yang menyebabkan resistensi konselor antara lan:
  1. Kecemasan, mungkin dari kekalutan pikiran karena masalah keluarga, pekerjaan dan uang.
  2. Konselor yang sedang mengalami frustasi dan konflik.
  3. Konselor yang merangkap pejabat, biasanya memerintah, menasehati dan mengatur. Dia melihat hubungan konseling sebagai hubungan bawahan dan atasan. Klien adalah bawahan, karenanya layak diinstruksi, dinasehati, bahkan dimarahi. Mungkin guru yang merangkap jadi konselor adalah contoh yang demikian.
  4. Masalah komunikasi klien dalam hubungan konseling juga tergantung kepada situasi keterbukaaan tadi. Dampak dari komunikasi konselor yang efektif. Komunikasi konselor adalah kapasitas untuk mendengarkan, memberikan perhatian, merasa dan merespon dengan verbal dan nonverbal kepada klien maka klien akan terbuka dan terlibat dalam pembicaraan, dan menampakkan kepada klien bahwa konselor adalah menghampiri, mendengarkan, dan merasakan secara akurat.

Respon tidak sama dengan reaksi. Karena itu keterampilan komunikasi dapat dipelajari oleh siapa saja apapun tingkat pendidikannya. Karena hal itu adalah skill, maka latihan yang terus menerus amat diperlukan.

Hasil penelitian menunjukan (Okun, 1987) bahwa permasalahan komunikasi adalah sumber terbesar dari terjadinya kesulitan hubungan interpersonal. Sebagai contoh, kebanyakan masalah perkawinan dan efektif yang menghasilkan frustrasi dan kemarahan, terutama jika kehidupan profesional konseling adalah ketidakmampuan klien mengkomunikasikan masalah dan kepeduliannya.

Banyak orang yang mengenal masalahnya, atau mengetahui secara baik, akan tetapi mengalami kesulitan secara verbal mengkomunikasikannya. Ada pula klien yang dapat mengkomunikasikan ide atau kepeduliannya, akan tetapi gagal mengidentifikasi dan menggarisbawahi masalahnya. Ada lagi yang punya masalah akan tetap enggan untuk mengkomunikasikan padahal dia perlu mendapat bantuan (reluctant client).




Sumber: KONSELING INDIVIDUAL Teori dan Praktek. Prof. DR. Sofyan S. Willis (Hal 49 – 50)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar