Minggu, 22 April 2012

KERUSAKAN FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA


Dalam siklus kehidupan hewan maupun tumbuhan selalu terjadi evolusi seleksi alam, dan adaptasi. Evolusi adalah perubahan makhulk hidup secara perlahan-lahan dari sederhana ke bentuk yang lebih sempurna daalm jangka waktu sangat lama. Jadi, makhluk selalu mengalami perubahan sehingga timbul spesies baru. Perlu diketahui bahwa tumbuhan dan hewan berasal dari makhluk hidup masa lampau yang telah mengalami perubahan dalam waktu yang sangat lama.

Seleksi alam adalah penyaringan suatu lingkungan hidup sehingga hanya makhluk hidup tertentu yang dapat bertahan dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan hidup yang baru. Makhluk hidup yang tidak mampu bertahan dan menyesuaikan dengan lingkungan yang telah berubah akan mati atau pindah ke lingkungan lain. Dengan adanya seleksi alam ini, banyak hewan dan tumbuhan yang dulu hidup, sekarang telah punah karena tidak mampu untuk survival menyesuaikan dengan lingkungan hidup atau habitas yang ada.

Contoh kerusakan flora dan fauna yang terletak di Indonesia akibat kegiatan manusia, misalnya kerusakan terumbu karang (coral reefs). Secara garis besar, terumbu karang dapat dibedakan menjadi empat tipe utama, yaitu atol, fringing reefs, barrier, dan palrform reefs.

  1. Atol adalah jenis karang yang berbentuk lingkaran yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam.
  2. Fringing reefs adalah karang yang terdapat di daerah dekat pantai yang mengelilingi pulau
  3. Barrier reefs adalah karang yang terletak sejajar dengan garis pantai dan berjarak beberapa kilometer dari garis pantai.
  4. Platform reefs adalah karang yang terbentuk di perairan dangkal laguna yang terletak di antara barrier reefs dan daratan.
Organisasi pembentuk karang hanya dapat hidup di perairan dangkal yang sinar mataharinya cukup sehingga memberi kesan bahwa cara hidup mereka seolah-olah seperti tumbuha-tumbuhan. Meskipun demikian, karang merupakan hewan yang tidak dapat melangsungkan proses fotosintesis. Mereka hidup sangat tergantung pada sinar matahari yang cukup. Hal itu sebebabkan di dalam jaringan tubuh mereka terdapat banyak tumbuh-tumbuhan air bersel satu atau tunggal (unicellulair zooxanthellae). Organisme inilah yang memerlukan sinar matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis.

Hubungan antara karang dengan zooxanthellae adalah bersifat simbiosis, yaitu suatu hubungan yang keduanya mendapat keuntungan. Zooxanthellae mendapatkan perlindungan dari karang dan menggunakan beberapa hasil sampingan metabolisme karang, seperti karbondioksida, ammonia, nitrat, dan fosfat sebagai bahan-bahan makanan. Sebaliknya, karang mendapat keuntungan dari pelepasan bahan-bahan organik termasuk glukosa, gliserol dan ammonia acid dikeluarkan oleh zooxantheillae.

Terumbu karang selalu hidup bersama-sama dengan hewan lain. Rangka karang itu sendiri memberikan suatu tempat perlindungan bagi bermacam-macam spesies hewan termasuk jenis penggali lubang dari golongan moluska, cacing polychaete, dan kepiting. Terbentuknya terumbu karang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan laut, antara lain tingkat pelumpuran, arus lau, salinitas, dan suhu.

Tingkat Pelumpuran
Tingkat pelumpuran akan berpegaruh terhadap intensitas cahaya mata hari yang masuk ke dalam laut.

Arus Laut
Arus laut yang kuat akan membawa oksigen yang dibutuhkan hewan-hewan terumbuh karang.

Salinitas dan Suhu
Suhu laut optimun di tempat terumbu hidup dan tumbuh adalah 260 sampai 280. Kenaikan atau penurunan suhu dalam waktu relatif lama dapat mengakibatkan kematian hewan karang.

Terumbu karang di perairan Indonesia banyak yang mengalami kerusakan akibat ulah manusia. Bentuk kerusakan akibat ulah manusia. Bentukkerusakan tersebut, antara lain sebagai berikut.
  1. Penggunaan racun dan bahan peledak untuk menangkap sumber daya terumbu karang sehingga banyak ikan atau heam lain ikut mati. Hal itu jika terjadi terus-menerus akan menyebabkan kepunahan ikan dan terumbu karang.
  2. Pencemaran dan pelumpuran yang disebabkan oleh pembangunan di daerah pesisir yang tidak ramah lingkungan dan tidak sesuai dengan amdal (analisis mengenai dampak lingkungan). Penebangan hutan disepanjang sungai yang ke laut dapat mengakibatkan pelumpuran di daerah terumbu karang.
  3. Penangkapan ikan dan biota terumbu karang yang dilakukan secara berlebihan dan tidak terkendali menyebabkan penurunan jumlah dan keanekaragaman jenis terumbu karang dan ikan.
  4. Penambangan karang yang berlebihan digunakan untuk bahan dasar kapur dan hiasan.

Sumber: Mengkaji Ilmu Geografi 2. Sugiyanto. Danang Endarto.

6 komentar: